BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Karbon merupakan unsur penyusun semua senyawa organik, dan
salah satu zat yang sangat penting atau diperlukan makhluk hidup, selain
oksigen, air dan nitrogen. Di alam karbon tersedia dalam bentuk gas dan dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis.
Bahkan karbon banyak ditemui pada endapan dan di dalam air. Di atmosfer, unsur
ini merupakan suatu komponen yang besar (kurang lebih 0,03 %) dibandingkan
dengan unsur lain, kecuali nitrogen dan oksigen. Di atmosfer, terdapat karbon
dengan oksigen. Dan dari atmosfer dan sedimen, karbon masuk ke tubuh organisme
secara kimia. Energi yang tersimpan pada tumbuhan terbentuk karena fiksasi
karbondioksida pada peristiwa fotosintesis (Prawirohartono, 2001).
Karbon
tersimpan dalam bentuk molekul karbondioksida (CO2) dan oksigen
dalam betuk molekul oksigen yaitu O2. Karbon diikiat oleh tanaman
dalam proses fotosintesis dan dihasilkan bahan organik. Bila bahan ini di oksidasikan
akan menghasilkan kembali karbondioksida. Dari proses fotosintesis diatas
selain dihasilkan bahan organik berupa karbohidrat juga dihasilkan oksigen.
Bahan organik hasil fotosintesis berpindah ke herbivora dan pemangsa dan
kembali ke cadangan melalui respirasi dan kegiatan bakteri. Sisa bahan organik
yang tidak dilapuk melalui proses-proses geologi lainnya akan membentuk gambut,
batu bara dan minyak bumi. Gambut dan batu bara mengandung karbon terikat,
besarnya kandungan tergantung pada tingkat pelapukannya. Bahan tambang ini akan
menghasilkan karbon ke udara bebas setelah dibakar (Jumin, 1989).
Percobaan
ini akan memberikan pelajaran bagaimana mengetahui hubungan antara produsen dan
konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam ekosistem diperairan dan bagaimana cara
menggunakan peralatan yang berhubungan dengan siklus karbon.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan tentang hubungan produsen dan konsumen dalam siklus karbon di
perairan adalah:
1) Untuk
mengetahui hubungan antara produsen dan konsumen dalam pemanfaatan karbon dalam
ekosistem perairan.
2) Mengenalkan
dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan
siklus karbon.
I.3.
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Hubungan
Produsen dan Konsumen dalam Siklus Karbon di Perairan dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 28 Maret 2013 pukul 14.00 – 17.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi
Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Karbon di alam selain dalam bentuk
bahan organik, umumnya dalam bentuk gas dan batuan karbonat yang dapat
dimanfaatkan oleh tumbuhan. Karbon melalui proses fotosintesis tumbuhan akan
diubah menjadi senyawa organik yang dapat dipergunakan oleh organisme lainnya.
Tumbuhan sebagai pemakai utama karbon akan memanfaatkannya melalui proses
siklus materi karbon dan akan kembali lagi ke atmosfer atau air sebagai CO2
sebagai hasil suatu proses metabolisme. Konsentrasi karbon dioksida (CO2)
yang tinggi akan mempengaruhi tumbuhan dalam mengabsorbsi air dan unsur hara.
Unsur karbon mempunyai kemampuan saling mengikat antar sesamanya yang merupakan
dasar untuk terbentuknya keragaman dan ukuran molekuler, sehingga tanpa proses
ini kehidupan tidak akan ada (Umar, 2013).
Siklus karbon melibatkan seluruh lingkungan
yang ada di alam semesta, meliputi atmosfer, biosfer, hidrosfer, litosfer dan
geosfer. Karena itu, siklus karbon disebut sebagai siklus biogeochemical. Pada
setiap lingkungan dan antara lingkungan terjadi pertukaran karbon. Karbon
berpindah dari lingkungan atmosfer ke biosfer sebagai gas karbon dioksida. Gas
karbon dioksida digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis (Prawirohartono,
2001).
Produsen darat (tumbuhan) umumnya
mendapatkan CO2 dari atmosfer, sedangkan produsen dalam air
memanfaatkan CO2 yang terlarut (sebagai bikarbonat, HCO3).
Kelarutan karbon dioksida (CO2) dalam air berbeda dengan oksigen (O2),
karena gas ini bereaksi secara kimiawi dalam air (Umar, 2013).
Karbon
dapat dijumpai dimana-mana. Karbon dapat dijumpai didalam atmosfer sebagai CO2
dalam jaringan semua mahluk hidup dan terbesar dijumpai dalam batuan endapan
serta bahan bakar fosil yang terdapat dalam perut bumi. Tumbuhan hijau dan
hewan serta organisme yang lain berperan aktif dalam kelangsungan siklus
karbon. Dengan bantuan energi cahaya maka CO2 merupakan salah satu
komponen pokok untuk berlangsungnya fotosintesis. Dengan bantuan energi cahaya
maka CO2 dan H2O oleh tumbuhan hijau akan diubah menjadi
senyawa organik berupa glukosa (C6H12O6) dan
Oksigen (O2) melalui reaksi yang disederhanakan (Sasmita, 1994).
Karbon masuk ke lingkungan atmosfer
dari lingkungan biosfer juga sebagai gas karbon dioksida. Gas karbondioksida
dilepas ke atmosfer dari hasil pernafasan makhluk hidup, hasil
pembusukan/fermentasi oleh bakteri atau jamur dan hasil pembakaran
senyawa-senyawa organik. Selain pertukaran karbon dari lingkungan atmosfer ke
biosfer atau sebaliknya, karbon dipertukarkan dalam lingkungan biosfer melalui
rantai makanan. Pertukaran karbon juga terjadi dari lingkungan biosfer ke
geosfer. Cangkang hewan-hewan lunak pada umumnya mengandung karbonat. Karbonat
kemudian diubah menjadi batu kapur melalui suatu proses yang disebut
sedimentasi. Sedangkan perpindahan karbon dari lingkungan geosfer ke lingkungan
atmosfer terjadi melalui hasil reaksi batu kapur dan erupsi gunung merapi
(Prawirohartono, 2001).
Selama transfer energi di dalam
konsumsi makanan berupa karbohidrat dan lemak, pergerakan karbon menuju
ekosistem bersama dengan aliran energi. Sumber kabon untuk organisme hidup
ialah CO2 yang ditemukan baik dalam keadaan bebas di atmosfer maupun
terlarut di dalam air dan di lapisan membentuk karbohidrat pada fotosintesis.
Demikian juga lemak dan polisakarida dibentuk oleh tumbuh-tumbuhan yang akan
digunakan oleh hewan herbivora. Kanivora pemakan herbivora mengubah senyawa
karbon menjadi bentuk lain. Karbon dilepaskan ke atmosfer secara langsung
berupa CO2 dari respirasi tumbuh-tumbuhan dan hewan. Bakteri dan
jamur memecah senyawa organik kompleks dari sisa tumbuh-tumbuhan dan binatang
mati menjadi senyawa sederhana yang akan berfungsi untuk siklus lain. Karbon
organik juga terdapat pada kerak bumi berupa batu bara, gas alam, minyak, batu
kapur dan karang. Karbon defosit ini akan dibebaskan setelah periode waktu yang
lama (Soendjojo, 1990).
Respirasi oleh organisme autotrof
dan heterotrof menghasilkan karbondioksida. Kebutuhan tumbuhan akan
karbondioksida hampir seimbang dengan pengeluaran karbondioksida oleh respirasi
organisme. Pada tumbuhan, bahan organik yang mengandung banyak karbon terdapat
dalam batang atau kayu. Pada hewan dan manusia, bahan organik yang mengandung
karbon terdapat pada tulang. Tumbuhan, hewan, dan manusia yang mati akan
diuraikan antara lain menjadi karbon dioksida (Muslimin, 1996).
C6H12O6
+ 6O2 à 6CO2+ 6H2O
Oksigen dihasilkan
dalam fotosintesis tersebut akan dimanfaatkan oleh hewan dan organisme lain
untuk respirasi. Dari proses respirasi tersebut akan dihasilkan CO2H2O
dan energi melelui persamaan reaksi yang disederhanakan sebagai berikut :
6CO2 + 6H2O +
Energi à
C6H12O6 + 6O2
CO2 yang
dihasilkan dalam respirasi tersebut akan dilepas kembali ke lingkungan,
kemudian akan digunakan untuk fotosintesis tumbuhan hijau begitu seterusnya.
Dari kedua kegiatan tersebut tampak bahwa fotosintesis dan respirasi saling
bekerja sama untuk kelangsungan siklus karbon dan oksigen. Sejumlah karbon
untuk sementara berada dalam jaringan tumbuhan atau hewan, tetapi karbon
tersebut akan kembali ke siklus setelah tumbuhan atau hewan tersebut mati
kemudian diuraikan oleh makhluk pengurai. Jika sisa-sisa bahan organik dari
pembusukan hewan dan tumbuhan tertimbun dalam lapis tanah lebih dari 600 juta
tahun maka karbon dikandung akan keluar dari siklus karbon yang utama. Tetapi
oleh panas akan tekanan dalam lapis kerak bumi zat tersebut akan diubah menjadi
bahan bakar fosil misalnya batubara, minyak bumi dan gas bumi. Jika bahan bakar
fosil tersebut digunakan sebagai bahan bakar dalam berbagai industri maka
karbon yang dikandung akan dilepas kembali ke lingkungan dalam bentuk CO2
sebagai hasil proses pembakaran. Selanjutnya CO2 tersebut akan
digunakan kembali oleh tumbuhan hijau untuk fotosintesis begitu seterusnya
(Sasmita, 1994).
Laut mengandung sekitar 36.000 gigaton karbon, dimana
sebagian besar dalam bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik, yaitu senyawa
karbon tanpa ikatan karbon-karbon atau karbon-hidrogen, adalah penting dalam
reaksinya di dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol
pH di laut dan juga dapat berubah sebagai sumber (source) atau lubuk (sink)
karbon. Karbon siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada
daerah upwelling, karbon dilepaskan ke atmosfer. Sebaliknya, pada daerah
downwelling karbon (CO2) berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada
saat CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk (Muslimin, 1996).
CO2
+ H2O ⇌ H2CO3
Reaksi
ini memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan ion
hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan yang besar
pada pH
H2CO3
⇌ H+ + HCO3
(Muslimin, 1996).
Salah satu cara untuk melihat hubungan produsen dan konsumen
dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air dapat dilakukan dengan uji
Bromtimol Biru. Bromtimol Biru merupakan suatu larutan indikator yang berwarna
biru dalam larutan basa dan warna kuning dalam larutan asam. Gas karbondioksida
akan membentuk asam bila dilarutkan dalam air. Kadar karbondioksida akan
berkurang apabila terjadi proses fotosintesis oleh tumbuhan. Sebaliknya kadar
karbondioksida akan meningkat kalau terjadi proses respirasi (Umar, 2013).
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan adalah botol aqua besar, botol selai, pipet
tetes, dan gunting.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah Hydrilla sp, Ikan guppy Poecilia
reticulate, plastik, karet
gelang, label, larutan bromtimol biru,
dan air.
III.3.
Cara kerja
Cara kerja dalam
percobaan tersebut adalah:
1. Disiapkan
2 seri percobaan A dan B masing-masing terdiri atas 4 toples perlakuan. Di beri
label pada setiap perlakuan dengan kode A1, A2, A3, A4 dan B1, B2, B3, B4.
2. Diisi
setiap toples dengan air secukupnya lalu ditambahkan 2 tetes Methylen blue
kedalam setiap toples perlakuan.
3. Dimasukkan
ikan ke dalam toples perlakuan A1 dan B1, siput dan Hydrilla sp dalam toples A2 dan B2, Hydrilla sp kedalam toples A3 dan B3 serta A4 dan B4 sebagai
control (tanpa perlakuan).
4. Ditutup
semua toples perlakuan tersebut dengan plastik rapat-rapat, jangan sampai
bocor.
5. Ditempatkan
toples A1-A4 ditempat terang dan kelompok B1-B4 ditempat gelap.
6. Diamati
percobaan tersebut dengan interval waktu setiap 24 jam selama 3 hari. Setiap
kali pengamatan dicatat perubahan warna air dan keadaan organismenya. Pada hari
yang ketiga diukur pH air kembali. Kemudian dilakukan pertukaran kelompok B1-B4
pada tempat terang dan kelompok A1-A4 pada tempat gelap.
7. Diamati
kembali dengan interval waktu 24 jam, selama 2 hari dan pada hari terakhir. Di
catat perubahan warna yang terjadi, serta ukur pula kembali pH air sampel.
8. Dibuat
hasil pengamatan dan diberi kesimpulan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil Pengamatan
IV.1.1
Hasil Pengamatan Percobaan I Sampel A (Tempat Terang)
Tabel
I. Hasil Pengamatan Perobaan I Sampel A (Tempat Terang)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
||
I
|
II
|
III
|
||
A1
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
|
+
|
++
|
+++
|
A2
|
Ikan guppy Poecilia reticulate + Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
+++
|
A3
|
Hydrilla
verticillata
|
++
|
++
|
+++
|
A4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
+
|
IV.1.2 Hasil Pengamatan Percobaan I Sampel B (Tempat Gelap)
Tabel
2. Hasil Pengamatan Percobaan I Sampel B (Tempat Gelap)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
||
I
|
II
|
III
|
||
B1
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
|
+
|
++
|
+++
|
B2
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
+
Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
+++
|
B3
|
Hydrilla
verticillata
|
+
|
++
|
+++
|
B4
|
Kontrol
|
+
|
+
|
+
|
IV.1.3
Hasil Pengamatan Percobaan II Sampel A ( Tempat Gelap)
Tabel
3. Hasil Pengamatan Percobaan II Sampel A (Tempat Gelap)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
A1
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
|
+++
|
+++
|
A2
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
+
Hydrilla verticillata
|
++
|
+++
|
A3
|
Hydrilla
verticillata
|
++
|
+++
|
A4
|
Kontrol
|
+
|
+++
|
IV.1.4
Hasil Pengamatan Percobaan II Sampel B ( Tempat Terang)
Tabel 4. Hasil
Pengamatan Percobaan II Sampel B (Tempat terang)
Botol
|
Perlakuan
|
Hari
|
|
I
|
II
|
||
B1
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
|
++
|
++
|
B2
|
Ikan guppy Poecilia reticulata
+ Hydrilla verticillata
|
++
|
++
|
B3
|
Hydrilla
verticillata
|
+
|
++
|
B4
|
Kontrol
|
+
|
++
|
Keterangan: + :
biru sekali
++ : biru
+++ : jernih/bening
IV.2
Pembahasan
Peredaran
dasar siklus karbon adalah dari sumber di udara ke produsen, ke konsumen
kemudian dari keduanya ke dekomposer dan selanjutnya kembali ke sumbernya lagi.
Karbon harus dalam bentuk gas (CO2) untuk dapat dipergunakan oleh
tumbuhan. Pada percobaan ini digunakan ikan guppy Poecilia reticulata sebagai konsumen dan Hydrilla verticillata. Dilakukan dua percobaan yaitu 1 dan 2 yang
masing-masing terdiri dari 4 botol perlakuan. Semua botol diisi dengan air
secukupnya, ditambahkan Methylen blue.
Hasil
yang diperoleh pada tabel pengamatan percobaan I menunjukkan bahwa botol
berlabel A di tempat terang yaitu botol A1 mengalami perubahan yaitu pada hari
pertama berwarna biru sekali, hari kedua biru dan pada hari ketiga menjadi
jernih. Botol A2, pada hari pertama biru sekali, hari kedua tetap biru sekali
dan pada hari ketiga berubah menjadi jernih. Botol A3, pada hari pertama biru
sekali, pada hari kedua tetap biru sekali dan pada hari ketiga berubah menjadi
jernih. Botol A4 pada hari pertama sampai hari ketiga tetap berwarna biru
sekali. Pada botol berlabel B di tempat gelap, B1 pada hari pertama berwarna
biru sekali, hari kedua berwarna biru dan hari ketiga berubah menjadi jernih.
Pada botol B2, pada hari pertama dan kedua berwarna biru dan pada hari ketiga
berubah menjadi jernih. Pada botol B3, pada hari pertama berwarna biru sekali,
hari kedua berwarna biru dan pada hari ketiga berubah menjadi jernih. Botol B4
tidak mengalami perubahan yaitu pada hari pertama, kedua, ketiga tetap berwarna
biru sekali.
Hasil pengamatan pada tabel
pengamatan II yaitu botol A dan B dipertukarkan tempatnya, A1-A4 dan B1-B4
dipertukarkan tempatnya, A1-A4 disimpan di tempat gelap dan B1-B4 disimpan
ditempat terang. Pada botol A yaitu A1 pada hari pertama dan kedua warnanya
jernih, A2 pada hari pertama biru dan hari kedua berubah menjadi jernih, A3
pada hari pertama berwarna biru dan pada hari kedua berubah menjadi jernih, A4
pada hari pertama berwarna biru sekali dan pada hari kedua berubah menjadi
jernih. Pada tempat terang, botol B yaitu B1 pada hari pertama dan kedua
berwarna biru, B2 pada hari pertama dan kedua berwarna biru, B3 pada hari
pertama berwarna biru sekali dan pada hari kedua berwarna biru, B4 pada hari
pertama berwarna biru sekali dan pada hari kedua berwarna.
Perubahan
warna yang terjadi pada percobaan ini disebabkan oleh perubahan kandungan kadar
karbondioksida yang ada di dalam air yang disebabkan oleh reaksi fotosintesis
yang dilakukan oleh tumbuhan dan respirasi yang dilakukan oleh hewan yang ada
didalamnya. Semakin banyak CO2 yang dikeluarkan organisme dalam
respirasinya semakin membuat aktivitas fotosintesis tanaman yang ada di
dalamnya meningkat sehingga lebih memicu terjadinya perubahan warna. Tak hanya
itu intensitas cahaya juga turut mempengaruhi kestabilan fotosintesis tanaman
sehingga tetap dapat menghasilkan oksigen untuk respirasi hewan dan siklus
karbon berjalan sebagaimana mestinya.
Penggunaan
Methylen blue yang berwarna biru, untuk melihat hubungan produsen dan konsumen
dalam pemakaian dan produksi karbon dalam air. Saat air pada masing-masing
botol tetap berwarna biru maka air tersebut bersifat basa, itu berarti air
tersebut kaya oksigen dan kurang CO2 yang juga menunjukkan tidak
terjadinya proses respirasi dan proses fotosintesis. Sebaliknya, jika air
berubah menjadi bening maka air tersebut bersifat asam, yang berarti air
tersebut mengandung banyak CO2 yang menandakan bahwa terjadi peroses
respirasi dan fotosintesis, yang dalam percobaan ini dilakukan oleh Hydrilla verticillata dan Poecilia reticulata.
Hasil
yang diperoleh dari percobaan ini sudah sesuai dengan teori, dimana teori
mengatakan bahwa produsen dan konsumen memiliki hubungan dalam siklus karbon
dimana gas karbondioksida yang dihasilkan konsumen akan digunakan oleh produsen
untuk proses fotosintesis. Walaupun ada diantara botol percobaan yang tidak
sesuai dengan teori,karena mungkin dalam percobaan ini terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi, misalnya matinya organisme yang berperan sebagai konsumen
sehingga Hydrilla verticillata tidak
mendapatkan sumber karbon untuk proses fotosintesisnya dan mungkin juga karena
botol yang digunakan tidak tertutup dengan baik sehingga muncul gelembung yang
dapat mempengaruhi hasil dari percobaan ini.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dati
percobaan ini adalah :
1.
Produsen dan konsumen dalam ekosistem
perairan memanfaatkan karbon untuk kelangsungan hidupnya, hal ini terlihat dari
siklus karbon yang terjadi melalui reaksi fotosintesis oleh tanaman yang
menghasilkan oksigen, yang selanjutnya oksigen inilah yang kemudian
dimanfaatkan hewan untuk respirasinya yang selanjutnya akan menghasilkan
karbondioksida yang dimanfaatkan kembali oleh tanaman untuk berfotosintesis.
2.
Bahan yang digunakan sebagai indikator untuk
mengamati hubungan siklus karbon dalam ekosistem perairan yaitu Methylen blue.
V.2 Saran
Saran
yang dapat saya berikan yaitu, sebaiknya waktu untuk percobaan ini ditambah
lagi agar praktikan tidak terburu-buru saat praktikum berjalan sehingga hasil
yang didapatkan bisa maksimal.
LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
III
HUBUNGAN
PRODUSEN DAN KONSUMEN DALAM SIKLUS KARBON DI PERAIRAN
NAMA : SUNARTO ARIF SURA’
NIM :
H41112284
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL PERC. : KAMIS, 28 MARET 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
DAFTAR PUSTAKA
Jumin, H. B., 1989. Ekologi Tanaman. Rajawali Press.
Jakarta.
Muslimin, L. W., 1996. Mikrobiologi Lingkungan. UI Press.
Jakarta.
Prawirohartono,
S., 2001. Siklus Karbon. Bumi Aksara. Jakarta.
Sasmita,W. D., 1994. Materi Pokok Biologi Umum. Deptdikbud.
Jakarta.
Soendjojo, D., 1990. Ekologi Lanjutan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi
Umum. Universitas Hasanuddin Makassar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar