Rabu, 22 Mei 2013

Metode Sampling dan Analisis Vegetasi


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN VI
METODE SAMPLING DAN ANALISIS VEGETASI

NAMA              :   SUNARTO ARIF SURA’
NIM                   :   H41112284
HARI/TGL       :   KAMIS/ 9 MEI 2013
KELOMPOK   :   I (SATU)
ASISTEN          :   SUWARDI
                               NURJIHADINNISA



















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Saat anda berjalan melalui sebuah lapangan atau tanah yang dipenuhi pohon, atau bahkan menyeberangi kampus atau saat melalui sebuah taman, coba amati beberapa interaksi antara spesies-spesies yang terdapat di sana. Anda mungkin melihat burung yang bersarang di pohon, lebah yang sedang menyerbuki bunga, jamur yang sedang bertumbuh di pohon, laba-laba yang sedang menjerat serangga pada jaringnya, pakis yang tumbuh di bawah naungan pohon, merupakan beberapa contoh interaksi yang terdapat dalam setiap pertunjukan ekologis. Lingkungan suatu organisme meliputi individu lain dalam populasinya dan populasi spesies lain yang yang hidup dalam daerah yang sama. Spesies yang bersekutu seperti itu, dan hidup saling berdekatan satu sama lain untuk dapat berinteraksi, disebut komunitas (Campbell, dkk., 2004).
Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode didalamnya  untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada (Syafei, 1990).
Metode-metode yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas tumbuhan, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, metode kwarter (Umar, 2012). Oleh karena itu, untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dominansi dari suatu organisme penyusun dalam suatu komunitas dan melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi, maka dilakukanlah percobaan ini.

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu :
1.      Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dengan menggunakan metode petak tunggal, petak ganda, line transek dan belt transek.
2.      Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan
            Percobaan ini dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 9 Mei 2013, pukul 12.00 – 14.00 WITA, bertempat di areal Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar dan pengambilan sampel bertempat di belakang Gedung Science Building, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Komunitas adalah sekumpulan berbagai macam populasi makhluk hidup yang hidup dalam suatu wilayah tertentu. Suatu komunitas tersusun dari semua populasi yang hidup dan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Sulistyorini, 2009).
Komunitas vegetasi pada tumbuhan mempunyai hubungan di antara mereka, mungkin pohon, semak, rumput, lumut kerak dan Thallophyta, tumbuh-tumbuhan ini lebih kurang menempati strata atau lapisan dari atas ke bawah secara horizontal, ini disebut stratifikasi. Individu yang menempati lapisan yang berlainan menunjukkan perbedaan-perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi klas-klas morfologi individu yang berbeda seperti, strata yang paling tinggi merupakan kanopi pohon-pohon atau liana. Untuk tujuan ini, tumbuh-tumbuhan mempunyai kelas morfologi yang berbeda yang terbentuk dalam “sinusie” misalnya pohon dalam sinusie pohon, epifit dalam sinusie epifit dan sebagainya (Syafei, 1990).
Satu organisme dikenal sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara populasi yang satu dengan populasi yang lain selalu terjadi interaksi, baik secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi kehidupan yang merupakan kesatuan Komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik (fisik) tempat hidupnya membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dihuni oleh suatu kehidupan (Anshori, 2009).
Fase dalam kajian ini ada dua, yaitu mendeskripsikan dan menganalisa, yang masing-masing menghasilkan berbagai konsep pendekatan yang berlainan. Metode manapun yang dipilih keahlian dalam bidang botani dari pelaksana (dalam hal ini adalah pengetahuan dalam sistematik), dan variasi vegetasi secara alami itu sendiri (Webb, 1954).
Metode-metode yang umum dan sangat efektif serta efisien jika digunakan untuk penelitian komunitas tumbuhan, yaitu metode kuadrat, metode garis, metode tanpa plot, metode kwarter (Umar, 2013).
Salah satu hal yang menakjubkan dalam penelitian ialah kenyataan bahwa kita dapat menduga sifat-sifat suatu kumpulan objek penelitian hanya dengan mempelajari dan mengamati sebagian dari kumpulan itu. Bagian yang diamati itu disebut sampel, sedangkan kumpulan objek penelitian disebut populasi. Objek penelitian dapat berupa orang, organisasi, kelompok, lembaga, buku, kata-kata, surat kabar dan lainlain. Dalam penelitian, objek penelitian ini disebut satuan analisis (units of analysis) atau unsur-unsur populasi. Bila kita meneliti seluruh unsur populasi, kita melakukan sensus. Sensus mudah dilakukan bila jumlah populasi terbatas. Pimpinan fakultas ingin mengetahui reaksi mahasiswa di fakultasnya terhadap kurikulum yang baru. Ia dapat mewawancarai semua mahasiswa, tanpa kecuali. Tentu saja, ada kemungkinan beberapa orang tidak sempat diwawancarai karena sakit, tidak pernah muncul di fakultas, atau  menghindari penelitian. Sensus, memang, tidak selamanya sempurna. Hasil sensus, yang mengungkapkan karakteristik populasi (seperti rata-rata, ragam, modus, atau range), disebut parameter. Bila jumlah unsur populasi itu terlalu banyak, padahal kita ingin menghemat biaya dan waktu, kita harus puas dengan sampel. Karakteristik sampel disebut statistik. Kita sebetulnya tidak tertarik pada statistik. Kita ingin menduga secara cermat parameter dari statistik. Metode pendugaan inilah yang dikenal sebagai teori sampling. Ini berarti sampel harus mencerminkan semua unsur dalam populasi secara proporsional. Sampel seperti itu dikatakan sampel tak bias (unibased sample) atau sampel yang representatif. Sebaliknya sampel bias adalah sampel yang tidak memberikan kesempatan yang sama pada semua unsur populasi untuk dipilih (Soegianto, 1994).
Transek adalah jalur sempit melintang lahan yang akan dipelajari/diselidiki. Tujuannya untuk mengetahui hubungan perubahan vegetasi dan perubahan lingkungan (Syafei, 1990).
Belt transek merupakan jalur vegetasi yang lebarnya sama dan sangat panjang. Lebar jalur ditentukan oleh sifat-sifat vegetasinya untuk menunjukkan bagan yang sebenarnya. Lebar jalur untuk hutan antara 1-10 m. Transek 1 m digunakan jika semak dan tunas di bawah diikutkan, tetapi bila hanya pohon-pohonnya yang dewasa yang dipetakan, transek 10 m yang baik. Panjang transek tergantung tujuan penelitian. Setiap segment dipelajari vegetasinya                      (Kershaw, 1979).
Metode garis-garis merupakan petak contoh (plot). Tanaman yang berada tepat pada garis dicatat jenisnya dan berapa kali terdapat/dijumpai. Pada metode garis ini, sistem analisis melalui variabel-variabel kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi yang selanjutnya menentukan INP (indeks nilai penting) yang akan digunakan untuk memberi nama sebuah vegetasi. Kerapatan dinyatakan sebagai jumlah individu sejenis yang terlewati oleh garis. Kerimbunan ditentukan berdasar panjang garis yang tertutup oleh individu tumbuhan, dan dapat merupakan presentase perbandingan panjang penutupan garis yang terlewat oleh individu tumbuhan terhadap garis yang dibuat. Frekuensi diperoleh berdasarkan berapakali suatu spesies yang ditemukan pada setiap garis yang disebar (Michael, 1994).
Penyimpangan dari karakteristik populasi disebut galat sampling (sampling error). Jadi, galat sampling adalah perbedaan antara hasil yang diperoleh dari sampel dengan hasil yang didapat dari sensus. Statistik dapat membantu kita menentukan sampling error hanya bila kita menggunakan sampel tak bias. Sampel tak bias adalah sampel yang ditarik berdasarkan probabilitas (probability sampling). Dalam sampel probabilitas, setiap unsur populasi mempunyai nilai kemungkinan tertentu untuk dipilih. Karena sampel ini mengasumsikan kerandoman (randomness), maka sampel probabilitas lazim juga disebut sebagai sampel random. Bila kita mengambil sampel tertentu berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita memperoleh sampel pertimbangan (judgemental sampling), disebut juga sampel non-probabilitas. Untuk kedua jenis sampling ini, ada beberapa alternatif teknik penelitian sampel. Teknik penarikan sampel sering disebut rencana sampling atau rancangan sampling (sampling design) (Soegianto, 1994).
Kelimpahan setiap spesies individu atau jenis struktur biasanya dinyatakan sebagai suatu persen jumlah total spesises yang ada di dalam komunitas, dan dengan demikian merupakan pengukuran yang relatif. Dari nilai relatif ini, akan diperoleh sebuah nilai yang merupakan INP. Nilai ini digunakan sebagai dasar pemberian nama suatu vegetasi yang diamati. Secara bersama-sama, kelimpahan dan frekuensi adalah sangat penting dalam menentukan struktur komunitas (Michael, 1994).
Beberapa satuan pengukuran yang digunakan dalam menerangkan suatu populasi ataupun komunitas seperti frekuensi, kepadatan, luas penutupan, dan biomassa. Kepadatan merupakan jumlah individu per unit area atau unit volume. Dalam suatu tempat tidak semuanya merupakan tempat yang layak bagi suatu spesies hewan. Mungkin dari tempat itu hanya sebagian saja yang merupakan habitat yang layak bagi hewan tersebut. Kepadatan mutlak atau kepadatan ekologi merupakan kepadatan yang mendiami bagian tertentu (Soegianto, 1994).
Sampling fauna menentukan kepadatan mutlak itu seringkali tidak mungkin dilakukan. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan membuat indeks kepadatan yang umum digunakan untuk keperluan pembandingan. Indeks itu hanya dinyatakan seabagai jumlah individu per unit habitat atau jumlah inidividu per unit usaha, bukan lagi jumlah individu per unit luas (Soegianto, 1994).
            Sampling tumbuhan menentukan permasalahan yang sering kita hadapi  dalam menentukan suatu individu tanaman. Tumbuhan yang terbentuk pohon atau herba. Untuk tanaman yang hidup di dalam kelompok atau bereproduksi secara vegetatif dengan akar di dalam tanah, cara yang umum digunakan adalah menganggap individu-inidividu tersebut terputus-putus. Sedangkan untuk tanaman yang tumbuh dalam bentuk rumpun, maka setiap rumpun dianggap sebagi satu individu. Untuk kondisi seperti ini, jenis pengukuran yang paling cocok adalah dengan mengukur luas penutupan. Dalam ekologi, frekuensi dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi suatu spesies tertentu dengan jumlah total sampel. Frekunsi relatif suatu spesies adalah frekuensi dari suatu spesies dibagi dengan jumlah frekuensi dari semua spesies yang terdapat dalam suatu komunitas (Soegianto, 1994).
            Biomassa merupakan berat dari suatu individu suatu populasi dan sering dinyatakan per unit luas atau volume. Luas penutupan adalah proporsi antara luas tempat yang ditutupi oleh suatu spesies tumbuhan dengan luas total habitat. Dalam mengukur luas penutupan ini dapat dilakukan dengan cara mengukur luas penutupan tajuk atau luas penutupan batang (Soegianto, 1994).
            Metode plot adalah prosedur yang umum digunakan untuk sampling berbagai tipe organisme. Bentuk plot biasanya segi empat atau persegi ataupun dalam bentuk lingkaran. Sedangkan ukurannya tergantung dari tingkat keheterogenan komunitas. Ukuran plot umumnya ditentukan berdasarkan luasan kurva spesies tumbuhan dan hewan menetap (sessile) ataupun yang bergerak lambat, contohnya hewan tanah dan hewan yang bersarang di lubang                       (Umar, 2013).
          Jenis vegetasi tertentu seperti padang rumput, penggunaan metode plot seringkali kurang praktis dan butuh bayak waktu. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat diakali metode transek. Metode transek ini terdapat 3 macam metode (Umar, 2013) yaitu :
1.  Line Transek
Metode ini sering digunakan oleh ahli ekologi untuk mempelajari komunitas padang rumput.
2.  Belt Transek
Metode belt transek biasa digunakan untuk mempelajari suatu kelompok hutan yang luas dan belum diketahui keadaan sebelumnya. Cara ini juga paling efektif untuk mempelajari perubahan keadaan vegetasi menurut keadaan tanah, topografi, dan elevasi. Transek dibuat memotong garis-garis topografi, dari tepi laut ke pedalaman, memotong sungia atu menaiki gunung dan menuruni lereng pegunungan.
3.  Metode Strip Sensus
      Metode strip sensus sebenarnya sama dengan metode line transek, hanya saja penerapannya untuk mempelajari ekologi vertebrata daratan. Metode ini meliputi, berjalan sepanjang garis transek tersebut. Data yang dicatat berupa indeks populasi.
            Luas tertentu dalam suatu populasi menjadikan individu-individu suatu populasi dapat didistribusikan secara seragam, acak, ataupun secara merumpun. Disrtibusi seragam jarang terdapat, hanya terjadi apabila kondisi lingkungan cukup seragam di seluruh luasan dan apabila terdapat persaingan kuat antara individu-individu misalnya pada hutan-hutan yang lebat pohon-pohon yang tinggal hampir mempunyai  distribusi relatif atau distribusi seragam karena kompetisi untuk mendapatkan unsur hara dan cahaya matahari yang kuat (Heddy, 1986).
Indeks Nilai Penting (INP) digunakan untuk menetapkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR) (Soegianto, 1994).





BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu plot 1 x 1 m, patok 1m, meteran, tali rafia (1 m, 30 m) dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu areal komunitas yang diamati.
III.3     Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah :
A.      Metode Plot Tunggal
1.        Dipilih suatu kawasan atau areal komunitas yang akan diamati.
2.        Diletakkan plot berukuran 1 X 1 m ke area tersebut tanpa memilih daerah dimana plot akan diletakkan.
3.        Dilihat dan dihitung tumbuhan (rumput) per jenis dan jumlah keseluruhan  yang ada di dalam plot.
4.        Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang didapatkan.
B.       Metode Plot Ganda
1.         Dipilih suatu kawasan atau areal komunitas yang akan diamati.
2.         Dibentangkan 2 tali sepanjang 1 meter dan lebar diantara kedua tali sebesar 10 cm.
3.         Dibuat plot sebanyak 5 plot pada bentangan tali tersebut, setiap 20 cm dibuat 1 plot sampai terbentuk 5 plot.
4.         Dilihat dan dihitung tumbuhan (rumput) per jenis dan jumlah keseluruhan  yang ada di dalam plot.
5.         Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang didapatkan.
C.      Metode Line Transek
1.        Dipilih suatu kawasan atau areal komunitas yang akan diamati
2.        Dibentangkan tali sepanjang 10 m.
3.        Dihitung dan diamati tumbuhan (rumput dan semak) yang tersentuh oleh tali.
4.        Dilakukan pengambilan tiga kali sampling.
5.        Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang didapatkan.
D.      Metode Belt Transek
1.        Ditentukan areal yang akan diamati
2.        Dibentangkan sepasang tali 30 meter dengan jarak antara tali satu dengan yang lain sepanjang 1 meter dengan menggunakan patok.
3.        Dibentangkan tali sepanjang 1 meter di antara dua tali transek sebanyak 30 tali pada setiap jarak 1 meter, sehingga dibentuk 30 petak di dalam tali transek.
4.        Diamati dan dihitung tumbuhan (pohon) yang ada pada petak ganjil.
5.        Dilakukan pengambilan dua kali sampling.
6.        Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang didapatkan.

E.       Metode Strip sensus
1.        Ditentukan area yang akan diamati
2.        Diamati setiap tumbuhan (pohon) yang terdapat dalam area komunitas tersebut.
3.        Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang didapatkan.



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Data Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Line Transek
            Tabel 1. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Line Transek
Sampling
Spesimen
Σ
A
B
C
D
E
F
G
H
I
1
6
3
3
1
8
2
0
0
0
23
2
7
2
0
2
4
0
3
8
0
26
3
27
2
0
0
0
0
0
0
1
30
Σ
40
7
3
3
12
2
3
8
1
79
Keterangan :
            A = Rumput Gajah
            B = Patikan Kebo
            C = Tumbuhan A
            D = Tumbuhan B
            E = Putri Malu Mimosa pudica
            F = Rumput Belulang
            G = Tumbuhan C
            H = Tumbuhan D
            I  = Tumbuhan E









IV.1.2 Data Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt Transek
Tabel 2. Data Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt Transek Pada Sampling Pertama


No
Spesimen
A
Σ
1
0
0
2
0
0
3
0
0
4
0
0
5
0
0
6
0
0
7
0
0
8
0
0
9
0
0
10
0
0
11
0
0
12
0
0
13
0
0
14
0
0
15
1
1
16
0
0
17
0
0
18
0
0
19
0
0
20
0
0
21
0
0
22
0
0
23
0
0
24
0
0
25
0
0
26
0
0
27
0
0
28
0
0
29
0
0
30
0
0
Σ
1
1

Keterangan : A = Pohon Nangka


  Tabel 3. Data Pengamatan dengan Menggunakan Metode Belt Transek Pada Sampling Pertama

No
Spesimen
Σ
A
B
1
0
0
0
2
0
0
0
3
0
0
0
4
0
0
0
5
1
0
1
6
0
0
0
7
0
0
0
8
0
0
0
9
0
0
0
10
0
0
0
11
0
0
0
12
0
0
0
13
0
0
0
14
0
0
0
15
1
0
1
16
0
0
0
17
0
0
0
18
0
0
0
19
0
0
0
20
0
0
0
21
0
0
0
22
0
0
0
23
0
0
0
24
0
0
0
25
0
0
0
26
0
0
0
27
0
1
1
28
0
0
0
29
0
0
0
30
0
0
0
Σ
2
1
3




















Keterangan :
            A = Pohon Mangga
            B = Pohon Ki Hujan

IV.1.3 Data Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Tunggal
            Tabel 4. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Tunggal
No
Spesimen
Σ

A

1
22
22


Σ
22
22

           



            Keterangan :
                        A = Rumput Belulang
IV.1.4 Data Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Ganda
            Tabel 5. Hasil Pengamatan dengan Menggunakan Metode Plot Ganda
Plot
Spesimen
Σ
A
1
2
2
2
3
3
3
2
2
4
1
1
5
2
2
Σ
10
10
           





            Keterangan :
                        A = Rumput Gajah








IV.2 Pembahasan
            Analisis vegetasi adalah cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi atau masyarakat tumbuh-tumbuhan. Untuk suatu kondisi lahan yang luas, maka kegiatan analisa vegetasi erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh untuk mewakili habitat tersebut.
            Ilmu vegetasi telah dikembangkan berbagai metode didalamnya  untuk menganalisis suatu vegetasi yang sangat membantu dalam mendekripsikan suatu vegetasi sesuai dengan tujuannya. Dalam hal ini suatu metodologi sangat berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan dalam bidang-bidang pengetahuan lainnya, tetapi tetap harus diperhitungkan berbagai kendala yang ada
            Percobaan ini dilakukan pada areal pengamatan yaitu di areal belakang Science Building. Untuk mengetahui kepadatan, frekuensi, dan dominansi dari organisme penyusun dalam suatu komunitas dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode. Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode plot tunggal, metode plot ganda, metode line transek, metode belt transek, dan metode strip sensus.
            Kondisi lahan yang luas sangat erat kaitannya dengan sampling, artinya kita cukup menempatkan beberapa petak contoh sesuai dengan metode masing-masing untuk mewakili habitat tersebut. Dalam sampling ada yang perlu diperhatikan yaitu jumlah replikat, cara peletakan petak contoh, dan teknik analisa vegetasi yang digunakan.
            Metode plot tunggal dilakukan satu kali sampling dan teknik analisanya dengan menghitung tumbuhan (rumput) per jenisnya yang ada didalam plot tersebut. Metode plot  ganda dilakukan satu kali sampling dengan cara peletakan plotnya secara acak dan teknik analisanya dengan menghitung tumbuhan (rumput) per jenisnya  yang ada didalam plot tersebut. Metode line transek dilakukan tiga kali sampling dan teknik analisanya yaitu dengan menghitung dan mengamati tumbuhan yang menyentuh tali tersebut. Metode belt transek dilakukan hanya dua kali sampling, metode ini digunakan untuk menghitung pohon dan teknik analisanya dengan menghitung pohon yang ada pada kolom ganjil. Metode strip sensus dilakukan satu kali serta teknik analisanya yaitu dengan menghitung tumbuhan (pohon) yang dapat diamati pada area komunitas tersebut.
Hasil dari seluruh sampling dari berbagai metode dimasukkan kedalam tabel dan dianalisis untuk kerapatan, frekuensi, dan dominansi masing-masing spesies yang di dapatkan. Pada metode plot tunggal menghasilkan kerapatan mutlak 22, frekuensi mutlak 1, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100% dari 1 spesies yang didapatkan. Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan, frekuensi dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena dalam metode ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebut memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
 Pada metode plot acak berganda menghasilkan kerapatan mutlak100, frekuensi mutlak 1, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100% dari 1 spesies yang didapatkan. Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan, frekuensi dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena dalam metode ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebut memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Pada metode line transek menghasilkan kerapatan mutlak total 131,4, frekuensi mutlak total 4,97, dominansi mutlak total 0,95, INP total 299,83%, dan SDR total 99,95% dari 9 spesies yang didapatkan. Nilai INP dari masing-masing spesies A, B, C, D, E, F, G, H dan I secara berurut adalah 123,55%, 37,44%, 13,58%, 20,22%, 44,25%, 11,03%, 13,58%, 27,25%, dan 8,98%. Dari 9 spesies yang ditemukan, didapatkan hasil bahwa spesies A memiliki nilai INP tertinggi yaitu sebesar 123,55% berarti spesies A memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Pada metode belt transek sampling pertama menghasilkan kerapatan mutlak 0,01, frekuensi mutlak 0,03, dominansi mutlak 1, INP 300%, dan SDR 100% dari 1 spesies yang didapatkan. Nilai INP (Indeks Nilai Penting) dapat digunakan untuk melihat kerapatan, frekuensi dan dominansi suatu spesies yang ada dalam suatu wilayah. Karena dalam metode ini hanya didapatkan 1 spesies, maka dapat disimpulkan bahwa spesies tersebut memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Pada metode belt transek sampling kedua menghasilkan kerapatan mutlak total 0,04, frekuensi mutlak total 0,09, dominansi mutlak total 10, INP total 300%, dan SDR total 100% dari 2 spesies yang didapatkan. Nilai INP untuk spesies A adalah 212% dan spesies B adalah 88%. Dari data ini, diketahui bahwa nilai INP spesies A lebih tinggi dari spesies B yang berarti spesies A memiliki kerapatan tumbuh yang tinggi, menyebar dan mendominasi areal tersebut.
Indeks nilai penting dari masing-masing spesies menunjukkan dominasi suatu jenis terhadap jenis lainnya atau dengan kata lain nilai penting menggambarkan kedudukan ekologis suatu jenis dalam komunitas. Indeks Nilai Penting dihitung berdasarkan penjumlahan nilai Kerapatan Relatif (KR), Frekuensi Relatif (FR) dan Dominansi Relatif (DR). Dapat pula disimpulkan bahwa setiap teknik-teknik sampling yang digunakan masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dalam proses perhitungannya dan penerapannya.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingginya vegetasi pada suatu area komunitas yaitu bisa disebabkan oleh faktor kesuburan tanah di area komunitas tersebut, sehingga tumbuhan dapat memperoleh unsur hara atau makanan dengan baik dan pertumbuhannya akan baik. Faktor lain yang mungkin berpengaruh adalah faktor suhu atau iklim yang baik, sehingga memungkinkan tumbuhan beradaptasi dengan baik serta dapat hidup dengan suhu dan iklim yang baik.















BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan pada percobaan ini yaitu :
1.      Pada metode plot tunggal menghasilkan KM=22, FM=1, DM=1, INP=300%, dan SDR=100% dari 1 spesies yang didapatkan. Pada metode plot ganda menghasilkan KM=100, FM=1, DM=1, INP=300%, dan SDR=100% dari 1 spesies yang didapatkan. Pada metode line transek menghasilkan KM=131,4, FM=4,97, DM=0,95, INP=299,83%, dan SDR=99,95% dari 9 spesies yang didapatkan. Pada metode belt transek sampling pertama menghasilkan KM=0,01, FM=0,03, DM=1, INP=300%, dan SDR=100% dari 1 spesies yang didapatkan. Pada metode belt transek sampling kedua menghasilkan KM=0,04, FM=0,09, DM=10, INP=300%, dan SDR=100% dari 2 spesies yang didapatkan.
2.      Teknik-teknik sampling yang digunakan pada percobaan ini yaitu dengan menggunakan plot tunggal, plot ganda, metode line transek dan metode belt transek. Untuk menganalisis data yang didapatkan, digunakan rumus kerapatan mutlak (KMi)=ni/L, frekuensi mutlak (FMi)=Σplot spesies/Σtotal plot, dominansi mutlak (DMi)=jumlah spesies/total spesies, dan indeks nilai penting (INP)= KRi+Fri+Cri.
V.2 Saran
            Saran yang dapat saya berikan pada percobaan ini yaitu pada pemberian rumus-rumus sebaiknya diberikan penjelasan apa maksud dari rumus tersebut, agar praktikan tidak hanya asal menghitung.
DAFTAR PUSTAKA


Anshori, M., 2009. Biologi. Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2009, Jakarta.
Campbell, N. A., Jane B.R., L.G Mitchell, 2004. Biologi. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Heddy, S., 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali, Jakarta.

Kershaw, K. A. , 1979, Quantitatif and Dynamic Plant Ecology. Edward Arnold Publishers, London.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia, Jakarta.
Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.
Sulistyorini, A., 2009. Biologi. Penerbit PT. Balai Pustaka, Jakarta.
Syafei, 1990, Dinamika Populasi. Kajian Ekologi Kuantitatif. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Umar, M. R., 2013.  Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Webb, 1954. Pengantar Ekologi Tumbuhan. ITB Press, Bandung








Tidak ada komentar: