Rabu, 22 Mei 2013

Percobaan Korelasi Antara Panjang dan Berat


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Setiap organisme di alam akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Perkembangan meliputi 3 proses yaitu morfogenesis, diferensiasi, dan pertumbuhan, sedangkan pertumbuhan itu sendiri merupakan peningkatan ukuran organism sebagai akibat dari pertambahan (pembelahan) jumlah sel, volume, ukuran, dan banyaknya matriks intraseluler selnya. Akibat dari pertumbuhan adalah terjadinya pertambahan panjang, lebar, diameter dan dengan secara pasti akan diikuti pertambahan berat organisme. Pertumbuhan pada hewan terjadi setelah selesainya morfogenesis dan diferensiasi, sedangkan pada tumbuhan mengalami tumpang tindih dimana pada waktu tertentu pertumbuhan terjadi mendahului morfogenesis dan diferensiasi (ujung akar dan batang), tetapi pada pembesaran batang terjadi setelah morfogenesis dan diferensiasi berlangsung (Umar, 2013).
             Pertumbuhan dapat diartikan sebagai pertambahan ukuran, massa dan jumlah sel – sel yang tidak dapat balik lagi ke bentuk semula (irreversible) artinya pertumbuhan tersebut hanya bergerak ke satu arah yaitu peningkatan kualitas dan kuantitas. Pertumbuhan tidak menyangkut pendewasaan seperti pembungaan dan pembuahan, hal demikian di atur oleh perkembangan khusus ,sebetulnya perkembangan merupakan perubahan yang dipengaruhi oleh hormon dan hereditas (Umar, 2013).
             Ada 3 macam pertumbuhan yang dikenal yaitu pertumbuhan allometrik, pertumbuhan determinan (ciri khas pada hewan) dan pertumbuhan intermediat (ciri khas pada tumbuhan) (Umar, 2013).
 Pertumbuhan dan perkembangan keanekaragaman makhluk hidup di sebabkan oleh beberapa faktor. Dalam ilmu ekologi ini dilakukan penelitian dan pengamatan dalam pengambilan sampel dan data secara acak. Dalam percobaan ini akan dipelajari bagaimana cara mengukur dan menimbang biji serta korelasi antara faktor-faktor yang mempengaruhi berat serta panjangnya. Berdasarkan hal-hal tersebut maka percobaan ini dilakukan.

I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan tentang korelasi antara panjang dan berat adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan korelasi antara panjang dengan  pertambahan berat dari suatu sampel yang diukur.
2. Mengenalkan dan melatih mahasiswa dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan parameter fisik dalam lingkungan.

I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Korelasi Antara Panjang dan Berat dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 21 Maret 2013 pukul 14.00 – 17.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Lantai I, jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan adalah proses pertambahan ukuran sel atau organisme. Pertumbuhan ini bersifat kuantitatif / terukur. Sedang perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada organisme. Proses ini berlangsung secara kuantitatif dan  kualitatif. Baik pertumbuhan atau perkembangan bersifat irreversibel. Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Diferensiasi adalah perubahan yang terjadi dari keadaan sejumlah sel, membentuk organ-organ yang mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda (Wikipedia, 2013).
Ada 3 macam pertumbuhan yang dikenal (Umar, 2013) yaitu :
a. Pertumbuhan allometrik : variasi pertumbuhan relatif pada berbagai bagian  tubuh yang membantu member bentuk organisme.
b. Pertumbuhan determinan : pertumbuhan organisme yang akan berhenti tumbuh  setelah mencapai ukuran tertentu, ini umumnya ciri khas pada hewan.
c. Pertumbuhan intermediate : pertumbuhan organisme yang terus bertumbuh selama masih hidup, ini umumnya ciri khas tumbuhan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan  dapat dibagi kedalam 2 bagian besar yaitu Faktor internal dan faktor eksterna. Berikut penjelasannya (Hadi, 2008) :
a.       Faktor internal
1). Gen
Ukuran, bentuk, dan kecepatan tumbuh dikendalikan oleh gen-gen yang terdapat di dalam kromosom. Gen-gen tersebut diariskan dari induk tumbuhan kepada keturunannya. Gen-gen tersebut akan mengatur pola dan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
2).  Hormon
Hormon merupakan senyawa organik yang mengatur pertumbuhan tumbuhan. Hormon juga dikenal sebagai zat tumbuh.
b.      Faktor eksternal
1).  Air dan Mineral
Tumbuhan memerlukan air dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Air dan mineral diserap dari dalam tanah oleh akar. Air berfungsi sebagai pelarut dan untuk fotosintesis. Mineral seperti karbon, nitrogen, fosfat, kalsium, dan magnesium berguna sebagai bahan pembangun tubuh tumbuhan.
2). Kelembapan
Kelembapan menunjukkan kandungan air di tanah dan udara. Bila kelembapan sendah, transpirasi akan meningkat sehingga penyerapan air dan mineral semakin banyak. Keadaan ini dapat memacu laju pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan.
3). Cahaya
Cahaya matahari sangat diperlukan dalam proses fotosintesis. Proses ini menghasilkan makanan yang dapat digunakan untuk mendapatkan energi dan membangun tubuh.
4.)   Metagenesis
Siklus hidup tumbuhan memperlihatkan suatu pergiliran keturunan (metagenesis). Pergiliran keturunan meliputi fase gametofit dan sporofit. Fase gametofit atau fase generatif merupakan tahap menghasilkan gamet haploid. Fase sporofit atau fase vegetatif merupakan tahap menghasilkan spora. Gametofit menghasilkan gamet haploid yang menyatu membentuk zigot
Koefisien korelasi merupakan alat statistik yang penting jika diterapkan pada situasi yang tepat. Harus diingat bahwa koefisien korelasi semata-mata menunjukkan keberadaan dan ketidak beradaan sebuah hubungan apakah positif atau negatif antara dua variable. Hal itu seyogyanya tidak disimpulkan bahwa ini berarti sebuah variable adalah penyebab langsung dari yang lain. Bila koefisien korelasi semata-mata digunakan sebagai penunjuk pada beberapa proses hubungan antara dua variable, maka akan berguna bukannya menyesatkan. Ide koefisien korelasi dapat diperluas pada setiap jumlah variable (Resosoedarmo, 1990).
Korelasi ialah suatu keterkaitan yang bisa ditangkap dari perbandingan dua proporsi yang masing-masing proporsi mengandung 2 kriteria yang salah satu kriteria disebutkan dalam kedua proporsi tersebut. Korelasi (Santoso, 2007) terbagi atas :
1. Korelasi Positif
Misalkan terdapat sebuah populasi yang anggotanya mengandung suatu kriteria P dan beberapa anggota juga memiliki kriteria Q. Maka, pada populasi tersebut P berkorelasi positif dengan Q jika proporsi Q dalam P bernilai lebih besar daripada proporsi Q dalam non-P. Atau sebaliknya, proporsi P dalam Q lebih besar dari proporsi P dalam non-Q. Sebagai contoh, berdasarkan penelitian yang dilakukan produsen sabun A di sebuah toko B kepada 100 orang pengunjung, 30 orang membeli sabun, 10 diantaranya telah mengingat iklan terbaru sabun A. Sedangkan dari yang tidak membeli, 12 orang diantaranya telah mengingat iklan sabun tersebut. Dari contoh ini, terdapat suatu korelasi positif  karena proporsi dari kriteria yang mengingat iklan dan membeli sabun (33%) lebih besar daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak membeli sabun (17%).
2. Korelasi Negatif dan Tidak Berkorelasi
Suatu korelasi negatif atau malah tidak ada korelasi antara dua proporsi, jika merujuk pada kasus pembelian dan iklan sabun di atas, korelasi negatif terjadi jika proporsi dari kriteria yang mengingat dan membeli sabun lebih kecil daripada proporsi yang mengingat iklan dan tidak membeli sabun. Sedangkan kasus yang tidak berkolerasi bisa terjadi jika kedua proporsi tersebut memiliki tingkat proporsi yang sama (equal).
Dalam suatu penelitian, sampel yang dikumpulkan harus data yang benar, dan cara pengumpulan (sampling) data tersebut harus dilakukan dengan benar dan mengikuti metode dan tata cara yang benar sehingga kesimpulan hasil penelitian yang dapat dipercaya. Prosedur pengambilan sampel yang menghasilkan kesimpulan terhadap populasi yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dikatakan berbias. Untuk menghilangkan kemungkinan bisa ini maka sampel harus diambil berdasarkan  prosedur khusus khusus (Spesific procedures). Ada berbagai prosedur untuk memilih sampel (Soewarno, 1995) antara lain :
1). Pemilihan acak (random selection), berdasarkan ketentuan bahwa setiap pengukuran dilakukan secara terpisah dan masing-masing data yang diukur mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel.
2). Pemilihan sengaja (purposive selection), pemilihan sampel yang dilakukan secara sengaja dan sepenuhnya dengan kesengajaan oleh pengambil sampel.
Pemilihan sampel data hidrologi yang dilakukan secara acak berdasarkan ketentuan bahwa setiap pengukuran dilakukan secara terpisah dan masing-masing
data yang diukur mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Prosedur pemilihan sampel secara acak adalah yang paling sering dilakukan oleh para peneliti di bidang hidrologi (Soewarno, 1995).
Tipe pemilihan acak ada empat, diantaranya disampaikan secara ringkas (Soewarno, 1995) sebagai berikut :
1. Pemilihan acak sederhana (Simple Random Sampling)                            Pemilihan sejumlah sampel (n) buah dilakukan dengan menggunakan suatu alat mekanik (misal: mata uang, dadu, kartu) atau dengan menggunakan tabel yaitu tabel bilangan random (Random digit table). Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang dipilih dari populasi dianggap cocok, dengan ketentuan bahwa setiap unsure yang terdapat dalam populasi tersebut mempunyai peluang yang sama untuk dipilih. Pemilihan yang bersifat acak akan memberikan hasil yang memuaskan bila populasi darimana asal sampel tersebut dipilih benar-benar bersifat sama jenis atau homogeny.
2.   Pemilihan acak berangkai (Random Serial Sampling)
Pemilihan sampel ditentukan dengan cara membagi populasi berdasarkan interval tertentu.
3.   Pemilihan acak bertingkat
Apabila dalam pemilihan sampel ternyata populasinya terdiri dari bermacam-macam jenis (heterogen), maka populasi tersebut harus dibagi ke dalam beberapa stratum dan sampelnya dipilih secara acak dari tiap stratum. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk :
1.      Menganalisa setiap populasi yang lebih homogenya secara terpisah.
2.      Meningkatkan ketelitian dalam pengambilan keputusan seluruh populasi.














BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
            Alat yang digunakan dalam percobaan adalah jangka sorong (0.05 mm), timbangan digital, spidol, mistar, dan  kalkulator.

III.2. Bahan
            Bahan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah biji jarak Ricinus communis, biji flamboyan Delonix regia,  dan kertas grafik.

III.3. Cara kerja
Cara kerja dalam percobaan tersebut adalah:
1. Kertas grafik dibagi menjadi 15 bagian berbentuk kotak dengan spidol dan diberi nomor pada tiap kotak dimulai dari nomor 1 hingga 15.
2.  Setiap kotak terdiri atas panjang 5 dan lebar 3
3. Biji diambil secara acak sebanyak 15 biji kemudian diletakkan pada kotak bernomor yang telah dibuat di kertas grafik tadi.
4. Panjang tiap biji diukur dengan menggunakan jangka sorong, tulislah hasilnya pada kotak dikertas grafik yang sesuai dengan nomor kotak dimana biji itu diambil, kemudian biji kembali diletakkan di kotak semula.
5. Satu persatu 15 biji yang sudah diketahui panjangnya ditimbang lalu dicatat beratnya serta dikembalikan pada kotak semula.
6. Untuk perhitungan, analisis data dan lain-lain digunakan data dari dua kelompok perhitungan dari masing-masing kelompok.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Pengamatan
IV.1.1 Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Jarak Kepyar Ricinus communis

Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
Biji ke-
X (Cm)
Y (gr)
1
1,73
0,62
2
1,87
0,4
3
1,66
0,6
4
1,72
0,62
5
1,86
0,52
6
1,87
0,76
7
1,73
0,66
8
1,73
0,66
9
1,79
0,6
10
1,72
0,58
11
1,62
0,46
12
1,73
0,68
13
1,74
0,62
14
1,8
0,54
15
1,64
0,56




IV.1.2 Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Flamboyan Delonix regia

Tabel 2. Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Flamboyan Delonix regia
Biji ke-
X (Cm)
Y (gr)
1
0,96
0,28
2
0,97
0,26
3
0,93
0,3
4
0,91
0,28
5
0,92
0,24
6
0,96
0,28
7
0,98
0,28
8
0,92
0,24
9
0,92
0,24
10
0,92
0,28
11
0,98
0,28
12
0,96
0,28
13
0,95
0,28
14
0,97
0,28
15
0,93
0,3






IV.2 Analisis Data
IV.2.1.1 Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Jarak Kepyar Ricinus communis

Tabel 3. Data Perhitungan Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
No
Xi
 X12
(Xi-  )
(Xi-  )2 
Y1 
Y12 
(Y1-  )
 (Y1-  )2
X1Y1 


1
1.73
2.99
-0.017
0.00028
0.62
0.38
0.028
0.00078
1.072

2
1.87
3.49
0.123
0.01512
0.40
0.16
-0.192
0.03686
0.748

3
1.66
2.75
-0.087
0.00756
0.60
0.36
0.008
0.00006
0.996

4
1.72
2.95
-0.027
0.00072
0.63
0.39
0.038
0.00144
1.083

5
1.86
3.45
0.113
0.01276
0.52
0.27
-0.072
0.00518
0.967

6
1.87
3.49
0.123
0.01512
0.76
0.57
0.168
0.02822
1.421

7
1.73
2.99
-0.017
0.00028
0.66
0.43
0.068
0.00462
1.141

8
1.73
2.99
-0.017
0.00028
0.66
0.43
0.068
0.00462
1.141

9
1.79
3.20
0.043
0.00184
0.60
0.36
0.008
0.00006
1.074

10
1.72
2.95
-0.027
0.00072
0.58
0.33
-0.014
0.00019
0.997

11
1.62
2.62
-0.127
0.01612
0.46
0.21
-0.132
0.01742
0.745

12
1.73
2.99
-0.017
0.00028
0.68
0.46
0.088
0.00774
1.176

13
1.74
3.02
0.007
0.00005
0.62
0.38
0.028
0.00078
1.078

14
1.80
3.24
0.053
0.00280
0.54
0.29
-0.052
0.00270
0.972

15
1.64
2.68
0.107
0.01144
0.56
0.31
-0.032
0.00102
0.918

 
26.21
45.8
0
0.08537
8.88
5.33
0
0.11169
15.529

 
1.747
3.053
0
0.00569
0.592
0.35
0
0.00744
1.035


a).  Panjang biji jarak Ricinus communis
- Panjang rata-rata (x)                   : 1.74 cm
- Panjang (X maks)                       : 1.87 cm
- Panjang (X min)                          : 1.62 cm
b).  Berat biji jarak Ricinus communis
- Berat rata-rata (y)                       : 0.59 gr
- Berat (maks)                               : 0.76 gr
- Berat (min)                                  : 0.40 gr

c).  Simpangan baku untuk panjang biji jarak Ricinus communis
     SDx =  =  =  = 0,078 cm
d). Simpangan baku untuk berat biji jarak Ricinus communis
      SDy =  =  =  = 0,088 gram
e). Banyak kelas
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 15
= 1 + 3,3. 1,1
= 4,88
   5
f). Interval panjang biji jarak Ricinus communis
          =  = 0.05 cm
g). Interval berat biji jarak Ricinus communis
            =  = 0.07 g
h). Distribusi frekuensi panjang biji jarak kepyar Ricinus communis
Tabel 4. Distribusi frekuensi panjang biji jarak kepyar Ricinus communis
Kelas
Interval
Frekuensi
A
1.62 - 1.67
3
B
1.68 - 1.72
2
C
1.73 - 1.77
5
D
E
1.78 - 1.82
1.83 - 1.87
2
3



Σ 
15



i). Distribusi frekuensi berat biji arak kepyar Ricinus communis
Tabel 5. Distribusi berat frekuensi biji jarak kepyar Ricinus communis
Kelas
Interval
Frekuensi
A
0.40 - 0.47
2
B
0.48 - 0.55
2
C
0.56 - 0.63
4
D
E
0.64 - 0.71
0.72 - 0.79
6
1



 Σ
15

j). Grafik Panjang Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
    
             Gambar 1. Histogram Panjang Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
k). Grafik Berat Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
     
              Gambar 2. Histogram Berat Biji Jarak Kepyar Ricinus communis
l) Analisis korelasi (Rumus Person Product Moment)
rxy  =
  =
  =
  =
  = 0,54
m) Uji t (t test)
t    =
     =
     =
=
= 2,73
Jadi nilai t hitung untuk biji jarak kepyar Ricinus communis yaitu 2,73








IV.2.1.2 Analisis Data Hasil Pengukuran dan Penimbangan Biji Flamboyan Delonix regia

Tabel 6. Data Perhitungan Biji Flamboyan Delonix regia
No
Xi
 X12
(Xi-  )
(Xi-  )2 
Y1 
Y12 
(Y1-  )
 (Y1-  )2
X1Y1 


1
0.96
0.9216
0.015
0.00022
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2688

2
0.97
0.9409
0.025
0.00062
0.26
0.0676
-0.013
0.00016
0.2522

3
0.93
0.8649
-0.015
0.00022
0.30
0.09
0.027
0.00072
0.279

4
0.91
0.8281
-0.035
0.00122
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2548

5
0.92
0.8464
-0.025
0.00062
0.24
0.0576
-0.033
0.00108
0.2208

6
0.96
0.9216
0.015
0.00022
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2688

7
0.98
0.9604
0.035
0.00122
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2744

8
0.92
0.8464
-0.025
0.00062
0.24
0.0576
-0.033
0.00108
0.2208

9
0.92
0.8464
-0.025
0.00062
0.24
0.0576
-0.033
0.00108
0.2208

10
0.92
0.8464
-0.025
0.00062
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2576

11
0.98
0.9604
0.035
0.00122
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2744

12
0.96
0.9216
0.015
0.00022
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2688

13
0.95
0.9025
0.005
0.00002
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.266

14
0.97
0.9409
0.025
0.00062
0.28
0.0784
0.007
0.00004
0.2716

15
0.93
0.8649
-0.015
0.00022
0.30
0.09
0.027
0.00072
0.279

 
14.18
13.4134
0.005
0.0085
4.1
1.126
0.005
0.00487
3.877

 
0.945
0.890
0.0003
0.0005
0.273
0.068
0.0003
0.00032
0.258


a). Panjang biji flamboyan Delonix regia
- Panjang rata-rata (x)                   : 0.945 cm
- Panjang (X maks)                       : 0.98 cm
- Panjang (X min)                          : 0.91 cm
b). Berat biji Flamboyan  Delonix regia
- Berat rata-rata (y)                       : 0.273gr
- Berat (maks)                               : 0.30 gr
- Berat (min)                                  : 0.24 gr


c). Simpangan baku untuk panjang biji flamboyan Delonix regia
SDx =  =  =  = 0,024 cm
d). Simpangan baku untuk berat biji flamboyan Dlonix regia
SDy =  =  =  = 0,018 gram
e). Banyak kelas
K = 1 + 3,3 log
= 1 + 3,3 log 15
= 1 + 3,3. 1,
= 4.88
f). Interval panjang biji flamboyan Delonix regia
      =  = 0.014 cm
g). Interval berat biji flamboyan Delonix regia
          =  = 0.012 gr
h). Distribusi frekuensi panjang biji flamboyan Delonix regia
Tabel 7. Distribusi frekuensi panjang biji flamboyan Delonix regia
Kelas
Interval
Frekuensi
A
0.91 – 0.92
5
B
0.92 – 0.93
2
C
0.94 – 0.95
1
D
E
   0.96 – 0.97
0.98 – 0.99
3
4



Σ 
15




i). Distribusi frekuensi berat biji flamboyan Delonix regia
Tabel 8. Distribusi berat frekuensi biji flamboyan Delonix regia
Kelas
Interval
Frekuensi
A
0.24 - 0.252
3
B
0.253 - 0.265
1
C
0.266 - 0.278
0
D
E
0.279 - 0.291
0.292 - 0.304
9
2



 Σ
15

j). Grafik Panjang Biji flamboyan Delonix regia





Gambar 3. Histogram panjang biji flamboyan Delonix regia
k). Grafik Berat Biji flamboyan Delonix regia
Gambar 4. Histogram berat biji flamboyan Delonix regia
l).  Analisis korelasi (Rumus Person Product Moment)
rxy   =
=         
                          =
              =
              = 0,62
m). Uji t (t test)
 t                =
             =
             =
             = = 5,8
Jadi, nilai t hitung untuk biji flamboyan Delonix regia yaitu 5,8.










IV. 3 Pembahasan
            Pada percobaan Korelasi Antara Panjang dan Berat ini, digunakan 2 jenis biji yang berbeda yaitu biji jarak kepyar Ricinus communis dan biji flamboyan Delonix regia. Dilakukan pengukuran panjang dan berat terhadap dua biji tersebut untuk mengetahui apakah ada hubungan antara panjang dengan pertambahan berat dari kedua biji tersebut. Untuk mengetahui adanya korelasi antara panjang dan berat pada kedua biji tersebut, maka digunakanlah jangka sorong (0,05 mm) dan timbangan digital untuk mengukur panjang dan berat kedua biji tersebut.
Berdasarkan hasil dari perhitungan data kedua biji diperoleh nilai t hitung untuk Biji Jarak Kepyar Ricinus communis sebesar 2,73 dan untuk Biji Flamboyan Delonix regia sebesar 5,8. Sesuai dengan yang ditetapkan bahwa jika t hitung  t tabel maka artinya Ho ditolak dan Hi diterima dan sebaliknya jika t hitung  t tabel maka Ho diterima dan Hi ditolak.
            Perhitungan untuk data distribusi t tabel, diperoleh nilai t tabel sebesar 2,16. Karena derajat kebebasannya 13 diperoleh dari n-2. Dari data yang diperoleh, pada biji jarak kepyar Ricinus communis t hitung  yang diperoleh sebesar 2,73  yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Hi diterima, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau korelasi positif antara pertambahan panjang dan pertambahan berat pada biji jarak kepyar Ricinus communis, sedangkan pada biji flamboyan Delonix regia nilai t hitung yang diperoleh adalah 5,8 yang berarti bahwa nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel yaitu 2,16. Hal ini menunjukkan bahwa H0 ditolak dan Hi diterima, maka dari itu dapat disimpulkan bahwa terdapat korelasi atau korelasi positif antara pertambahan panjang dan pertambahan berat pada biji flamboyan Delonix regia.
            Pada kedua biji yang di ukur panjang dan beratnya yaitu biji Jarak kepyar Ricinus communis dan biji flamboyan Delonix regia terdapat Korelasi Antara Panjang dan Berat, hal tersebut terjadi karena adanya faktor-faktor yang mempengaruhi korelasi antara panjang dan berat yaitu materi yang terkandung didalamnya, dimana biji yang masih mengandung banyak komponen didalamnya akan menambah berat dari biji tersebut. Begitu pula jika komponen didalamnya sudah menyusut atau menghilang akan mengurangi berat biji tersebut meskipun panjangnya tetap, jumlah cadangan makanan yang ada  dimana jika jumlah cadangan makanan yang ada banyak maka beratnya akan bertambah dan sebaliknya jika cadangan makanan berkurang maka breratnya pun berkurang, kepadatan dari sel-sel biji mempengaruhi korelasi panjang dan berat, jika sel-sel biji masih aktif, besar, dan padat maka beratnya bertambah dan begitu juga sebaliknya jika sel-sel biji tersebut mati maka akan mengurangi berat biji tersebut.









BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah :
1. Dari hasil pengukuran antara panjang dan berat biji jarak kepyar Ricinus communis dan biji flamboyan Delonix regia dapat diketahui bahwa pada biji jarak kepyar Ricinus communis dan biji flamboyan Delonix regia terdapat korelasi antara panjang dan berat karena t hitung  t tabel yang menunjukkan bahwa Ho ditolak dan Hi diterima.
2.   Untuk mengukur panjang pada biji, dapat digunakan jangka sorong dan untuk mengukur berat pada biji digunakan timbangan digital atau timbangan OHAUS.
V. 2 Saran
Saran yang dapat saya berikan yaitu alat laboratorium sekiranya dapat ditambah agar setiap kelompok tidak bergiliran untuk menggunakan alat.









LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN I
KORELASI ANTARA PANJANG DAN BERAT

NAMA                       : SUNARTO ARIF SURA’
NIM                            : H41112284
KELOMPOK            : I (SATU)
HARI/TGL PERC.   : KAMIS/ 21 MARET 2013
ASISTEN                   : SUWARDI
                                                  NURJIHADINNISA
       









LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

DAFTAR PUSTAKA


Hadi, S., 2008. Pertumbuhan dan Perkembangan. http://www.indokristi.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2013, pukul 21.15 WITA, Makassar.

Resosoedarmo, S., 1990. Pengantar Ekologi. PT. Remaja Rosdikarya, Bandung.

Soewarno, 1995. Hidrologi Aplikasi Metode Statistik Untuk Analisis Data. Novas, Bandung.

Santoso, A., 2007. Kolerasi. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2013, pukul 21.15 WITA, Makassar.

Umar, M, R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wikipedia, 2013. Perkembangan. http://www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 24 Maret 2013, pukul 21.15 WITA, Makassar.


Tidak ada komentar: