LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
IX
INDEKS KEANEKARAGAMAN SERANGGA DI PADANG RUMPUT
NAMA : SUNARTO
ARIF SURA’
NIM : H41112284
KELOMPOK : I (SATU) A
HARI/TGL PERC. : KAMIS/11
APRIL 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN
BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
Belakang
Setiap
tingkatan biologi sangat penting bagi kelangsungan hidup spesies dan komunitas
alami, dan kesemunya penting bagi manusia. Keanekaragaman spesies mewakili
anekaragam adaptasi evolusi dan ekologi suatu spesies pada lingkungan tertentu.
Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia sumberdaya alternatifnya (Umar,
2013).
Secara umum dapat
dikatakan bahwa untuk dapat menentukan indeks keanekaragaman suatu komunitas,
sangat diperlukan pengetahuan / keterampilan dalam melakukan identifikasi
hewan. Karena itu untuk kajian dalam komunitas dan indeks keanekaragaman, sering
didasarkan pada kelompok hewan, misalnya familia, ordo atau kelas dan hal ini
pun dibutuhkan cukup keterampilan dan pengalaman. Mengingat keragaman spesies
dan jumlah hewan yang berada di daerah tropis jauh lebih banyak bila dibandingkan
dengan daerah beriklim dingin (Umar, 2013).
Suatu organisme tidak dapat hidup menyendiri,
tetapi harus hidup bersama-sama dengan organisasi sejenis atau dengan yang
tidak sejenis. Berbagai organisme yang hidup di suatu tempat, baik yang besar
maupun yang kecil, tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas
biotik. Suatu komunitas biotik terikat sebagai suatu unit oleh saling
ketergantungan anggota-anggotanya. Suatu komunitas adalah suatu unit fungsional
dan mempunyai struktur yang pasti. Tetapi srtuktur ini sangat variabel, karena
jenis-jenis komponennya dapat dipertukarkan menurut waktu dan ruang. Komunitas biotik terdiri
atas kelompok kecil, yang anggota-anggotanya lebih akrab lagi satu sama lain,
sehingga kelompok kecil itu merupakan unit ynag kohesif (Resosoedramo, 1990).
Percobaan
ini dilakukan untuk mengetahui cara menentukan
indeks keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan
menggunakan Indeks Kennedy menggunakan rumus-rumus sederhana dan cepat dalam
memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu :
1. Menentukan indeks
keanekaragaman serangga yang terdapat di padang rumput dengan menggunakan
indeks Kennedy
2. Melatih keterampilan
mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus
sederhana dan cepat dalam memprediksi keadaan suatu komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis,
11 April 2013 pukul 14.00 – 17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar,
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel dilakukan dua periode yaitu pada
tanggal 10 April 2013 pukul 06.00 dan 11 April 2013 pukul 05.30 WITA bertempat
di sekitar Danau Kampus Universitas Hasanuddin, Universitas Hasanuddin
Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hasil
konvensi keanekaragaman hayati di Nairobi, Kenya, tahun 1992, pasal (2) :
menyatakan bahwa yang dimaksud dengan “keanekaragaman
hayati (Biodiversity)” adalah keanekaragaman diantara makhluk hidup dari
semua sumber termasuk diantaranya daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain
serta komplek-komplek ekologis yang merupakan bagian dari keanekaragamannya ;
mencakup keanekaragaman di dalam spesies, diantara spesies (gen), dan
ekosistem.
Defenisi
keanekaragaman hayati menurut WWF (1989), bahwa yang dimaksud dengan
keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup organisme di bumi, berupa tumbuhan,
hewan, mikroorganisme dan genetika yang dikandungnya, serta ekosistem yang
dibangunnya menjadi lingkungan hidup, sehingga keanekaragaman hayati harus
dilihat dari tiga tingkatan yaitu tingkatan variasi genetik, variasi spesies
dan variasi habitat atau ekosistem (Umar, 2013).
Pertumbuhan
populasi merupakan suatu proses ekologi yang dapat digambarkan sebagai lintasan
(trayektory) suatu objek berubah tempat atau berpindah status dari suatu titik
ke titik berikutnya, dan proses dinamis inilah yang menjadi kajian
dinamika populasi. Proses dinamis bekerja pada setiap sistem hayati (biological
system), mengikuti kaidah-kaidah yang berkaitan dengan perubahan alamiah
(natural change) yang berlangsung menurut dimensi waktu. Ada perubahan yang
berlangsung relatif lebih lambat, ada pula yang lebih cepat. Besaran
(magnitude) juga bervariasi: ada yang besar, kecil dan bahkan yang tidak nyata
(Tarumingkeng, 1992).
Populasi merupakan kelompok individu
suatu jenis makhluk yang tergolong dalam satu spesies (atau kelompok lain yang
dapat melangsungkan interaksi genetik dengan
jenis yang bersangkutan), dan pada suatu waktu tertentu menghuni suatuwilayah
atau tata ruang tertentu (Tarumingkeng, 1992).
Serangga memiliki potensi biotik
sangat besar menyebabkan pertambahan jumlah indidvidu dalam populasi sangat
besar pula. Sedangkan daya dukung lingkungan yakni ruang dan makanan tetap
sehingga pada suatu saat daya dukung tersebut tidak dapat lagi menunjang
besarnya populasi. Keadaan seperti ini menyebabkan tercapainya titik kejenuhan
(carrying capacity) populasi. Pada keadaan tersebut kecepatan tumbuh populasi
akan mencapai puncaknya , karena besarnya populasi tidak lagi diimbangi oleh
daya dukung lingkungan yang nantinya akan menjadi faktor penghambat pertumbuhan
populasi selanjutnya. Faktor tersebut ditulis sebagai (K – N) / K, sehingga
persamaan pertumbuhan populasi pada lingkungan terbatas mengikuti persamaan
yang diturunkan oleh Verhulst – Pearl sebagai berikut (Tarumingkeng, 1992) :
Nt = No. er (K – N)t atau dN/dt = r N (K –N)
Dimana, saat itu baik ruang dan
makanan maupun lingkungan fisik atau non fisik yang biasa disebut “hambatan
lingkungan” akan menjadi faktor penghambat tumbuh dan berkembangnya populasi
serangga, sehingga populasi akan menurun. Jika keadaan lingkungan kembali
membaik, dalam hal ini makanan tersedia kembali dan ruang gerak memungkinkan
serta faktor non fisik lainnya seperti musuh-musuh alami tidak menjadi
penghambat (populasi rendah) maka populasi populasiakan
meningkat kembali, demikian seterusnya sehingga populasi akan selalu berada
disekitar garis keseimbangan populasi (Tarumingkeng, 1992).
Sebuah populasi merupakan sebuah
antitas yang lebih abstrak dibandingkan dengan suatu organisme atau suatu sel
namun populasi memiliki suatu kumpulan karakteristik yang hanya berlaku bagi
tingkat organisme biologi tersebut. Kita dapat membayangkan sebuah populasi
sebagai individu-individu yang terdiri dari spesies tunggal yang secara
bersama-sama menempati suatu luas wilayah yang sama. Pada saat tertentu setiap
populasi memiliki batas geografi dan juga ukuran populasi atau jumlah individu
yang yang dicakupnya. Dan batas suatu populasi merupakan batas alamiah dan juga
karakteristik putus setiap populasi adalah kepadatannya dan penyebarannya
(Campbell, dkk., 2004).
Perlakuan atau penyebaran populasi adalah gerakan individu-individu atau
anak-anaknya ke dalam atau keluar populasi atau daerah populasi. Ada tiga
bentuk penyebaran populasi yaitu emigrasi-gerakan keluar satu arah,
imigrasi-gerakan ke dalam satu arah, dan migrasi-berangkat (pergi) dan datang
(kembali) secara periodik membantu mortalitas dan natalitas di dalam memberi
wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi (Odum, 1998).
Peningkatan populasi yang tinggi akan
menimbulkan persaingan (kompetisi). Kompetisi ini selanjutnya berakibat dalam
waktu yang singkat akan menimbulakan efek ekologi dan dalam jangka waktu yang
lama akan meninbulkan efek atau akibat evolusi. Perlu diketahui bahwa kompetisi
membangkitkan daya juang untuk mempertahankan kelangsungan hidup, tentunya yang
kuat akan menang (survive) dari populasi yang lemah. Kalau hal ini berlangsung
singkat, ekologinya dapat berupa (Resosoedarmo, 1990) :
1. Kelahiran,
kelangsungan hidup dan pertumbuhan populasi akan terganggu.
2. Terjadi emigrasi atau
perpindahan populasi.
3. Keanekaragaman hayati tumbuh dan
berkembang dari keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis dan keanekaragaman
ekosistem. Karena ketiga keanekaragaman ini saling kait-mengkait dan
tidak terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas)
yaitu keanekaragaman hayati.
4. Keanekaragaman hayati menunjukkan
adanya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang
terlihat pada berbagai tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem.
5. a.
Keanekaragaman jenis
Manusia dalam mengenal adanya keanekaragaman makhluk hidup berdasarkan
ciri-ciri yang dapat diamati dan juga mungkin tingkah laku, penampilannya,
makanannya dan cara perkembangbiakannya, habitatnya serta interaksinya
dengan makhluk lain.
Pada tumbuhan yang dapat diamati misalnya tempat tumbuhnya, batangnya,
daunnya, bunganya, serangga yang mengunjunginya serta burung yang bersarang di
dalamnya.
b. Keanekaragaman genetis/gen/genetika
Setiap populasi mempunyai sifat genetik tertentu. Individu-individu
sejenis ini mempunyai kerangka dasar komponen genetis yang sama (kromosomnya
sama tetapi memiliki komponen faktor keturunan yang berbeda). Misal : rasa
manis dan asam pada mangga warna kuning, merah dan putih pada biji jagung.
Keanekaragaman gen menentukan keanekaragaman jenis individu, meski
jenisnya sama tetapi memiliki gen yang tidak sama bila dibandingkan dengan
individu lain dalam kelompok tersebut. Keaneka ragaman genetik merupakan
keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu jenis. Dengan demikian tidak ada
satu makhlukpun yang sama persis dalam penampakannya.
c. Keanekaragaman ekosistem
Ekosistem merupakan satu kesatuan lingkungan yang melibatkan faktor
biotik (makhluk hidup) dan faktor abiotik (mineral, udara, air, tanah dll.) yang
berinteraksi satu sama lain. Indonesia memiliki makhluk hidup yang bervariasi,
sehingga ekosistem yang terbentuk juga beragam.
misal :
1.
ekosistem
bahari
2.
ekosistem
hutan bakau
3.
ekosistem
hutan rawa air tawar
4.
ekosistem
danau
5.
ekosistem
pertanian
Keanekaragaman kecil terdapat pada
komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang ekstrim, misalnya
daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Sementara itu,
keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum. Hutan
tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi.
Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi, seperti dicontohkan dengan hutan itu mempunyai
keanekaragaman yang tinggi itu stabil. Tetapi ada juga ahli yang berpendapat
sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu berarti stabilitas. Kedua
pendapat ini ditopang oleh argumen-argumne ekologi yang masuk akal,
masing-masing ada benarnya dan ada kelemahannya (Resosoedarmo, 1990).
Konsep komunitas
merupakan salah satu asas pemikiran dan praktek ekologi yang sangat penting.
Ini dalamteori ekologi sebab menekankan kenyataan bahwa keanekaragaman jenis
organisme biasanya hidup bersama secara beraturan, tak hanya tersebar begitu
saja di permukaan bumi komunitas selalu terdiri dari beragam jenis.
Antarspesies selalu saling berhubungan dan membrikan pengaruh. Contohnya,
komunitas sawah, misalnya padi, tikus, wereng, dan capung serta tanaman
lainnya. Kita lihat saja misalnya tikus, demikian pula tikus ada hubungannya
dengan wereng. Hubungan antarspesies dapat terjadi di dalam komunitas dapat
langsung dan tidak langsung (Michael, 1994).
Keanekaragaman hayati merupakan
sumberdaya alam yang akan memberikan manfaat-manfaatnya (Umar, 2013) sebagai
berikut :
a. Pemanfaatan untuk
kepentingan konsumsi
Meliputi
kegiatan pemanfaatan sumberdaya secara langsung yang bersifat nin komersial,
jenis pemanfaatan ini dapat menawarkan jaminan keamanan ingkungan dan tidak
ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya.
b. Pemanfaatan untuk kepentingan produksi
Jenis
pemanfaatan ini lebih bersifat komersial yang sering tidak mencerminkan sifat
keberlanjutan. Pemanfaatan ini meliputi kegiatan pariwisata, karena banyak
habitat alam memiliki nilai keindahan dan rekreatif yang tinggi.
c. Pemanfaatan untuk kepentingan non
konsumtif
Merupakan
kegiatan pemanfaatan yang mengandalkan proses-proses alam seperti halnya
pengendalian erosi, cuaca, siklus karbon dan sebagainya.
Punahnya spesies adalah masalah lain
yang mendesak, hal ini terjadi karena eksploitasi berlebihan dan kerusakan
habitat serta kurangnya upaya rehabilitasi, penangkaran, dan peternakan hewan
maupun tanaman liar yang berpotensi ekonomi tinggi. Penyebab atau ancaman pada
keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh kegiatan manusia (Umar, 2013)
sebagai berikut :
1. Perusakan dan
fragmentasi habitat.
2. Introduksi spesies
eksotik (pendatang) dan penyebaran penyakit.
3. Eksploitasi
spesies hewan dan tumbuhan secara berlebihan.
4. Pencemaran tanah,
air dan udara.
5. Perubahan iklim
global dan regional.
6. Industri pertanian
dan kehutanan.
Manusia akan mendapatkan manfaat
sebesar-besarnya dari keanekaragaman hayati secara berkelanjutan, apabila
manusia terus-menerus mempelajari keanekaragaman hayati. Manfaat yang diperoleh
dalam mempelajari keanekaragaman hayati (Ferial, 2013) antara lain :
1.
Mengetahui manfaat setiap jenis organisme.
2. Mengetahui adanya
saling ketergantungan diantara organisme satu dengan organisme lainnya.
3. Memahami ciri-ciri
sifat setiap organisme.
4. Memahami adanya
hubungan kekerabatan antar organisme.
5. Memahami manfaat
keanekaragaman hayati bagi kelangsungan hidup manusia.
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan
ini yaitu botol sampel, botol pembunuh, pinset, dan sweeping
net.
III.2 Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan dalam percobaan ini yaitu kertas, alkohol
dan serangga yang tertangkap.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
a. Cara pengambilan sampel
1.
Dipilih lokasi padang rumput yang ada disekitar kampus yaitu
di sekitar danau kampus, kemudian dilakukan penangkapan serangga dengan
menggunakan sweeping net.
2.
Diayunkan sweeping net ke kiri dan ke kanan di permukaan
padang rumput, setiap melangkah dilakukan 1 kali ayunan. Dilakukan 20 kali ayunan
(20 langkah), 10 langkah kedepan, kemudian berbalik arah dan melangkah lagi 10
langkah.
3.
Ditutup pangkal sweeping net agar serangga yang tertangkap
tidak lepas, kemudian masukkan kedalam botol pembunuh yang berisi alkohol.
Dibiarkan sampai serangga mati.
4.
Lakukan penangkapan dengan sweeping net dengan jumlah ayunan
dan langkah yang sama di tempat yang berbeda.
b.
Cara kerja dilaboratorium
1.
Dilakukan pengamatan dan perhitungan.
2.
Diambil serangga satu per satu secara acak menggunakan
pinset.
3.
Diambil dan diamati serangga no.1, kemudian diletakkan pada
kertas, diambil dan diamati serangga no.2 dan letakkan berdampingan serangga
no.1 diatas kertas dan beri tanda + apabila kedua serangga tersebut tidak
sejenis atau beda, tetapi apabila sama, maka beri tanda 0 pada lembar kerja,
kemudian lanjutkan pengamatan dengan sampel no.3 dan seterusnya kepada semua
sampel (serangga).
5.
Dibandingkan serangga (sampel) tersebut hanya dengan hewan
sebelumnya.
6.
Dilakukan perhitungan indeks keanekaragaman atau indeks
diversitas (I.D.) Kennedy :
ID Kennedy = Jumlah tanda
+ / Jumlah serangga yang diamati
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
VI. 1 Hasil
IV. 1. 1
Tabel
a. Pengamatan Lokasi I
Tabel
1. Pengamatan Lokasi I
Urutan
Spesimen
|
Jumlah Tanda +
|
0
+ + + + + + 0 + +
+
+ + + + 0 + 0 + +
+
+ + + + + + + + 0
+
+ + 0 + + + 0
|
8
8
9
6
|
∑ = 38
|
∑ = 31
|
b. Pengamatan Lokasi II
Tabel
2. Pengamatan Lokasi II
Urutan
Spesimen
|
Jumlah Tanda +
|
0 0 0 + 0 + 0 0 + +
+
+ + 0 + + + + 0 +
+
+ + + 0 0 0 0 0 +
+
+ + 0 0 + + 0 0 0
+
+ + + 0 + + 0 0 +
+
+ + 0 + + 0 0 + +
0
0 + + 0 + + + + +
+
0 + 0 0 + + 0 0 0
0
+ + 0 0 0 0 0 0 0
0
0 0 0 0 + + 0 0 0
0
0 0 + + + + 0 0 0
0
0 + + 0 + + + + 0
+
|
4
8
5
5
7
7
7
4
2
2
4
6
1
|
∑ = 121
|
∑ = 62
|
IV. 1. 2
Analisis
Data
a.
Pada
Lokasi I
ID
Kennedy =
ID Kennedy =
=
0,8 (Tingkat
keanekaragaman tinggi)
b.
Pada
Lokasi II
ID
Kennedy =
ID
Kennedy =
=
0,5 (Tingkat
keanekaragamaan sedang)
Parameter Keanekaragaman
-
< 0,5 = Rendah
-
0,5 – 0,7 = Sedang
-
0,7 – 1,0 = Tinggi
|
VI. 2
Pembahasan
Menentukan keanekaragaman suatu komunitas sangat
diperlukan pengetahuan atau keterampilan dalam mengidentifikasi hewan. Salah
satu cara untuk menduga indeks keanekaragaman suatu habitat atau komunitas
adalah cara tanpa harus mengetahui nama
masing-masing jenis hewan dan kelompok hewan dimana cara ini merupakan cara
yang dikemukakan oleh Kennedy.
Pada percobaan ini dilakukan pengambilan sampel pada dua lokasi berbeda di sekitar Danau Kampus
Universitas Hasanuddin. Sampel tersebut
akan diamati
di laboratorium untuk menentukan indeks keanekaragamannya dengan menggunakan
Indeks Kennedy. Dengan metode ini kita dapat mengetahui tingkat keanekaragaman
suatu serangga di suatu padang rumput
tanpa harus mengetahui nama masing-masing jenis serangga.
Berdasarkan hasil pengamatan, terdapat perbedaan tingkat keanekaragaman pada dua
lokasi pengambilan sampel tersebut. Hasil perhitungan
melalui Indeks Kennedy pada lokasi I yaitu 0,8,
hal ini menunjukkan bahwa pada lokasi tersebut memiliki
tingkat keanekaragaman tinggi, sedangkan pada lokasi II
didapatkan nilai 0,5
berarti tingkat keanekaragaman
sedang.
Keanekaragaman
tinggi di lokasi I dapat di pengaruhi oleh lokasi yang lembab, tanah kaya, dan
terdapat banyak rerumputan di lokasi tersebut, sedangkan pada lokasi II
menunjukkan keanekaragaman sedang dapat dipengaruhi oleh lokasi yang agak
kering, dan tidak terlalu banyak rerumputan yang tumbuh disekitar lokasi
tersebut. Selain kedua faktor tersebut, tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman
dapat pula dipengaruhi oleh waktu, dimana keragaman komunitas
bertambah sejalan waktu berarti
komunitas tua yang sudah lama berkembang, lebih banyak terdapat organisme dari
pada komunitas muda yang belum berkembang,
heterogenitas,
yaitu ruang
dimana semakin heterogen suatu lingkungan fisik
semakin kompleks komunitas flora dan fauna disuatu tempat tersebar dan semakin
tinggi keragaman jenisnya, kompetisi,
yang terjadi apabila
sejumlah organisme menggunakan sumber yang sama yang ketersediannya kurang,
atau walaupun ketersediannya cukup, namun persaingan tetap terjadi juga bila
organisme-organisme itu memanfaatkan sumber tersebut, yang satu menyerang yang
lain atau sebaliknya, pemasangan,
yaitu mempertahankan
komunitas populasi dari jenis bersaing yang berbeda di bawah daya dukung
masing-masing selalu memperbesar kemunginan hidup berdampingan sehingga
mempertinggi keragaman, apabila intensitas dari pemasangan terlalu tinggi atau
rendah dapat menurunkan keragaman jenis,
kestabilan iklim, makin stabil, suhu, kelembaban,
salinitas, pH dalam suatu lingkungan tersebut. Lingkungan yang stabil, lebih
memungkinkan keberlangsungan evolusi,
produktifitas, yaitu
menjadi syarat mutlak untuk keanekaragaman yang tinggi.
BAB
V
PENUTUP
V. 1
Kesimpulan
Dari percobaan ini dapat disimpulkan
bahwa :
1.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan metode Indeks Kennedy, hasil
yang didapatkan pada lokasi I didapatkan nilai 0,8 yang berarti tingkat
keanekaragaman pada lokasi padang rumput I termasuk kategori tinggi dan pada lokasi
padang rumput II yaitu 0,5 berarti tingkat keanekaragaman sedang.
2.
Teknik-teknik sampling organisme dilakukan dengan metode mengambil sampel menggunakan sweeping net dan tidak
mengembalikan lagi ke habitatnya karena akan diamati dan dihitung dengan
menggunakan rumus-rumus yang ada pada metode Indeks Kennedy dengan rumus :
ID
Kennedy =
V. 2
Saran
Saran
yang dapat saya berikan pada percobaan
ini yaitu sebaiknya penggunaan mikroskop saat membedakan sampel
direalisasikan seperti yang tercantum pada cara kerja di buku penuntun
praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, Reece, Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3. Penerbit Erlangga, Jakarta.
Michael, 1994. Metode
Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboatorium. Universitas
Indonesia, Jakarta.
Odum, Eugene. 1993. Dasar-Dasar
Ekologi. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Resosoedarmo, Soedjiran. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Setiadi, D., 1990. Dasar-Dasar Ekologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Tarumingkeng,
1992. Dinamika Populasi Serangga. Jurusan Biologi Universitas Brawijaya, Surabaya.
Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
__________________
Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar