Rabu, 22 Mei 2013

Kelembaban Relatif Udara Pada Tempat Berbeda


BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan di bumi ini kelembaban udara merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas manusia, tumbuhan, dan hewan di alam. Kelembaban udara juga menentukan bagaimana makhluk tersebut dapat beradaptasi dengan kelembaban yang ada di lingkungannya (Kartaspoetra, 1990).
Meskipun uap air hanya merupakan sebagian kecil saja dari semua atmosfir kira-kira 2% dari masa seluruhnya tetapi merupakan komponen udara yang penting dari segi cuaca dan iklim. Data klimatologi untuk kelembaban udara yang umum dilaporkan adalah kelembaban relatif (RH) (Kartaspoetra, 1990).
Kelembaban itu di tentukan oleh jumlah uap air yang terkandung didalam udara. Total uap air per satuan volume. Udara disebut sebagai kelembaban absolut (absolute humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan kg (m³). Perbandingan antara massa uap air dengan massa udara lembab dalam satuan volume udara tertentu disebut sebagai kelembaban spesifik (specific humidity, umumnya dinyatakan dalam satuan g/kg. Massa udara lembab adalah total massa dari seluruh gas-gas atmosfir yang terkandung, termasuk uap air. Jika massa uap air tidak diikutkan, maka disebut sebagai udara kering (dri air) (Kartaspoetra, 1990). Oleh karena itu, untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada lokasi yang berbeda-beda serta faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tersebut, maka dilakukan percobaan mengenai kelembaban relatif udara pada tempat yang berbeda.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan tentang kelembaban relatif udara pada tempat berbeda adalah:
1)      Untuk mengetahui perbedaan kelembaban relatif udara pada tempat / lokasi yang berbeda dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
2)      Untuk melatih keterampilan mahasiswa dalam membaca dan mengoperasikan peralatan sederhana dalam mengukur kelembaban udara relatif.

I.3. Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Kelembaban relatif udara pada tempat berbeda dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 4 April 2013 pukul 14.00 – 17.00 WITA,  bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Biologi Dasar, pelataran MIPA, Canopy, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara, sedangkan kelembaban mutlak adalah sejumlah uap air dalam udara yang dinyatakan sebagai berat air per satuan udara (misalnya gram per kilogram udara). Jumlah uap air yang tersimpan di udara (pada kejenuhan) dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, sehingga kelembaban nisbi adalah persentase uap air yang sebenarnya ada dibandingkan dengan kejenuhan dibawah temperatur dan tekanan tertentu. Kelembaban merupakan salah satu faktor ekologis yang mempengaruhi aktivitas organisme seperti penyebaran, keragaman harian, keragaman vertical dan horizontal (Umar, 2013).
Ada enam faktor yang mempengaruhi kelembaban udara di suatu tempat (Umar, 2013) yaitu :
a)         Suhu
Daerah yang memiliki suhu udara yang tinggi memiliki kelembaban rendah karena suhu udara yang tinggi dapat mempercepat penguapan air di suatu tempat sehingga uap air yang terkandung di tempat tersebut sangat sedikit, begitu pula pada daerah yang memiliki suhu rendah pasti memiliki   kelembaban yang tinggi.
b)      Kuantitas dan kualitas penyinaran Kualitas  intensitas
Lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme.
c)         Pergerakan angin
Semakin tinggi kecepatan pergerakan angin akan lebih mempercepat pegangkatan uap air menggempul di udara.
d)        Tekanan udara
Tekanan udara erat kaitannya dengan pergerakaan angin.
e)         Vegetasi
Semakin banyak vegetasi suatu daerah semakin mempengaruhi tingkat kelembaban suatu daerah, mengingat tanaman termasuk salah satu penghasil uap air melalaui proses transpirasi.
f)          Ketersediaan air di suatu tempat (air tanah)
Ketersedian air yang banyak pada suatu tempat menyebabkan tingkat penguapan air ke udara meningkat.
Kelembapan udara menyatakan banyaknya uap air dalam udara. Jumlah uap air dalam udara ini sebetulnya hanya merupakan sebagian kecil saja dari seluruh atmosfer, yaitu  hanya kira-kira 2 % dari jumlah massa. Akan tetapi uap air ini merupakan komponen udara yang sangat penting ditinjau dari segi cuaca dan iklim (Hardjodinomo, 1975).
Uap air adalah suatu gas, yang tidak dapat dilihat, yang merupakan salah satu bagian dari atmosfer. Kabut dan awan adalah titik air atau butir-butir air yang melayang-layang di udara. Kabut melayang-layang dekat permukaan tanah, sedangkan awan melayang-layang di angkasa. Banyaknya uap air yang di kandung oleh hawa tergantung pada temperatur. Makin tingggi temperatur makin banyak uap air yang dapat dikandung oleh hawa (Hardjodinomo, 1975).
Proses perubahan air menjadi uap air disebut penguapan (vaporisasi atau evaporasi). Molekul-molekul air yang mempunyai energi kinetik yang cukup untuk mengatasi gaya-gaya tarik yang cenderung untuk menahannya dalam badan air di proyeksikan melalui permukaan air. Oleh karena energi kinetik bertambah dan tegangan permukaan berkurang ketika temperatur naik, maka laju pernguapan naik menurut temperatur. Hampir semua uap di atmosfer adalah hasil penguapan dari permukaan air (Linsley, 1989).
Kelembaban udara pada ketinggian lebih dari 2 meter dari permukaan menunjukkan perbedaan yang nyata antara malam dan siang hari. Pada lapisan udara yang lebih tinggi tersebut, pengaruh angin terjadi lebih besar. Udara lembab dan udara kering dapat tercampur lebih cepat (Lakitan, 1994).
Kelembaban udara disuatu tempat berbeda-beda, tergantung pada tempatnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, diantaranya: Jumlah radiasi yang dipancatkan matahari yang diterima bumi, pengaruh daratan atau lautan, pengaruh ketinggian (altitude) dan pengaruh angin (Handoko, 1994).             
Kelembaban udara yang lebih tinggi pada udara dekat permukaan pada siang hari disebabkan karena penambahan uap air hasil evapotranspirasi dari permukaan. Proses ini berlangsung karena permukaan tanah menyerap radiasi matahari selama siang hari tersebut. Pada malam hari, akan berlangsung proses kondensasi atau pengembunan yang memanfaatkan uap air yang berasal dari udara. Oleh sebab itu, kandungan uap air di udara dekat permukaan tersebut akan berkurang (Lakitan, 1994).
Kelembaban udara dapat diukur dengan psikometer yang terdiri dari termometer  bola kering dan bola basah. Alat ini ditempatkan pada sangkar meteorologi dalam kedudukan tegak. Disamping psikometer masih ada alat ukur kelembaban udara lainnya yakni higrometer rambut/higrograf rambut. Higrograf biasanya disatukan dengan termograf sehingga disebut termohigrograf. Sensor dibuat dari rambut dan piasnya dapat menguat. Dahulu orang mengukur angin dengan skala kekuatan angin yang dikemukakan Beuford. Penemuannya digunakan untuk mengamati angin dan laut tanpa alat, kemudian setelah diperbaiki dapat dipakai untuk mengamati angin di darat. Ada 13 skala Beuford yang tergantung pada efek angin di laut atau benda dikontigen dan dinyatakan dengan nilai kecepatan angin yang diukur oleh angin adalah besaran vektor. Jadi dinyatakan dengan arah dan kecepatan angin. Curah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada daerah yang masih alamiah. Mengukur curah hujan biasanya diukur pada tiap jam 07.00 pagi. Jumlah curah hujan yang kurang dari 0,5 mm dapat dianggap nol (Bayong, 2006).
            Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran udara (Handoko, 2006) yaitu :
1. Metode pertambahan panjang.
2. Berat pada benda-benda higroskopis.
3. Metode termodinamika.
Alat pengukur kelembaban secara umum disebut higrometer. Angin yang berhembus pada suatu waktu tertentu bukanlah hasil suatu proses yang sederhana. Ahli meteoroogi telah lama mengetahui bahwa angin merupakan proses interaksi yang rumit dari pola angin umum dunia. Pola angin umum dunia, demikian juga dengan angin di sekitar sistem tekanan yang berpindah, biasanya disebut sistem skala makro karena dimensinya yang lebih besar. Sistem skala meso hanya bertahan untuk beberapa hari dalam suatu waktu tertentu dan hanya meliputi daerah yang kecil, walaupun sistem ini lazim terjadi sepanjang tahun                  (Handoko, 2006).
                Beberapa prinsip yang umum digunakan dalam pengukuran kelembaban udara yaitu metode pertambahan panjang dan berat pada benda-benda higroskopis, serta metode termodinamika. Alat pengukur kelembaban udara secara umum disebut hygrometer sedangkan yang menggunakan metode termodinamika disebut psikrometer (Kartasapoetra, 1990).
Kelembaban udara relatif (atau RH, Relative Humidity), adalah rasio  antara  tekanan uap air aktual pada temperatur tertentu dengan tekanan uap air jenuh pada temperatur tersebut. Pengertian lain dari RH adalah perbandingan antara jumlah uap air yang terkandung dalam udara pada suatu waktu tertentu dengan jumlah uap air maksimal yang dapat ditampung oleh udara tersebut pada tekanan dan temperatur yang sama (Kartasapoetra, 1990).









BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah termometer (air raksa/alkohol), sling psychrometer, dan botol air.

III.2. Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah air dan kapas.

III.3. Cara kerja
            Cara kerja dalam percobaan tersebut adalah:
1)      Diambil Sling psychrometer, kemudian ditarik keluar thermometer kering dan basah dari kotak skala pada alat tersebut.
2)      Dibalut salah satu ujung thermometer tersebut dengan kapas yang sudah dibasahi secukupnya, yaitu pada bagian ujung pangkal. Thermometer yang dibalut kapas menandakan bahwa thermometer tersebut adalah thermometer basah.
3)      Diayunkan termometer basah dan kering tersebut dengan cara diputar-putar di udara seperti baling-baling.
4)      Dilakukan pengamatan atau pembacaan setiap 3 menit sebanyak 3 kali, dengan interval waktu setiap pengamatan 2 menit.
5)      Dibuat tabel hasil pembacaan  pada setiap lokasi pengamatan yang berbeda.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


IV.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Pengukuran Suhu dan Penghitungan Kelembaban relatif
Tempat
Sling Psichrometer

Basah (oC)
Kering (oC)
KR (oC)

Dalam ruangan
(LBD)
26
27
26
28
29
28
87
87
87

Rata-rata
26,33
28,33
87

Dibawah pohon
(Canopy)
27
25
26
28
26
27
94
94
94

Rata-rata
26
27
94

Diluar ruangan
(Pelataran MIPA)
27
26
26
29
28
27
87
87
94

Rata-rata
26,33
28
89,33







IV.2 Pembahasan
            Kelembaban merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang berpengaruh terhadap aktivitas organisme di alam. Kelembaban merupakan jumlah uap air di udara.
            Percobaan kelembaban relatif udara ini dilakukan pada tiga tempat yaitu di dalam laboratorium biologi dasar, pelataran MIPA dan Canopy. Pengukuran untuk kelembaban relatif udara dilakukan pengukuran dengan mengunakan dua alat yakni termometer dan sling psychrometer dimana alat ini terdiri dari termometer basah dan termometer kering. Pengukuran dengan alat ini untuk membandingkan kelembaban ditiga tempat berbeda ini. Termometer yang digunakan untuk pengukuran dilakukan dengan cara mengantungnya lalu dikipas-kipas, sedangkan untuk sling psychrometer dilakukan dengan cara memutar-mutarkannya diudara dengan kecepatan konstan. Tetapi, pada percobaan kali ini alat yang digunakan hanya satu yaitu sling psychrometer karena termometer yang disediakan pada waktu praktikum dalam keadaan yang rusak.
             Setiap tempat memiliki kelembaban relatif dan suhu berbeda-beda. Pada percobaan yang dilakukan di dalam ruangan kelembaban relatifnya cukup tinggi yakni 87 % untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer, rata-rata temperatur Sling Psychrometer basah dan kering secara berturut-turut 26.33 oC dan 28.33 oC.  Hal ini bisa saja diakibatkan karena dalam ruangan suhunya relatif tetap serta tidak adanya pergerakan angin juga penyinaran matahari tidak langsung, sehingga banyak terdapat uap air disini.
            Percobaan yang dilakukan di daerah Canopy, dapat dilihat bahwa kelembaban relatif udaranya sangat tinggi 94% untuk pengukuran yang mengunakan sling psychrometer, rata-rata temperatur Sling Psychrometer basah dan kering secara berturut-turut 26 oC dan 27 oC. Hal ini dapat terjadi karena di daerah Canopy banyak terdapat vegetasi serta kuantitas dan kualitas penyinaran dari matahari  terhalang dengan pepohonan, sehingga menyebabkan uap air pada daerah ini banyak.
            Percobaan yang dilakukan dipelataran MIPA, dapat dilihat bahwa pengukuran yang mengunakan sling psychrometer sebesar 89.33%, rata-rata temperatur sling psychrometer basah dan kering secara berturut-turut 26.33 oC dan 28 oC. Perbedaan ini mungkin saja terjadi karena pada saat percobaan cuaca tidak menentu serta suhunya yang tidak stabil sehingga menyebabkan perbedaan pada kelembaban relatif ditempat ini.
            Perhitungan hasil analisis dapat menunjukkan bahwa keadaan tempat sangat mempengaruhi kelembaban relatif udara, selain itu kelembaban ini sangat dipengaruhi suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketesediaan air pada tempat pengukuran kelembaban relatif ini.










BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah sebagai berikut:
1.      Kelembaban relatif udara pada tempat berbeda memiliki perbedaan, dimana kelembaban relatif udara ini dipengaruhi beberapa faktor seperti suhu, tekanan udara, pergerakan angin, kuantitas dan kualitas penyinaran, vegetasi, dan ketersediaan air disuatu tempat.
2.  Kelembaban relatif udara dapat diukur dengan menggunakan Termometer  dan Sling Psychrometer.
V.2 Saran     
            Saran saya, sebaiknya alat-alat laboratoriumnya diperhatikan dan ditambah  agar kesalahan data juga dapat diminimalisirkan dan agar tidak saling bergantian dalam menggunakan alat.


















LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN II
KELEMBABAN RELATIF UDARA PADA TEMPAT BERBEDA

NAMA                          : SUNARTO ARIF SURA’
NIM                               : H41112284
KELOMPOK               : I (SATU)
HARI/TGL PERC.      : KAMIS, 4 APRIL 2013
ASISTEN                      : SUWARDI
                                                                          NURJIHADINNISA
      


















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
DAFTAR PUSTAKA
Bayong, 2006. Klimatologi umum.  Penerbit ITB, Bandung.

Handoko, 1994. Klimatologi Dasar landasan pemahaman fisika atmosfer dan unsur-unsur iklim.  PT. Dunia Pustaka Jaya, Jakarta.

Hardjodinomo, S., 1975. Ilmu Iklim dan Pengairan. Binacipta, Bandung.

Kartaspoetra, G. A., 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara, Jakarta.

Lakitan, B., 1994. Dasar-Dasar Klimatologi. PT.  Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Linsley, 1989. Hidrologi Untuk Insinyur. Erlangga, Jakarta.

Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.

Tidak ada komentar: