LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM
PERCOBAAN
VI
METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI
NAMA : SUNARTO ARIF
SURA’
NIM : H41112284
HARI/TGL : KAMIS/
9 MEI
2013
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Saat anda berjalan
melalui sebuah lapangan atau tanah yang dipenuhi pohon, atau bahkan
menyeberangi kampus atau saat melalui sebuah taman, coba amati beberapa
interaksi antara spesies-spesies yang terdapat di sana. Anda mungkin melihat
burung yang bersarang di pohon, lebah yang sedang menyerbuki bunga, jamur yang
sedang bertumbuh di pohon, laba-laba yang sedang menjerat serangga pada
jaringnya, pakis yang tumbuh
di bawah naungan pohon, merupakan
beberapa contoh interaksi yang terdapat dalam setiap pertunjukan ekologis.
Lingkungan suatu organisme
meliputi individu lain dalam populasinya dan populasi spesies lain yang yang
hidup dalam daerah yang sama. Spesies yang bersekutu seperti itu, dan hidup
saling berdekatan satu sama lain untuk dapat berinteraksi, disebut komunitas
(Campbell, dkk.,
2004).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode didalamnya untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat
membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal
ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan
dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan
berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metode-metode yang umum
dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas
tumbuhan, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, metode kwarter
(Umar, 2012). Oleh
karena itu,
untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dominansi dari suatu organisme penyusun
dalam suatu komunitas dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis
populasi, maka dilakukanlah percobaan
ini.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi,
dan dominansi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan
metode petak tunggal, petak ganda, line transek dan belt transek.
2.
Melatih keterampilan mahasiswa dalam
menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam
analisis populasi.
I.3 Waktu
dan Tempat Percobaan
Percobaan
ini dilaksanakan pada hari Kamis,
tanggal 9 Mei 2013,
pukul 12.00 – 14.00 WITA, bertempat di
areal Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin, Makassar dan pengambilan sampel bertempat di belakang Gedung Science Building,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Komunitas adalah
sekumpulan berbagai macam populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu wilayah
tertentu. Suatu komunitas tersusun dari semua populasi yang hidup dan saling
berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam suatu wilayah dan waktu
tertentu (Sulistyorini, 2009).
Komunitas vegetasi pada tumbuhan mempunyai hubungan di
antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta,
tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke
bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati
lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan,
setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu
yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon
atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai kelas morfologi yang berbeda yang
terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam
sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Satu organisme dikenal
sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang
berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang
terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara
populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi interaksi, baik
secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu
komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi
kehidupan yang merupakan kesatuan Komunitas-komunitas
dengan lingkungan abiotik (fisik) tempat hidupnya membentuk suatu ekosistem.
Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini membentuk biosfer sebagai bagian
permukaan bumi yang dihuni oleh suatu kehidupan (Anshori, 2009).
Fase
dalam kajian ini ada dua,
yaitu mendeskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagai
konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih keahlian dalam
bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam
sistematik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954).
Metode-metode yang umum
dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas
tumbuhan, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, metode kwarter
(Umar, 2013).
Salah satu hal yang menakjubkan dalam
penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan
objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Bagian
yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian
disebut populasi. Objek
penelitian dapat berupa orang,
organisasi,
kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian,
objek penelitian ini disebut satuan
analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh unsur
populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi
terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di fakultasnya
terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua mahasiswa, tanpa kecuali.
Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak sempat diwawancarai karena
sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau
menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil
sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam,
modus, atau range), disebut parameter. Bila jumlah unsur populasi
itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus
puas dengan sampel. Karakteristik
sampel disebut statistik. Kita
sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat
parameter dari
statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua
unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel
tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya
sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua
unsur populasi untuk dipilih (Soegianto, 1994).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki.
Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan
(Syafei, 1990).
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan
sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan
bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m
digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya
pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang
transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya (Kershaw, 1979).
Metode garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman
yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali
terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui
variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya
menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama
sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang
terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang
tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang
penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang
dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan berapakali suatu spesies yang ditemukan pada
setiap garis yang disebar (Michael, 1994).
Penyimpangan dari karakteristik populasi
disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara
hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus.
Statistik dapat membantu kita menentukan sampling
error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias
adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas
(probability sampling). Dalam sampel probabilitas,
setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih.
Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai
sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental
sampling), disebut juga sampel
non-probabilitas. Untuk kedua
jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik
penarikan sampel sering disebut rencana
sampling atau rancangan sampling
(sampling design)
(Soegianto, 1994).
Kelimpahan setiap spesies individu
atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total
spesises yang ada di dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran
yang relatif. Dari nilai relatif ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupakan INP. Nilai ini digunakan sebagai
dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati. Secara bersama-sama, kelimpahan dan
frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael,
1994).
Beberapa satuan pengukuran yang digunakan
dalam menerangkan suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi,
kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu
per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan
tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya
sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan
mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu
(Soegianto, 1994).
Sampling fauna menentukan kepadatan mutlak itu seringkali
tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks
kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya
dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per
unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
Sampling tumbuhan menentukan permasalahan yang sering kita hadapi dalam
menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba.
Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif
dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap
individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh
dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk
kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur
luas penutupan. Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi
antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total
sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies
dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu
komunitas (Soegianto, 1994).
Biomassa merupakan berat dari suatu individu suatu populasi dan sering dinyatakan per unit luas
atau volume. Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh suatu spesies tumbuhan dengan
luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan
cara mengukur luas penutupan tajuk atau luas penutupan batang (Soegianto,
1994).
Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe
organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalam bentuk lingkaran. Sedangkan ukurannya
tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Ukuran plot umumnya ditentukan
berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan hewan menetap (sessile) ataupun
yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan hewan yang bersarang di lubang (Umar, 2013).
Jenis vegetasi tertentu seperti
padang rumput, penggunaan metode plot seringkali kurang praktis dan butuh bayak
waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat diakali metode transek. Metode
transek ini terdapat 3 macam metode (Umar, 2013) yaitu :
1. Line Transek
Metode
ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang
rumput.
2. Belt Transek
Metode
belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas
dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk
mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan
elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke
pedalaman, memotong sungia atu menaiki gunung dan menuruni lereng pegunungan.
3. Metode Strip Sensus
Metode strip sensus sebenarnya sama
dengan metode line transek, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi
vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek
tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.
Luas tertentu dalam suatu
populasi menjadikan
individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara seragam, acak,
ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terjadi apabila kondisi lingkungan cukup
seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat antara
individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal
hampir mempunyai distribusi relatif atau distribusi seragam karena kompetisi untuk mendapatkan unsur hara dan
cahaya matahari yang kuat (Heddy, 1986).
Indeks Nilai Penting
(INP) digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya
atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu
jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan
nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR)
(Soegianto, 1994).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu plot
1 x 1 m, patok
1m, meteran, tali
rafia (1 m, 30 m) dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
areal komunitas yang diamati.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
A.
Metode
Plot Tunggal
1.
Dipilih suatu kawasan atau areal
komunitas yang akan diamati.
2.
Diletakkan plot berukuran 1 X 1 m ke
area tersebut tanpa memilih daerah dimana plot akan diletakkan.
3.
Dilihat dan dihitung tumbuhan (rumput)
per jenis dan jumlah keseluruhan yang
ada di dalam plot.
4.
Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang
didapatkan.
B.
Metode
Plot Ganda
1.
Dipilih suatu kawasan atau areal
komunitas yang akan diamati.
2.
Dibentangkan 2 tali sepanjang 1 meter dan
lebar diantara kedua tali sebesar 10 cm.
3.
Dibuat plot sebanyak 5 plot pada
bentangan tali tersebut, setiap 20 cm dibuat 1 plot sampai terbentuk 5 plot.
4.
Dilihat dan dihitung tumbuhan (rumput)
per jenis dan jumlah keseluruhan yang
ada di dalam plot.
5.
Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang
didapatkan.
C.
Metode
Line Transek
1.
Dipilih suatu kawasan atau areal
komunitas yang akan diamati
2.
Dibentangkan tali sepanjang 10 m.
3.
Dihitung dan diamati tumbuhan (rumput
dan semak) yang tersentuh oleh tali.
4.
Dilakukan pengambilan tiga kali
sampling.
5.
Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang
didapatkan.
D.
Metode
Belt Transek
1.
Ditentukan areal yang akan diamati
2.
Dibentangkan sepasang tali 30 meter
dengan jarak antara tali satu dengan yang lain sepanjang 1 meter dengan
menggunakan patok.
3.
Dibentangkan tali sepanjang 1 meter di
antara dua tali transek sebanyak 30 tali pada setiap jarak 1 meter, sehingga
dibentuk 30 petak di dalam tali transek.
4.
Diamati dan dihitung tumbuhan (pohon)
yang ada pada petak ganjil.
5.
Dilakukan pengambilan dua kali sampling.
6.
Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang
didapatkan.
E.
Metode
Strip sensus
1.
Ditentukan area yang akan diamati
2.
Diamati setiap tumbuhan (pohon) yang
terdapat dalam area komunitas tersebut.
3.
Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang
didapatkan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
IV.1.1 Data Hasil
Pengamatan dengan Menggunakan Metode Line Transek
Tabel 1. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Line
Transek
Sampling
|
Spesimen
|
Σ
|
||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
||
1
|
6
|
3
|
3
|
1
|
8
|
2
|
0
|
0
|
0
|
23
|
2
|
7
|
2
|
0
|
2
|
4
|
0
|
3
|
8
|
0
|
26
|
3
|
27
|
2
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
30
|
Σ
|
40
|
7
|
3
|
3
|
12
|
2
|
3
|
8
|
1
|
79
|
Keterangan :
A
= Rumput Gajah
B
= Patikan Kebo
C
= Tumbuhan A
D
= Tumbuhan B
E
= Putri Malu Mimosa pudica
F = Rumput Belulang
G
= Tumbuhan C
H
= Tumbuhan D
I = Tumbuhan E
IV.1.2 Data Hasil
Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt Transek
Tabel 2. Data Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt
Transek Pada Sampling Pertama
No
|
Spesimen
|
|
A
|
Σ
|
|
1
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
5
|
0
|
0
|
6
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
8
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
11
|
0
|
0
|
12
|
0
|
0
|
13
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
15
|
1
|
1
|
16
|
0
|
0
|
17
|
0
|
0
|
18
|
0
|
0
|
19
|
0
|
0
|
20
|
0
|
0
|
21
|
0
|
0
|
22
|
0
|
0
|
23
|
0
|
0
|
24
|
0
|
0
|
25
|
0
|
0
|
26
|
0
|
0
|
27
|
0
|
0
|
28
|
0
|
0
|
29
|
0
|
0
|
30
|
0
|
0
|
Σ
|
1
|
1
|
Keterangan : A = Pohon
Nangka
Tabel 3. Data
Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt Transek Pada Sampling Pertama
No
|
Spesimen
|
Σ
|
|
A
|
B
|
||
1
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
0
|
3
|
0
|
0
|
0
|
4
|
0
|
0
|
0
|
5
|
1
|
0
|
1
|
6
|
0
|
0
|
0
|
7
|
0
|
0
|
0
|
8
|
0
|
0
|
0
|
9
|
0
|
0
|
0
|
10
|
0
|
0
|
0
|
11
|
0
|
0
|
0
|
12
|
0
|
0
|
0
|
13
|
0
|
0
|
0
|
14
|
0
|
0
|
0
|
15
|
1
|
0
|
1
|
16
|
0
|
0
|
0
|
17
|
0
|
0
|
0
|
18
|
0
|
0
|
0
|
19
|
0
|
0
|
0
|
20
|
0
|
0
|
0
|
21
|
0
|
0
|
0
|
22
|
0
|
0
|
0
|
23
|
0
|
0
|
0
|
24
|
0
|
0
|
0
|
25
|
0
|
0
|
0
|
26
|
0
|
0
|
0
|
27
|
0
|
1
|
1
|
28
|
0
|
0
|
0
|
29
|
0
|
0
|
0
|
30
|
0
|
0
|
0
|
Σ
|
2
|
1
|
3
|
Keterangan :
A = Pohon Mangga
B = Pohon Ki Hujan
IV.1.3 Data Hasil Pengamatan
dengan Menggunakan Metode Plot
Tunggal
Tabel 4. Hasil
Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Tunggal
No
|
Spesimen
|
Σ
|
|
A
|
|||
1
|
22
|
22
|
|
Σ
|
22
|
22
|
Keterangan
:
A
= Rumput Belulang
IV.1.4 Data Hasil Pengamatan
dengan Menggunakan Metode Plot
Ganda
Tabel 5. Hasil
Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Ganda
Plot
|
Spesimen
|
Σ
|
A
|
||
1
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3
|
2
|
2
|
4
|
1
|
1
|
5
|
2
|
2
|
Σ
|
10
|
10
|
Keterangan
:
A
= Rumput Gajah
IV.2
Pembahasan
Analisis
vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk
(struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi lahan
yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling,
artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat
tersebut.
Ilmu vegetasi telah dikembangkan
berbagai metode didalamnya untuk menganalisis
suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai
dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat
seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap
harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
Percobaan
ini dilakukan pada areal pengamatan yaitu di areal belakang Science Building.
Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun
dalam suatu komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode.
Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode plot tunggal, metode plot
ganda, metode line transek, metode belt transek, dan metode strip sensus.
Kondisi
lahan yang luas sangat erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup
menempatkan beberapa petak contoh sesuai dengan metode masing-masing untuk
mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ada yang perlu diperhatikan yaitu
jumlah replikat, cara peletakan petak contoh, dan teknik analisa vegetasi yang
digunakan.
Metode
plot tunggal dilakukan satu kali sampling dan teknik analisanya dengan
menghitung tumbuhan (rumput) per jenisnya yang ada didalam plot tersebut.
Metode plot ganda dilakukan satu kali
sampling dengan cara peletakan plotnya secara acak dan teknik analisanya dengan
menghitung tumbuhan (rumput) per jenisnya
yang ada didalam plot tersebut. Metode line transek dilakukan tiga kali
sampling dan teknik analisanya yaitu dengan menghitung dan mengamati tumbuhan
yang menyentuh tali tersebut. Metode belt transek dilakukan hanya dua kali
sampling, metode ini digunakan untuk menghitung pohon dan teknik analisanya
dengan menghitung pohon yang ada pada kolom ganjil. Metode strip sensus
dilakukan satu kali serta teknik analisanya yaitu dengan menghitung tumbuhan
(pohon) yang dapat diamati pada area komunitas tersebut.
Hasil dari seluruh
sampling dari berbagai metode dimasukkan kedalam tabel dan dianalisis untuk
kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang di dapatkan. Pada metode plot tunggal menghasilkan kerapatan mutlak
22, frekuensi mutlak 1, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100% dari
1 spesies yang didapatkan.
Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan,
frekuensi dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena
dalam metode ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa
spesies tersebut memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan
mendominasi areal tersebut.
Pada metode plot acak
berganda menghasilkan kerapatan mutlak100,
frekuensi mutlak 1, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100%
dari 1 spesies yang didapatkan.
Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan,
frekuensi dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena
dalam metode ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa
spesies tersebut memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan
mendominasi areal tersebut.
Pada metode line
transek menghasilkan kerapatan mutlak total 131,4, frekuensi mutlak
total 4,97, dominansi mutlak total 0,95, INP total 299,83%, dan SDR total
99,95% dari 9 spesies yang didapatkan.
Nilai INP dari masing-masing spesies A, B, C, D, E, F, G, H dan I secara
berurut adalah 123,55%, 37,44%, 13,58%, 20,22%, 44,25%, 11,03%, 13,58%, 27,25%,
dan 8,98%. Dari 9 spesies yang ditemukan, didapatkan hasil bahwa spesies A
memiliki nilai INP tertinggi yaitu sebesar 123,55% berarti spesies A memiliki
kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Pada metode belt transek sampling pertama menghasilkan kerapatan
mutlak 0,01, frekuensi mutlak 0,03, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100%
dari 1 spesies yang didapatkan. Nilai
INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan, frekuensi
dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena dalam metode
ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebut
memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Pada metode belt transek sampling kedua menghasilkan kerapatan
mutlak total 0,04, frekuensi mutlak total 0,09, dominansi mutlak total 10, INP total
300%, dan SDR total 100% dari
2 spesies yang didapatkan. Nilai INP untuk
spesies A adalah 212% dan spesies B adalah 88%. Dari data ini, diketahui bahwa
nilai INP spesies A lebih tinggi dari spesies B yang berarti spesies A memiliki
kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Indeks
nilai penting dari masing-masing spesies menunjukkan dominasi
suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting
menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung
berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR)
dan Dominansi Relatif (DR). Dapat
pula disimpulkan bahwa setiap teknik-teknik sampling yang digunakan masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses perhitungannya dan penerapannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
tingginya vegetasi
pada suatu area komunitas yaitu bisa disebabkan oleh faktor kesuburan tanah di area komunitas tersebut,
sehingga tumbuhan dapat memperoleh unsur hara atau makanan dengan baik dan pertumbuhannya akan baik. Faktor lain yang mungkin
berpengaruh adalah faktor suhu atau iklim yang baik,
sehingga memungkinkan tumbuhan beradaptasi dengan baik serta dapat hidup dengan
suhu dan iklim yang baik.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan
pada percobaan ini yaitu :
1. Pada
metode plot tunggal menghasilkan KM=22, FM=1, DM=1, INP=300%, dan SDR=100% dari
1 spesies yang didapatkan. Pada metode plot ganda menghasilkan KM=100, FM=1, DM=1,
INP=300%, dan SDR=100% dari 1 spesies yang didapatkan. Pada metode line transek
menghasilkan KM=131,4, FM=4,97, DM=0,95, INP=299,83%, dan SDR=99,95% dari 9 spesies
yang didapatkan. Pada metode belt transek sampling pertama menghasilkan KM=0,01,
FM=0,03, DM=1, INP=300%, dan SDR=100% dari 1 spesies yang didapatkan. Pada metode
belt transek sampling kedua menghasilkan KM=0,04, FM=0,09, DM=10, INP=300%, dan
SDR=100% dari 2 spesies yang didapatkan.
2. Teknik-teknik
sampling yang digunakan pada percobaan ini yaitu dengan menggunakan plot
tunggal, plot ganda, metode line transek dan metode belt transek. Untuk
menganalisis data yang didapatkan, digunakan rumus kerapatan mutlak (KMi)=ni/L,
frekuensi mutlak (FMi)=Σplot spesies/Σtotal plot, dominansi mutlak (DMi)=jumlah
spesies/total spesies, dan indeks nilai penting (INP)= KRi+Fri+Cri.
V.2
Saran
Saran
yang dapat saya berikan pada percobaan ini yaitu pada pemberian rumus-rumus sebaiknya diberikan penjelasan
apa maksud dari rumus tersebut, agar praktikan tidak hanya asal menghitung.
DAFTAR
PUSTAKA
Anshori, M.,
2009. Biologi. Pusat Perbukuan
Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009,
Jakarta.
Campbell, N. A., Jane B.R., L.G Mitchell, 2004. Biologi. Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Heddy, S.,
1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.
Kershaw, K. A. , 1979, Quantitatif
and Dynamic Plant Ecology. Edward Arnold Publishers, London.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan
Laboratorium. Universitas Indonesia, Jakarta.
Soegianto, A.,
1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional,
Surabaya.
Sulistyorini,
A., 2009. Biologi. Penerbit PT. Balai
Pustaka, Jakarta.
Syafei, 1990, Dinamika Populasi.
Kajian Ekologi Kuantitatif.
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun
Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Webb, 1954. Pengantar
Ekologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar