LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
VII
METODE
SAMPLING UNTUK MENDUGA
POPULASI
HEWAN BERGERAK
NAMA : SUNARTO ARIF SURA
NIM :
H41112284
KELOMPOK : I (SATU) A
HARI/TGL PERC. : KAMIS/ 11 APRIL 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB
I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Dinamika populasi merupakan perubahan dalam suatu populasi
yang dikaitkan dengan dimensi ruang dan waktu. Populasi yang besar, umumnya
masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa “Demes” atau “populasi lokal” yang
merupakan sekelompok kecil individu populasi yang saling berkembang biak, tanpa
adanya faktor pembatas yang agak ekstrim membatasinya dalam berinteraksi.
Meskipun satuan utama suatu populasi adalah individu dari makhluk hidup, tetapi
studi yang mendalam mengenai individu dalam populasi tidak akan banyak membantu
seseorang untuk memahami seperti apakah sebenarnya populasi itu. Setiap
populasi memiliki suatu kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu yang
membangun populasi. Kekhasan dasar dari suatu populasi yang menarik bagi para
ilmuwan atau peneliti (ekologiawan) adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah
individu dalam suatu populasi mencirikan ukurannya, sedang jumlah individu
dalam satuan area/daerah atau dalam satuan volume tertentu mencirikan
kepadatannya (Umar, 2013).
Setiap individu yang
ada di alam suatu populasi maupun komunitas sangat sulit dihitung bila tanpa
menggunakan metode dan satuan yang telah ditentukan. Untuk menerangkan populasi
atau komunitas diperlukan sejumlah satuan pengukuran seperti kepadatan (density), frekuensi, luas penutupan
(coverage) dan biomasa. Dalam penarikan contoh (sampling) harus menggunakan
metode sampling yang tepat, sebab bila tidak hasil yang diperoleh akan bias
(Priyono, 2012)
Dalam
percobaan ini akan dilakukan pendugaan
populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-peterson dan metode
Zippin, serta untuk melatih dalam menerapkan teknis-teknis sampling organisme
dan rumus-rumus sederhana dalam analisis populasi.
I.2
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini yaitu :
1. Untuk
menduga / mengetahui
populasi dari suatu areal dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dan metode
Zippin.
2. Melatih keterampilan
mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus
sederhana dalam analisis populasi.
I.3 Waktu
dan Tempat
Percobaan
ini dilakukan pada hari Kamis, 11 April 2013 pukul 14.00 – 17.00 WITA bertempat
di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel
dilakukan dua periode yaitu pada tanggal 10 April 2013 pukul 06.00 dan 11 April
2013 pukul 05.30 WITA bertempat di sekitar Danau Kampus Universitas Hasanuddin,
Universitas Hasanuddin Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Populasi merupakan suatu
kelompok individu dari spesies yang sama yang menempati suatu tempat dan waktu
tertentu, yang dapat berbiak silang dengan sesamanya dan menghasilkan keturunan
yang relatif di alam, dan populasi merupakan kelompok individu dari spesies
yang secara morfologis dan biokimia relatif sama yang menempati suatu tempat
pada waktu tertentu (Umar, 2013).
Pada suatu tempat
disekitar kita dapat ditemukan adanya berbagai jenis organisme, baik sejenis
maupun berbeda jenis yang membentuk suatu organisasi kehidupan. Mereka
berinteraksi saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk (Ferial, 2013).
Sejak dari munculnya
variasi jenis organisme di bumi, muncul pula karakteristik dari setiap kelompok
yang selalu ingin hidup bersama diantara sesama jenisnya, sehingga hampir semua
jenis organisme di bumi dijumpai sering hidup berkelompok. Untuk lebih memahami
suatu populasi, maka perlu diketahui karakteristik yang dimiliki populasi,
seperti kepadatan (Density), kelahiran (Natali), kematian (Mortality),
pesebaran umur, potensi biotik suatu populasi, bentuk pertumbuhan, fluktuasi
populasi, penyebaran populasi dan interaksi populasi (Umar, 2013).
Populasi memiliki
beberapa karakteristik berupa pengukuran statistik yang tidak dapat diterapkan
pada individu anggota populasi. Karakteristik dasar populasi adalah besar
populasi atau kerapatan (Soetjipta, 1992).
Suatu organisme dikenal
sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang
berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang
terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara
populasi yang satu dengan populasi yang lainnya selalu terjadi interaksi, baik
secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu komunitas
senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi kehidupan
yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik (fisik)
membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini membentuk
biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dipenuhi oleh suatu kehidupan (Ferial,
2013).
Kepadatan populasi merupakan
besaran yang menyatakan banyaknya individu dalam populasi yang dihubingkan
dengan satuan ruang atau tempat dalam waktu tertentu. Ukuran dapat dinyatakan
dalam jumlah individu persatuan luas, volume, ukuran berat ataupun biomassa.
Kepadatan populasi dapat dibedakan menjadi 3 (Umar, 2013) yaitu :
1. Kepadatan kotor, merupakan jumlah
individu biomassa persatuan ruang.
2. Kepadatan ekologi, merupakan jumlah individu atau
biomassa persatuan ruang
yang
secara nyata tersedia untuk individu dalam populasi.
3. Kepadatan relatif, merupakan proporsi antara
jumlah total individu populasi persatuan waktu sebagai akibat adanya kelahiran
dan imigrasi.
Ukuran populasi umumnya
bervariasi dari waktu, biasanya mengikuti dua pola. Beberapa populasi
mempertahankan ukuran poulasi mempertahankan ukuran populasi, yang relatif
konstan sedangkan pupolasi lain berfluktasi cukup besar. Perbedaan lingkungan
yang pokok adalah suatu eksperimen yang dirangsang untuk meningkatkan populasi
grouse itu. Penyelidikan tentang dinamika populasi, pada hakikatnya dengan
keseimbangan antara kelahiran dan kematian dalam populasi dalam upaya untuk
memahami pada tersebut di alam (Naughton, 1973).
Kelahiran maksimum
populasi adalah produksi maksimum individu baru didalam populasi pada kondisi
lingkungan yang ideal, sedangkan kelahiran ekologi populasi adalah produksi
individu baru didalam populasi akibat resistensi kondisi lingkugan, dimana
banyak faktor lingkungan yang dapat membatasi angka kelahiran dalam populasi
tersebut (Umar, 2013).
Kematian (Mortality)
minimum adalah kematian individu dalam populasi pada kondisi lingkungan yang
ideal, sehingga kematian semata-mata hanya disebabkan oleh faktor fisiologi organism.
Kematian ekologi populasi adalah kematian individu pada kondisi lingkungan yang
dipengaruhi oleh faktor pembatas atau resistensi lingkungan (Umar, 2013).
Penyebaran populasi
merupakan pola pergerakan individu-individu kedalam atau keluar dari populasi
yang disebabkan oleh dorongan mencari makan, menghindar dari predator, pengaruh
iklim, terbawa angin atau air, perilaku kawin dan faktor fisik lain.Penyebaran
populasi dapat terjadi melalui 3 cara (Umar, 2013) :
a. Emigrasi : merupakan pola pergerakan individu
keluar dari daerah populasinya ke tempat lain, dan tinggal permanen di tempat
barunya.
b. Imigrasi : merupakan pola penyebaran individu ke
dalam suatau daerah populasi lain dan individu tersebut menetap di tempat baru.
c. Migrasi :
merupakan pola penyebaran individu dua arah, ke luar dan masuk atau
pergi dan dating secara periodik selama kondisi lingkungan tidak menguntungkan
sehingga individu suatu populasi akan berpindah tempat.
Metode sampling biotik hewan bergerak biasanya digunakan
metode capture-recapture. Merupakan metode yang sudah popular untuk menduga
ukuran populasi dari suatu spesies hewan yang bergerak cepat seperti ikan,
burung dan mamalia kecil. Metode ini ada beberapa cara yaitu (Sugianto, 1994) :
1. Metoda Lincoln-Peterson
Metode ini pada dasarnya menangkap sejumlah individu dari
suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang ditangkap kemudian
diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali dalam periode
waktu yang pendek. Setelah beberapa hari ditangkap kembali dan dihitung yang
bertanda yang tertangkap.
Dari dua kali hasil penangkapan dapat diduga ukuran atau
besarnya populasi (N) dengan rumus:
N/M=n/R
atau N=(M)(n)/R
Dengan:
N= besarnya populasi total.
N= besarnya populasi total.
M=jumlah
induvidu yang tertangkap pada penangkapan pertama.
n
= jumlah induvidu yang tertangkap pada penangkapan kedua.
R= Individu
yang bertanda dari penangkapan pertama yang tertangkap kembali pada penangkapan
kedua.
Metode pendugaan populasi yang dilakukan dengan menarik
sample, selalu ada kesalahan (Error). Untuk menghitung kesalahan metode
capture-recapture dapat dilakukan dengan cara menghitung kesalahan baku
(Standart Errror = SE nya)
SE=
√(M)(n)(M-R)(n-R) : R3
Setelah
diketahui SE nya dapat ditentukan selang kepercayaannya:
N=(1)(SE)
Dengan
catatan, t=(df) Dalam table distribusi t Α(tingkat signifikasi)=0,05
Untuk menghitung kepadatan (d)
populasi pada hewan disuatu habitat tertentu (A) maka dihitung dengan rumus :
D=N/A
2. Metode Schnabel
Untuk memperbaiki keakuratan metode
Lincon-Peterson (Karena sample relatif kecil), dapat digunakan schanabel.
Metode ini selain membutuhkan asumsi
yang sama dengan metode lincon-peterson, juga ditambahkan dengan asumsi bahwa
ukuran populasi harus konstan dari satu periode sampling dengan periode yang
berikutnya. Pada metode ini penangkapan dan pelepasan hewan lebih dari 2 kali.
Untuk periode setiap sampling, semua hewan yang belum bertanda diberi tanda dan
dilepaskan kembali. Dengan cara ini populasi dapat diduga dengan rumus:
N=∑(ni Mi)/∑Ri
Dengan catatan:
Mi = adalah jumlah total hewan yang
tertangkap period eke I ditambah periode sebelumnya,
Ni = adalah hewan yang tertangkap pada periode i
Ri = adalah hewan yang tertangkap kembali pada periode ke i
Karena pengambilan sample diatas
akan mengurangi kesalahan sampling, maka Standar Error pada metode ini dapat
dihitung dengan rumus:
SE = 1/√1(N-Mi)=(k-1)/N -∑(1/N-ni))
Dengan catatan:
K = jumlah periode sampling
Mi=Jumlah total hewan yang bertanda.
Metode
Capture-recapture seringkali sulit digunakan untuk menduga ukuran populasi
alami. Hal ini disebabkan karena asumsi-asumsi dalam metode capture-recapture
pada kenyataannya sulit dilaksanakan di lapangan. Untuk mengatasi masalah
tersebut, ada beberapa cara yang dapat dilakukan salah satunya adalah dengan
cara pendugaan yang dilakukan tanpa melepaskan kembali hewan yang telah
disampling. Metode ini dikenal dengan nama removal sampling, diantaranya (Umar,
2013) adalah :
1. Metode
Zippin
Prosedur
pendugaan ukuran populasi metode ini membutuhkan lebih sedikit periode sampling
daripada metode Hayne. Metode penggunaan Zippin dapat dilakukan dengan cara,
pada penangkapan pertama sejumlah hewan tidak dilepaskan kembali (n1), kemudian
dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali penangkapan kedua dan juga hewan
tidak dilepaskan kembali (n2). Sehingga dengan menggunakan persamaan Zippin
dapat diduga populasi hewan dalam suatu areal (Umar, 2013).
Perhitungan
pendugaan populasi dengan metode Zippin sebagai berikut (Umar, 2013) :
N = (n1)2 /
(n1 – n2)
Dengan
:
N : Jumlah individu
n1 : Jumlah hewan yang tertangkap dan tidak
dilepaskan lagi pada penangkapan pertama.
n2 : Jumlah hewan yang tertangkap dan
tidak dilepaskan kembali pada penangkapan kedua
Standard
Error / Kesalahan Baku (SE) :
SE =
Selang
Kepercayaannya :
N ± (t) (SE)
2. Metode
Hayne (Metode regresi)
Metode Hayne dilakukan
dengan cara mengumpulkan satu seri sampling (penangkapan) hewan yang dilakukan
pada waktu yang berbeda dan hewan yang ditangkap tidak dilepas kembali. Cara
pendugaan populasi dilakukan dengan grafik semacam garis regresi, dengan rumus
(Umar, 2013) sebagai berikut :
Yi = a-bXi
Keterangan :
Yi = jumlah hewan tertangkap
periode I
Xi = jumlah akumulasi hewan
period eke I
a
= intersep garis pada sumbu y
b
= slope garis regresi dengan nilai negatif
Adanya masalah kepadatan populasi yang berlebih (over
crowding) dan kepadatan populasi yang kurang (under crowding) cenderung bekerja
sebagai faktor pembatas dalam mengatur besarnya kepadatan populasi. Akibatnya
adalah adanya pengaturan ruang-ruang antar individu atau kelompo individu
sehingga mengakibatkan adanya individu yang tersingkirkan/terkucilkan dalam
populasinya (Umar, 2013).
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat-alat
yang digunakan dalam percobaan adalah botol sampel dan sweeping net.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan adalah tinta spidol permanen warna merah.
III.3.
Cara kerja
Cara kerja dalam
percobaan ini adalah:
a.
Metode
Lincoln-Peterson
1. Ditentukan
areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi
tersebut (Penangkapan periode I).
2. Ditangkap
hewan dengan menggunakan sweeping net.
3. Dilakukan
tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah
mundur.
4. Dikumpul
hasil penangkapan dan diberi tanda pada bagian tertentu ditubuhnya, selanjutnya
dilepaskan kembali dihabitatnya, dicatat jumlahnya (M).
5. Dilakukan
Penangkapan periode II keesokan harinya,
dilakukan cara kerja no. 1 sampai dengan no. 3.
6. Dicatat
jumlah semua hewan yang tertangkap (n) dan diperiksa/dihitung jumlah hewan
bertanda yang tertangkap (R) dalam penangkapan kedua.
7. Dilakukan
perhitungan pendugaan populasi dengan menggunakan metode Lincoln-peterson.
b.
Metode
Zippin
1. Ditentukan
areal yang akan diamati, kemudian dilakukan penangkapan hewan pada lokasi
tersebut (Penangkapan I).
2. Ditangkap
hewan dengan menggunakan sweeping net.
3. Dilakukan
tiga kali sampling, setiap sampling terdiri dari 10 langkah maju dan 10 langkah
mundur.
4. Dikumpul
hasil penangkapan I dan dihitung
jumlahnya, hewan tidak ditandai dan tidak dilepas kembali kehabitatnya.
5. Dilakukan
penangkapan II keesokan harinya, dilakukan cara kerja no. 1 sampai dengan no. 4
6. Dari
hasil penangkapan I dan II, dilakukan perhitungan pendugaan populasi dengan
menggunakan metode Zippin.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV. 1 Hasil
IV. 1.
1
Tabel
a. Pengamatan
Metode Capture-Recapture
Tabel
1. Pengamatan Metode Capture-Recapture
No.
|
Parameter
|
Jumlah
|
1.
|
M
|
45
|
2.
|
n
|
57
|
3.
|
R
|
4
|
b. Pengamatan
Metode Zippin
Tabel 2. Pengamatan Metode Zippin
No.
|
Parameter
|
Jumlah
|
1.
|
|
40
|
2.
|
|
33
|
IV. 1.
2
Analisis
Data
a.
Metode
Capture-Recapture
1.
Pendugaan Populasi
N =
N =
N =
N = 641
2.
Kesalahan Baku
SE =
SE =
SE =
SE =
SE = 12966,7
3.
Selang Kepercayaan
N ± (t) (SE)
t =
(dk α)
=
((n-2)(0,01))
= ((57-2)(0,01))
= 0,55
Dimana ; dk
= Derajat kebebasan
α
= Tingkat singnifikan (0,01)
Jadi, selang
kepercayaannya adalah = 641,25 ± (0,55) (12966,7)
b.
Metode Zippin
1. Pendugaan
Populasi
N
=
N
=
N
=
N
=
2. Kesalahaan
Baku
SE =
=
=
=
=
= 230,057
3. Selang
Kepercayaan
N ± (t) (SE)
t =
(dk α)
=
((n-2)(0,01))
= ((73-2)(0,01))
= 0,71
Dimana ; dk
= Derajat kebebasan
α = Tingkat singnifikan (0,01)
Jadi, selang kepercayaannya adalah = 228,57 ± (0,71)
(230,057)
IV.2 Pembahasan
Pada percobaan ini
digunakan dua metode yaitu metode Capture-Recapture, metode ini pada dasarnya menangkap
sejumlah individu dari suatu populasi hewan yang akan dipelajari. Individu yang
ditangkap kemudian diberi tanda yang mudah di baca, kemudian dilepaskan kembali
dalam periode waktu yang pendek. Setelah keesokan harinya individu ditangkap
kembali dihitung apakah ada yang bertanda atau tidak. Metode kedua yaitu metode
Zippin, metode
ini dapat dilakukan dengan cara, pada penangkapan pertama sejumlah hewan tidak
dilepaskan kembali (n1), kemudian dalam jangka waktu tertentu dilakukan kembali
penangkapan kedua dan juga hewan tidak dilepaskan kembali (n2).
Dari kedua metode
tersebut dapat diketahui bahwa yang paling efisien digunakan untuk menduga
populasi hewan bergerak yaitu metode
Zippin yaitu dari segi prosedur pendugaan ukuran populasi metode ini
membutuhkan lebih sedikit periode sampling dari pada metode Lincoln Peterson
dan metode ini mudah dilakukan di lapangan karena tanpa melepaskan kembali
hewan yang telah disampling.
Pada
pengambilan sampel dengan menggunakan metode Capture-Recapture, populasi yang ingin diamati ditangkap dengan
menggunakan Sweeping net. Penangkapan dengan Sweeping net ini dilakukan
sebanyak tiga kali, pengambilan ini dilakukan dengan cara menggerakkan Sweeping
net ke kanan dan ke kiri sebanyak 10 langkah ke depan dan 10 langkah ke
belakang. Pada pengambilan hari pertama didapatkan 45 serangga yang kemudian
diberi tanda dan dilepas kembali. Penangkapan hari kedua ditangkap lagi 57
serangga dan didapatkan kembali 4 serangga yang diberi tanda pada penangkapan
hari pertama (bertanda).
Berdasarkan rumus
metode Capture-Recapture, diperoleh
nilai selang
kepercayaannya adalah 641,25 ± (0,55)
(12966,7). Sedikitnya serangga bertanda yang diperoleh pada
penangkapan kedua bisa saja dipengaruhi oleh tanda yang diberikan yang terlalu
banyak sehingga dapat mematikan serangga. Faktor lainnya bisa juga disebabkan
karena terjadinya migrasi atau perpindahan serangga ke luar dari populasi
awalnya menuju ke populasi yang baru.
Pada
pengambilan sampel dengan metode Removal Sampling, dilakukan dengan 2 kali
pengambilan sampel. Pada pengambilan pertama diperoleh 40 serangga dan pada pengambilan kedua
diperoleh 33 serangga. Pada hasil perhitungan dengan formula Zippin maka diperoleh nilai selang kepercayaannya
sebesar 228,57 ± (0,71) (230,057).
Pada metode
Capture-Recapture ditemukan hanya dua serangga bertanda pada penangkapan kedua,
hal itu dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu terjadi migrasi di daerah
tersebut, adanya dorongan mencari makanan, menghindari predator, atau mungkin
karena terbawa angin serta faktor non-teknis yaitu tintanya luntur akibat air.
BAB
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Dari percoban ini, dapat
disimpulkan bahwa :
1. Metode
Lincoln-Peterson dan Metode Zippin digunakan untuk menduga populasi hewan
bergerak. Dengan menggunakan metode Lincoln-Peterson dapat disimpulkan bahwa
populasi serangga di tempat tersebut diduda yaitu 641 dan dengan menggunakan
metode Zippin dapat diduga populasi derangga yaitu 229.
2. Teknik
sampling dengan metode Lincoln-Peterson yang digunakan yaitu dengan menggunakan
sweeping net, dilakukan penangkapan dua periode, pada periode pertama sampel
ditandai dan dilepas kembali, dan pada periode kedua dilakukan sampling kembali
dan dihitung jumlah yang bertanda kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus N
= (M) (n) / (R), sedangkan teknik sampling dengan metode Zippin juga
menggunakan sweeping net, dilakukan dua periode sampling pula, pada metode ini
sama dengan metode Lincoln-Peterson, tetapi dalam penangkapan pertama sampel
tidak ditandai dan tidak dilepas kembali ke habitatnya. Rumus yang digunakan
yaitu
N = (n1)2 / (n1-n2).
V.2
Saran
Saran yang sapat
saya berikan pada percobaan ini yaitu sebaiknya asisten selalu mendampingi
praktikan saat praktikum berlangsung sehingga kesalahan yang mungkin terjadi
dapat diminimalisir.
DAFTAR
PUSTAKA
Ferial,
E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan.
Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Naughton,
1973. Ekologi Umum edisi ke-2. Universitas
Gadjah Mada Press, Yogyakarta.
Priyono,
B., 2012. Ekologi kuantitatif. Lembaga
Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia, Jakarta.
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif. Penerbit Usaha Nasional. Surabaya.
Soetjipta,
1992. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Pendidikan Tinggi, Jakarta.
Umar,
M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
__________________
Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin, Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar