BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kehidupan
mikroorganisme, seperti ikan dan hewan air lainnya, tidak terlepas dari
kandungan oksigen yang terlarut di dalam air, tidak berbeda dengan manusia dan
mahluk hidup lainnya yang ada di darat, yang juga memerlukan oksigen dari udara
agar tetap dapat bertahan. Air yang tidak mengandung oksigen tidak dapat
memberikan kehidupan bagi mikro organisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen
yang terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan
(Sugiharto,1987).
Dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum, memasak,
mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air dibuang atau
mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai, danau, dan
laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik mengandung 95%
sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik (Effendi, 2003) .
Sebagian dari air buangan terdiri atas komponen nitrogen,
seperti urea dan asam urik yang kemudian akan terurai menjadi amoniak dan
nitrit. Pada perairan yang dimasuki oleh limbah rumah tangga biasanya akan
menyebabkan populasi ganggang menjadi meningkat pesat sebagai akibat banyaknya
persediaan nutrien. Sebaliknya, persediaan oksigen dalam perairan tersebut
semakin berkurang. Di sana dapat ditemukan Tubifex sp., hewan air yang mampu
hidup dengan baik di bawah kondisi defisiensi oksigen (Effendi, 2003).
Cara memeriksa pencemaran pada air, biasanya dibutuhkan
analisis kejernihan air, oksigen terlarut dan BOD (biologycal oxygen demand)
untuk mengetahui seberapa besar pencemaran yang terjadi di dalam air. Air yang
digunakan pun bersumber dari beberapa tempat agar bisa saling dibandingkan dan
lebih melihat pada perbedaan kualitas air (Effendi, 2003). Oleh karena itu
untuk mengetahui tentang polusi domestik di
perairan, maka dilakukanlah percobaan ini dengan menggunakan methylen blue sebagai indikatornya.
I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan
percobaan ini adalah:
1. Untuk
mengetahui kualitas air dari beberapa sumber yang berbeda, dengan menggunakan
methylen biru.
2.
Mengenalkan dan melatih keterampilan mahasiswa
dalam menggunakan peralatan yang berhubungan dengan pencemaran lingkungan
I.3.
Waktu dan Tempat Percobaan
Percobaan mengenai Pengaruh Polusi Domestik terhadap
Kualitas Air dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 28 Maret 2013,
pukul 14.00 – 17.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Biologi Dasar Lantai
I, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Kualitas air adalah kondisi
kualitatif air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter
tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku (Pasal 1 Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 115 Tahun
2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter
ini meliputi parameter fisik, kimia, dan mikrobiologis. Parameter fisik
menyatakan kondisi fisik air atau keberadaan bahan yang dapat diamati secara
visual/kasat mata. Yang termasuk dalam parameter fisik ini adalah kekeruhan,
kandungan partikel/padatan, warna, rasa, bau, suhu, dan sebagainya. Parameter
kimia menyatakan kandungan unsur/senyawa kimia dalam air, seperti kandungan
oksigen, bahan organik (dinyatakan dengan BOD, COD, TOC), mineral atau logam,
derajat keasaman, nutrient/hara, dan sebagainya. Parameter mikrobiologis
menyatakan kandungan mikroorganisme dalam air, seperti bakteri, virus, dan
mikroba pathogen lainnya. Berdasarkan hasil pengukuran atau pengujian, air
sungai dapat dinyatakan dalam kondisi baik atau cemar. Sebagai acuan dalam
menyatakan kondisi tersebut adalah baku mutu air, sebagaimana diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 82
tahun 2001 (Soendjojo, 1990).
Polusi domestik yaitu
polusi akibat dari aktivitas rumah tangga yang dapat berupa sampah, sisa
makanan, sabun, deterjen dan bahan tinja, dimana bahan ini mudah diuraikan oleh
mikroba air dengan menggunakan oksigen terlarut dalam air. Derajat pencemaran
suatu perairan dapat kita lihat dengan berbagai macam cara, contohnya pengujian
berdasarkan kejernihan air, kandungan O2 terlarut, kebutuhan O2
oleh mikroba (BOD=Biological Oxygen Demand) dan proses kimiawi lainnya dalam
penguraian organik didalam air (Umar, 2013).
Pencemaran berdasarkan bentuknya terbagi menjadi empat macam
(Effendy, 2003) yaitu :
a.
Pencemaran udara
Pencemaran udara berhubungan dengan pencemaran atmosfer bumi yang berasal dari kegiatan
alami dan aktivitas manusia. Sumber pencemaran udara di setiap wilayah atau
daerah berbeda-beda.Sumber pencemaran udara berasal dari kendaraan bermotor,
kegiatan rumah tangga, dan industri.
b. Pencemaran tanah
Pencemaran tanah berasal dari limbah rumah tangga, kegiatan
pertanian, dan pertambangan.
c.
Pencemaran
air
Pencemaran air meliputi pencemaran di perairan darat,
seperti danau dan sungai, serta perairan laut.Sumber pencemaran air, misalnya
pengerukan pasir, limbah rumah tangga, industri, pertanian, pelebaran sungai,
pertambangan minyak lepas pantai, serta kebocoran kapal tanker pengangkut
minyak.
d. Pencemaran
Suara (Kebisingan)
Ancaman
serius lain bagi kualitas lingkungan manusia adalah pencemaran suara. Bunyi
atau suara yang dapat mengganggu dan merusak pendengaran manusia disebut
kebisingan.Tingkat kebisingan terjadi bila intensitas bunyi melampui 50 desibel
(db). Oleh karena kebisingan dapat mengganggu lingkungan, kebisingan dapat
dimasukkan sebagai pencemaran.
Semakin tinggi aktivitas mikroba
menguraikan bahan organik makin cepat kandungan O2 dalam air habis,
sehingga dapat dikatakan bahwa kestabilan relatif dari air tersebut rendah.
Kestabilan relatif air dapat menunjukkan perkiraan nilai BOD dalam air. Salah
satu cara yang paling sederhana untuk mengetahui kestabilan relatif air adalah
dengan menggunakan suatu zat indikator yaitu Bromtimol biru/Methylen blue yang
akan berwarna biru selama masih ada O2 terlarut dalam air dan akan
berubah warna jika O2 yang terlarut dalam air habis, dimana warnanya
akan berubah menjadi warna kuning kejernihan atau jernih (Umar, 2013).
Air yang aman adalah
air yang sesuai dengan kriteria bagi peruntukan air tersebut. Misalnya kriteria
air yang dapat diminum secara langsung (air kualitas A) mempunyai kriteria yang
berbeda dengan air yang dapat digunakan untuk air baku air minum (kualitas B)
atau air kualitas C untuk keperluan perikanan dan peternakan dan air kualitas D
untuk keperluan pertanian serta usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga
air (Whardana, 1995).
Pencemaran
air terjadi apabila dalam air terdapat berbagai macam zat atau kondisi (misal
Panas) yang dapat menurunkan standar kualitas air yang telah ditentukan,
sehingga tidak dapat digunakan untuk kebutuhan tertentu. Suatu sumber air
dikatakan tercemar tidak hanya karena tercampur dengan bahan pencemar, akan
tetapi apabila air tersebut tidak sesuai dengan kebutuhan tertentu, Sebagai
contoh suatu sumber air yang mengandung logam berat atau mengandung bakteri
penyakit masih dapat digunakan untuk kebutuhan industri atau sebagai pembangkit
tenaga listrik, akan tetapi tidak dapat digunakan untuk kebutuhan rumah tangga
(keperluan air minum, memasak, mandi dan mencuci) (Sugiharto, 1987).
Umumnya
air yang tercemar mempunyai kandungan O2 sangat rendah, hal ini
disebabkan oleh oksigen terlarut dalam air diserap oleh mikroorganisme untuk
mendegradasi bahan buangan organik sehingga mengikuti reaksi oksidasi biasa
atau menjadi bahan yang mudah menguap. Reaksi umum yang dapat dilihat dari porses
penguraian bahan organik dalam air yang membutuhkan oksigen adalah (Umar, 2013)
sebagai berikut :
a. Oksidasi Bahan Organik
(CH2O)n + nO2 nCO2 + nH2O + nNH3 Panas
enzim
b.
Sintesis sel
(CH2O)n +
NH3 + nO2
komponen sel + nCO2 + nH2O Energi
enzim
c. Oksidasi sel
Komponen sel + O2 nCO2 + nH2O + nNH3 Energi
enzim
Penyebab terjadinya
pencemaran air antara lain apabila air terkontaminasi dengan bahan pencemar air
seperti sampah rumah tangga, sampah lembah industri, sisa-sisa pupuk atau
pestisida dari daerah pertanian, limbah rumah sakit, limbah kotoran ternak,
partikulat-partikulat padat hasil kebakaran hutan dan gunung berapi yang
meletus atau endapan hasil erosi tempat-tempat yang dilaluinya
(Soendjojo,1990).
Parameter
pencemaran air yaitu
masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke
dalam lingkungan hidup, oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkannya. Air dikatakan tercemar apabila kualitasnya turun
sampai ke tingkat yang membahayakan sehingga air tidak bisa digunakan sesuai
peruntukannya. Ada beberapa parameter untuk mengetahui kualitas air (Izzudin, 2004), diantaranya :
I. Parameter Kimia
a.
DO (Dissolved Oxygen), yang
dimaksud dengan DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air. Oksigen
diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air seperti ikan, udang, kerang dan
hewan lainnya termasuk mikroorganisme seperti bakteri.Agar ikan dapat hidup,
air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per
million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi
bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan
berkembang.
b. BOD (Biological
Oxygen Demand), BOD adalah suatu analisa empiris yang mencoba mendekati
secara global proses mikrobiologis yang benar -benar terjadi dalam air.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
dan untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Dengan tes BOD
kita akan mengetahui kebutuhan oksigen biokima yang menunjukkan jumlah
oksigen yang digunakan dalam reaksi oksidasi oleh bakteri. Sehingga makin
banyak bahan organik dalam air, makin besar B.O.D nya sedangkan D.O akan makin
rendah. Air yang bersih adalah yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm,
jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan tercemar.
c.
COD (Chemical Oxygent Demand), COD adalah jumlah oksigen (mg O2)
yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalam 1 liter sampel
air, dimana pengoksidasi K2,Cr2,O7 digunakan
sebagai sumber oksigen. Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan pengujian BOD yaitu : Sanggup menguji air limbah
industri yang beracun yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan
mati dan waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih hanya 3 jam.
d. TSS (Total
suspended Solid), TSS adalah jumlah
berat dalam mg/liter kering lumpur yang ada dalamlimbah setelah mengalami
penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. Air alam mengandung zat padat
terlarut yang berasal dari mineral dan garam-garam yang terlarut ketika air
mengalir di bawah atau di permukaan tanah. Apabila air dicemari oleh limbah
yang berasal dari industri, pertambangan dan pertanian, kandungan zat padat
tersebut akan meningkat. Jumlah zat padat terlarut ini dapat digunakan sebagai
indikator terjadinya pencemaran air. Selain jumlah, jenis zat pencemar juga
menentukan tingkat pencemaran dan juga berguna untuk penentuan efisiensi unit
pengolahan air. Jenis zat pencemar itu dibagi atas besar atau tidaknya
kandungan organik atau non organik yang dapat mencemari air.
e.
pH
pH adalah drajat keasaman suatu zat.
pH normal adalah 6-8. Tujuan metode pengujian ini untuk memperoleh drajat
keasaman (pH) dalam air dan air limbah dengan menggunakan alat pH meter.
f. Total
organik karbon (TOC), Total Carbon (TC), Inorganic Carbon (IC), TOC adalah
jumlah karbon yang terikat dalam suatu senyawa organik dan sering digunakan
sebagai indikator tidak spesifik dari kualitas air atau kebersihan peralatan
pabrik. Total Carbon (TC) - semua karbon dalam sample, Total Inorganic Carbon
(TIC) - sering disebut sebagai karbon anorganik (IC), karbonat, bikarbonat, dan
terlarut karbon dioksida (CO2), suatu material yang berasal dari
sumber non-hidup. Dalam menganalisa TOC, TC, dan IC kita bisa menggunakan TOC
analyzer.
g. Parameter Logam
Spektroskopi penyerapan atom adalah
teknik untuk menentukan konsentrasi elemen logam tertentu dalam sampel. Teknik
ini dapat digunakan untuk menganalisa konsentrasi lebih dari 70 jenis logam
yang berbeda dalam suatu larutan. beberapa logam yang berbahaya
diantaranya adalah Hg (merkuri) , Ar (arsen), Cd (kadmium), Pb (timbal).
II. Parameter Fisika
Perubahan yang ditimbulkan parameter fisika dalam air limbah
yaitu: padatan, kekeruhan, bau, temperatur, daya hantar listrik dan warna.
Padatan terdiri dari bahan padat organik maupun anorganik yang larut, mengendap
maupun suspensi. Akibat lain dari padatan ini menimbulkan tumbuhnya tanaman air
tertentu dan dapat menjadi racun bagi makhluk lain. Pengukuran daya hantar
listrik ini untuk melihat keseimbangan kimiawi dalam air dan pengaruhnya
terhadap kehidupan biota. Warna timbul akibat suatu bahan terlarut atau
tersuspensi dalam air, di samping adanya bahan pewarna tertentu yang
kemungkinan mengandung logam berat. Bau disebabkan karena adanya campuran dari
nitrogen, fospor, protein, sulfur, amoniak, dan zat organik lain. Temperatur
air limbah akan mempengaruhi kecepatan reaksi hidrogen sulfida, carbon
disulfida kimia serta tata kehidupan dalam air. Perubahan suhu memperlihatkan
aktivitas kimiawi biologis pada benda padat dan gas dalam air. Pencemaran yang mulai mengakibatkan iritasi (gangguan)
ringan pada panca indra dan tubuh serta telah menimbulkan kerusakan pada
ekosisteml ain. Misalnya gas buangan kendaraan bermotor yan gmenyebabkan mata
pedih.
III.
Parameter Biologi
Parameter
biologi meliputi ada atau tidaknya pencemaran secara biologi berupa
mikroorganisme, misalnya, bakteri coli, virus, bentos, dan plankton. Jenis-
jenis mikroorganisme di air yang tercemar seperti Escherichia coli, Entamoeba coli, dan Salmonella
thyposa.
BAB III
METODE
PERCOBAAN
III.1. Alat
Alat
yang digunakan dalam percobaan adalah botol aqua besar, botol aqua sedang, gunting,
pipet tetes, dan alat tulis menulis.
III.2.
Bahan
Bahan
yang digunakan dalam percobaan tersebut adalah air selokan, air kolam, air
sungai, air danau, air sumur, air PAM, air laut malam, air laut pagi, karet
gelang, plastik bening, kertas label, tissue dan Larutan Methylen Blue 0,1 %.
III.3.
Cara kerja
Cara kerja dalam
percobaan ini adalah:
1. Diberi
label pada masing-masing botol yaitu sesuai dengan sumber air tersebut diambil.
2. Diisi
botol tersebut sesuai dengan label yang telah diberikan, pengisian harus sampai
penuh dan dilakukan secara hati-hati, jangan sampai air terkocok dan mengandung
gelembung air.
3. Ditambahkan
dulu kedalam masing-masing botol 5 tetes larutan Methylen Blue sebelum ditutup
dengan plastik.
4. Disimpan botol tadi di tempat yang gelap dan
diamati perubahan warnanya setiap 24 jam. Dilakukan sampai hampir semua sampel
berubah warna (12 hari).
5. Dibuat
hasil pengamatan serta kesimpulan dari per
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Hari
|
Air Laut
Malam
|
Air Laut Pagi
|
Air Selokan
|
Air PAM
|
Air Sumur
|
Air Kolam
|
Air Sungai
|
Air Danau
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
2
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
3
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
4
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
5
|
-
|
-
|
+
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
6
|
-
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
+
|
7
|
+
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
+
|
++
|
8
|
+
|
+
|
++
|
-
|
-
|
-
|
++
|
++
|
9
|
+
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
-
|
++
|
++
|
10
|
++
|
++
|
+++
|
+
|
-
|
+
|
++
|
++
|
11
|
+++
|
++
|
+++
|
++
|
+
|
+
|
+++
|
+++
|
12
|
+++
|
++
|
+++
|
++
|
++
|
++
|
+++
|
+++
|
Tabel
Perubahan Warna pada kedelapan botol sampel selama 12 hari pengamatan
Keterangan :
Biru Sekali/pekat :
-
Biru :
+
Biru Muda :
++
Biru bening :
+++
IV.2
Pembahasan
Polusi domestik merupakan limbah
yang dihasilkan oleh aktivitas manusia, misalnya limbah rumah tangga, dalam rumah tangga, air digunakan untuk minum,
memasak, mencuci, dan berbagai keperluan lainnya. Setelah digunakan, air
dibuang atau mengalir ke selokan. Selanjutnya, air tersebut mengalir ke sungai,
danau, dan laut. Air buangan rumah tangga atau dikenal sebagai limbah domestik
mengandung 95% sampai 99% air dan sisanya berupa limbah organik. Sebagian dari
air buangan terdiri atas komponen nitrogen, seperti urea dan asam urik yang
kemudian akan terurai menjadi amoniak dan nitrit. Pada perairan yang dimasuki
oleh limbah rumah tangga biasanya akan menyebabkan populasi ganggang menjadi
meningkat pesat sebagai akibat banyaknya persediaan nutrisi. Sebaliknya,
persediaan oksigen dalam perairan tersebut semakin berkurang.
Berdasarkan data yang diperoleh dari
percobaan, dapat dilihat bahwa pada air laut malam mengalami banyak perubahan yang
banyak dari hari 1-12. artinya bahwa air tersebut tercemar karena banyak
mikroorganisme seperti zooplankton didalamnya sehingga menguraikan warna biru
pada air. Pada air laut pagi, juga mengalami banyak perubahan dari hari 1-12 ini
berarti bahwa air tersebut sudah tercemar karena banyak mikroorganisme seperti
fitoplankton didalam air yang dapat menguraikan warna biru pada air. Pada air
selokan, perubahan sangat cepat terjadi ini berarti bahwa air tersebut merupakan air yang tercemar
karena didalam air tersebut juga banyak terdapat organisme. Pada air PAM, tidak
terlalu cepat terjadi perubahan dari hari 1-12 dan masih tetap mengandung
oksigen sampai hari ke 12 berarti air tersebut tidak tercemar karena sudah
mengalami proses penyaringan sehingga bisa di konsumsi. Pada air sumur, tidak
mengalami perubahan yang begitu besar, air sumur hanya mengalami perubahan pada
hari 11 biru, dan 12 biru muda. Ini menandakan bahwa air tersebut tidak
tercemar karena tidak mengalami perubahan yang terlalu cepat. Pada air kolam, tidak
terlalu banyak mengalami perubahan dari hari 1-12, perubahan terjadi setelah
hari ke 9 dan artinya bahwa air tersebut tidak tercemar. Pada air sungai,
banyak mengalami perubahan mulai dari hari 1-12 dan perubahannya cepat terjadi
yang menandakan bahwa air tersebut tercemar, karena didalam air tersebut
mengandung bahan organik yang dapat diuraikan oleh mikroba air, sehingga
oksigen pada air tersebut akan habis. Pada air danau, sangat banyak perubahan
dan perubahan itu terjadi cepat. Artinya bahwa air tersebut tercemar karena
banyak mikroorganisme didalamnya yang dapat menguraikan warna biru pada air.
Percobaan ini menggunakan methylen blue, karena methylen
blue merupakan indikator untuk mengetahui kestabilan relatif air dimana air
akan tetap berwarna biru, selama masih ada oksigen terlarut didalam air
tersebut dan akan berubah warnanya apa bila oksigen terlarut dalam air habis.
Air sumur merupakan air yang tingkat pencemarannya rendah,
jika dibandingkan dengan jenis air yang ainnya. Mikroorganisme yang ada didalam
air tersebut tidak sebanyak dengan mikroorganisme yang ada pada air yang lain dan
air yang paling tercemar adalah air selokan karena didalam air tersebut terdapat
banyak mikroorganisme dan banyak mengandung bahan organik.
BAB V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan yang
dapat ditarik dari percobaan ini adalah :
1. Beberapa air dari sumber yang berbeda memiliki
kualitas yang berbeda, yaitu air laut malam tercemar, air laut pagi tercemar,
air selokan tercemar, air PAM tidak tercemar, air sumur tidak tercemar, air
kolam tidak tercemar, air sungai tercemar, dan air danau tercemar. Perbedaan
kualitas air ini disebabkan oleh banyaknya mikroorganisme yang ada didalam air,
yang dapat bahan organik dalam air sehingga mengakibatkan oksigen dalam air
akan habis.
2. Bahan yang digunakan sebagai indikator untuk
mengamati pencemaran di lingkungan air adalah methylen blue.
V.2 Saran
Saran yang dapat
saya berikan yaitu, sebaiknya asisten selalu mendampingi praktikan selama
praktikum berjalan sehingga kesalahan dalam percobaan dapat di minimalisir.
LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
IV
PENGARUH
POLUSI DOMESTIK TERHADAP KUALITAS AIR
NAMA : SUNARTO
ARIF SURA’
NIM : H41112284
KELOMPOK : I (SATU)
HARI/TGL
PERC. :
KAMIS, 28 MARET 2013
ASISTEN :
SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, Hefni., 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber
Daya Alam dan Lingkungan Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
Izzuddin, F., 2004. Pengetahuan
Lingkungan. Kawan Pustaka, Jakarta.
Soendjojo, D., 1990. Ekologi
Lanjutan. Departemen pendidikan dan kebudayaan. Universitas Terbuka,
Jakarta.
Sugiharto, 1987. Pengelolaan air limbah. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Umar, M. R., 2013. Penuntun
Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.
Whardana, Wisnu., 1995. Dampak
Pencemaran Lingkungan. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar