LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
X
KEANEKARAGAMAN
JENIS DALAM KOMUNITAS
NAMA : SUNARTO ARIF SURA’
NIM :
H41112284
KELOMPOK : I (SATU) A
HARI/TGL PERC. : KAMIS /2 MEI 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Keanekaragaman jenis merupakan karakteristik tingkatan dalam
komunitas berdasarkan organisasi biologisnya, yang dapat digunakan untuk
menyatakan struktur komunitasnya. Suatu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman yang tinggi jika komunitas tersebut disusun oleh banyak spesies
dengan kelimpahan spesies sama dan hampir sama. Sebaliknya jika suatu komunitas
disusun oleh sedikit spesies dan jika hanya sedikit spesies yang dominan maka
keanekaragaman jenisnya rendah (Umar, 2013).
Para ahli ekologi telah banyak
mengembangkan perhitungan atau metode kuantitatif untuk mengukur keragaman
jenis komunitas antara lain yang bayak sekarang dipakai adalah Indeks
Simpson dan Indeks Shannon-Wiener (Umar, 2013).
Setiap tingkatan biologi sangat penting bagi kelangsungan hidup
spesies dan komunitas alami, dan kesemuanya penting bagi manusia.
Keanekaragaman spesies mewakili aneka ragam adaptasi evolusi dan ekologi suatu spesies pada
lingkungan tertentu. Keanekaragaman spesies menyediakan bagi manusia sumber
daya alternatifnya. Contohnya, hutan
hujan tropik dengan aneka variasi spesies yang menghasilkan tumbuhan dan hewan
yang dapat digunakan untuk makanan, tempat bernaung dan obat-obatan. Keanekaragaman hayati yang ada pada ekosistem pertanian
seperti persawahan dapat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman, yaitu dalam sistem
perputaran nutrisi, perubahan iklim mikro, dan detoksifikasi senyawa kimia.
Serangga sebagai salah satu komponen keanekaragaman hayati juga memiliki
peranan penting dalam jaring makanan yaitu sebagai herbivor, karnivor, dan
detrivor (Umar, 2013).
Untuk mengetahui bagaimana cara
menghitung dan menganalisis data dari keanekaragaman jenis suatu komunitas pada
daerah/wilayah tertentu, maka dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Untuk mengetahui dan menentukan keanekaragaman jenis suatu
komunitas dengan berdasarkan pada Indeks Simpson dan Indeks Shannon-Wiener.
2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menggunakan metode
teknik-teknik sampling organisme dan rumus sederhana dalam menghitung organisme
dalam komunitas.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 2 Mei 2013 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat
di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan data dilakukan di samping Omega, Universitas
Hasanuddin, Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia dikenal
sebagai salah satu negara yang memiliki kekayaan jenis flora dan fauna yang
sangat tinggi (mega biodiversity). Hal ini disebabkan karena Indonesia
terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang stabil dan secara geografi
adalah negara kepulauan yang terletak diantara dua benua yaitu Asia dan
Australia. Salah satu keanekaragaman hayati yang dapat dibanggakan Indonesia
adalah serangga, dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis
biota utama yang diketahui di Indonesia (Odum, 1993).
Fluktuasi atau grafik naik turunnya keanekaragaman secara
teratur senantiasa dapat terjadi di dalam suatu ekosistem. Hal ini dapat
terjadi karena adanya saling kontrol terhadap populasi konsumen biotik dalam
suatu ekositem tersebut. Proses itu akan terus berjalan secara berkesinambungan
dan tanpa menimbulkan goncangan ekosistem. Hal ini akan terjadi selama
lingkungan tersebut berada dalam keadaan seimbang (Wolf, 1992).
Habitat alami seperti hutan, dapat terjadi kerusakan karena faktor serangga herbivor sangat jarang
terjadi. Hal ini mungkin disebabkan karena di dalam habitat hutan jumlah
serangga karnivor lebih banyak dan keragaman jenis serangga juga jauh lebih
tinggi dan kompleks dibandingkan agroekosistem. Pada lahan pertanian, adanya
praktek pertanian memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap keanekaragaman
serangga (Odum, 1993).
Organisme tidak dapat hidup menyendiri, tetapi harus hidup
bersama-sama dengan organisasi sejenis atau dengan yang tidak sejenis. Berbagai
organisme yang hidup di suatu tempat, baik yang besar maupun yang kecil,
tergabung dalam suatu persekutuan yang disebut komunitas biotik. Suatu
komunitas biotik terikat sebagai suatu unit oleh saling ketergantungan
anggota-anggotanya. Suatu komunitas adalah suatu unit fungsional dan mempunyai
struktur yang pasti. Tetapi srtuktur ini sangat variabel, karena jenis-jenis komponennya
dapat dipertukarkan menurut waktu dan ruang.
Komunitas biotik terdiri atas kelompok kecil, yang anggota-anggotanya lebih
akrab lagi satu sama lain, sehingga kelompok kecil itu merupakan unit yang kohesif. Keanekaragaman hayati dapat
terjadi pada berbagai tingkat kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah
sampai organisme tingkat tinggi. Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk
bersel banyak dan tingkat organisasi kehidupan individu sampai tingkat
interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai ekosistem (Resosoedarmo, 1990).
Tanaman dan hewan dari berbagai jenis
yang hidup secara alami di suatu tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya
setiap individu menemukan lingkungannya yang memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam
kumpulan ini terdapat pula kerukunan untuk hidup bersama, toleransi kebersamaan
dan hubungan timbal balik yang menguntungkan sehingga dalam kumpulan ini
terbentuk suatu derajat keterpaduan. Kumpulan atau susunan dari berbagai
populasi yang peka
menyesuaikan diri dan menghuni suatu wilayah tertentu di alam disebut
komunitas. Seperti halnya
populasi dan jasad hidup lain yang membentuknya, komunitas pun
mempunyai struktur dan fungsi di alam bahkan dengan derajat organisme yang
lebih tinggi, karena mempunyai ciri, sifat, dan kemampuan yang lebih tinggi
dari pada populasi.
Misalnya dalam populasi interaksi hanya bisa dicapai antar individu, sedangkan
dalam komunitas bisa antar populasi (Odum, 1993).
Keanekaragaman yang tinggi
menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki kompleksitas yang tinggi. Komunitas
yang tua dan stabil akan mempunyai keanekaragaman jenis yang tinggi. Sedangkan
suatu komunitas yang sedang berkembang pada tingkat suksesi mempunyai jumlah
jenis rendah dari
pada komunitas
yang sudah mencapai klimaks. Komunitas yang memiliki keanekaragaman yang tinggi
lebih tidak mudah terganggu oleh pengaruh lingkungan. Jadi dalam suatu
komunitas dimana keanekaragamannya tinggi akan terjadi interaksi spesies yang
melibatkan transfer energi, predasi, kompetisi dan niche yang lebih kompleks (Umar, 2013).
Keanekaragaman cenderung akan rendah
dalam ekosistem-ekosistem yang secara fisik terkendali biologi. Sedikit jenis
dengan jumlah yang besar, banyak jenis yang langkah dalam jumlah yang sedikit. Keanekaragaman
jenis mempunyai sejumlah komponen yang dapat memberi reaksi secara berbeda-beda
terhadap faktor geografi, perkembangan atau fisik. Keanekaragaman yang tinggi
berarti mempunyai rantai-rantai makanan yang panjang dan lebih banyak kasus
dari simbiosis (interaksi), kendali yang lebih besar untuk kendali umpan balik
negatif yang dapat mengurangi gangguan-gangguan, dan karenanya akan
meningkatkan kemantapan (Ferial, 2013).
Konsep komunitas cukup jelas, tetapi
seringkali dalam penentuan batas dan pengenalan batas komunitas tidak mudah.
Meskipun demikian, komponen-komponen komunitas ini mempunyai kemampuan untuk
hidup dalam lingkungan yang sama di suatu tempat dan untuk hidup saling
bergantung yang satu terhadap yang lain. Komunitas mempunyai derajat keterpaduan
yang lebih tinggi dari pada individu-individu dan populasi tumbuhan dan hewan
yang menyusunnya. Komposisi suatu komunitas ditentukan oleh seleksi tumbuhan
dan hewan yang kebetulan mencapai dan mampu hidup di tempat tersebut, dan
kegiatan komunitas-komunitas ini bergantung pada penyesuaian diri setiap
individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi yang ada di tempat tersebut
(Odum, 1993).
Komunitas dapat
mengkarakteristikkan suatu unit
lingkungan yang mempunyai kondisi habitat utama yang seragam. Unit lingkungan
seperti ini disebut biotop. Hamparan lumpur, pantai pasir, gurun pasir, dan
unit lautan merupakan contoh biotop. Di sini biotop ditentukan oleh sifat-sifat
fisik. Biotop-biotop lain dapat pula dicirikan oleh unsur organismenya, misalnya
padang alang-alang, hutan tusam, hutan cemara, rawa kumpai, dan sebagainya
(Heddy, 1986).
Komunitas yang terbentuk atas banyak spesies, beberapa
diantaranya akan dipengaruhi oleh kehadiran atau ketidakhadiran anggota lain
dari komunitas itu. Suatu interaksi dapat terdiri atas beberapa bentuk yang
berasal dari hubungan positif (berguna) sampai interaksi negatif (berbahaya).
Bilamana sejumlah organisme bergantung pada sumber yang sama, persaingan akan
terjadi. Persaingan demikian dapat terjadi antara anggota-anggota spesies yang
berbeda (persaingan interspesifik) atau antara anggota spesies yang sama
(intraspesifik). Perbandingan dapat terjadi dalam makanan atau ruang. Dalam
hubungan persaingan antara dua spesies, ini dapat merupakan bentuk eksploitasi
makanan yang tersedia dalam waktu singkat, atau merupakan gangguan bilamana
organisme-organisme itu saling melukai dalam usahanya untuk mendapatkan makanan
(Wolf, 1992).
Keanekaragaman
kecil terdapat pada komunitas yang terdapat pada daerah dengan lingkungan yang
ekstrim, misalnya daerah kering, tanah miskin dan pegunungan tinggi. Sementara
itu, keanekaragaman yang tinggi terdapat di daerah dengan lingkungan optimum.
Hutan tropika adalah contoh komunitas yang mempunyai keanekaragaman yang
tinggi. Sementara ahli ekologi berpendapat bahwa komunitas yang mempunyai
keanekaragaman yang tinggi, seperti dicontohkan dengan hutan itu mempunyai
keanekaragaman yang tinggi dan stabil. Tetapi
ada juga ahli yang berpendapat sebaliknya, bahwa keanekaragaman tidak selalu
berarti stabilitas. Kedua pendapat ini ditopang oleh argumen-argumen ekologi yang
masuk akal, masing-masing ada benarnya dan ada kelemahannya (Resosoedarmo,
1990).
Keanekaragaman hayati tumbuh dan berkembang dari
keanekaragaman jenis, keanekaragaman genetis, dan keanekaragaman ekosistem.
Karena ketiga keanekaragaman ini saling kait-mengkait dan tidak
terpisahkan, maka dipandang sebagai satu keseluruhan (totalitas) yaitu
keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati menunjukkan adanya berbagai macam
variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai
tingkat gen, tingkat jenis dan tingkat ekosistem (Wolf, 1992).
Keanekaragaman gen menentukan
keanekaragaman jenis individu, meski jenisnya sama tetapi memiliki gen yang
tidak sama bila dibandingkan dengan individu lain dalam kelompok tersebut.
Keanekaragaman genetik merupakan keanekaragaman sifat yang terdapat dalam satu
jenis. Dengan demikian tidak ada satu makhluk pun yang sama persis dalam
penampakannya. Tanaman dan hewan dari berbagai jenis yang hidup secara alami di
suatu tempat membentuk kumpulan yang di dalamnya setiap individu menemukan
lingkungannya yang memenuhi kebutuhan hidupnya (Wolf, 1992).
Komunitas di lingkungan yang mantap
seperti pada hutan tropis mempunyai keanekragaman yang tinggi. Dengan
melestarikan ekosistem secara utuh maka pelestarian jenis dengan seluruh
variasi plasma nutfahnya akan turut terjamin pula (Ferial, 2013).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu patok 1 x 1 m, tali rafiah 30 m dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu areal komunitas.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
1. Dipilih suatu kawasan atau areal
komunitas yang akan diamati.
2. Dibentangkan tali sepanjang 30 meter.
3. Diukur tali tersebut sepanjang 10
meter agar dapat dibuat 3 petak pada bentangan tali tersebut.
4. Dibuat petak sebanyak 3 yang berukuran
10x10 meter dengan cara diselang-selingkan,.
5. Didalam setiap petak yang telah
dibuat tersebut, dibuat lagi petak dengan ukuran 5x5 meter.
6. Dibuat lagi petak yang berukuran 1x1
meter didalam petak yang berukuran 5x5 meter yang telah dibuat.
7. Diamati dan dihitung jumlah pohon
yang terdapat di dalam petak yang berukuran 10x10 meter, jumlah semak yang
terdapat di dalam petak yang berukuran 5x5 meter dan jumlah rumput yang ada di
dalam petak yang berukuran 1x1 meter.
8. Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk mengetahui indeks keanekaragaman menggunakan Indeks Simpson
dan Indek Shannon-Wiener.
DAFTAR PUSTAKA
Ferial,
E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan.
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Heddy, S., 1986, Pengantar Ekologi, CV Rajawali, Jakarta.
Odum, E., 1993, Dasar-dasar Ekologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Resosoedarmo, S., 1990, Pengantar Ekologi, PT Remaja Rosdakarya, Jakarta.
Umar, M. R.,
2013, Penuntun Praktikum Ekologi Umum,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
Wolf, L., 1992, Ekologi Umum, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengambilan Data
IV.1.1 Data Vegetasi dengan menggunakan Metode Jalur
Berpetak
Tabel 1. Data Jumlah dan Jenis
Spesies di Samping Omega
NO
|
Spesies (i)
|
Kelompok Tumbuhan
|
∑
|
1
|
Cemara
|
Pohon
|
3
|
2
|
Mangga
|
Pohon
|
1
|
3
|
Beringin
|
Pohon
|
1
|
4
|
Tumbuhan A
|
Pohon
|
1
|
5
|
Tumbuhan B
|
Pohon
|
1
|
6
|
Tumbuhan C
|
Semak
|
6
|
7
|
Tumbuhan D
|
Semak
|
4
|
8
|
Tumbuhan E
|
Rumput
|
7
|
9
|
Tumbuhan F
|
Rumput
|
3
|
10
|
Tumbuhan G
|
Rumput
|
6
|
11
|
Tumbuhan H
|
Rumput
|
2
|
12
|
Tumbuhan I
|
Semak
|
6
|
13
|
Tumbuhan J
|
Semak
|
3
|
14
|
Tumbuhan K
|
Semak
|
9
|
15
|
Tumbuhan L
|
Rumput
|
5
|
16
|
Tumbuhan M
|
Rumput
|
3
|
17
|
Putri malu Mimosa pudica
|
Rumput
|
6
|
18
|
Rumput Belulang
|
Rumput
|
13
|
|
∑
|
80
|
|
IV.2 Analisis Data
a. Indeks Keanekaragaman
Shannon-Wiener
Keanekaragaman merupakan perbedaan-perbedaan
makhluk hidup yang berbeda jenis (spesies) atau Keragaman merupakan suatu gabungan antara jumlah jenis dan jumlah
individu masing – masing jenis dalam satu komunitas. Perbedaan itu dapat
dijumpai pada sifat-sifat yang tampak antara lain: bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup dan lain-lain. Sedangkan perbedaan yang dijumpai pada
individu-individu sejenis dinamakan variasi.
Rumus untuk menghitung keanekaragaman
(Odum, 1993) yaitu :
H’= - {∑pi ln pi} pi =
Dimana
: H’ = Indeks Shannon-Wiener
ni = Jumlah Spesies
(i)
N = Total Jumlah Individu
Kriteria
Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener dibagi menjadi 3 yaitu :
H’<1 = Keanekaragaman Rendah
1<H<3
= Keanekaragaman Sedang
H
> 3 = Keanekaragaman Tinggi
b.
Indeks Dominansi Simpson
Dominansi merupakan
proporsi antara luas bidang dasar yang ditempati oleh spesies tumbuhan dengan
luas total habitat.
Rumus
untuk menghitung dominansi (Odum, 1993) yaitu :
D’ = ∑ {pi}2
pi =
Kriteria
Indeks Dominansi Simpson dibagi menjadi 3 kategori (Odum, 1993) :
D’
= 0 – 030 = Dominansi Rendah
D’
= 031 – 0,60 = Dominansi Sedang
D’
= 0,61 – 1,0 = Dominansi Tinggi
IV.3 Pembahasan
Keanekaragaman merupakan perbedaan-perbedaan
makhluk hidup yang berbeda jenis (spesies) atau Keragaman merupakan suatu gabungan antara jumlah jenis dan jumlah
individu masing – masing jenis dalam satu komunitas. Perbedaan itu dapat
dijumpai pada sifat-sifat yang tampak antara lain bentuk, warna, fungsi organ,
tempat hidup dan lain-lain. Sedangkan perbedaan yang dijumpai pada
individu-individu sejenis dinamakan variasi. Berbeda dengan keanekaragaman, dominansi
merupakan proporsi antara luas bidang dasar yang ditempati
oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.
Metode yang digunakan
untuk proses pengambilan sampel adalah metode plot bertingkat. Plot dibuat
bertingkat, yaitu petak 1 m x 1 m berada di dalam petak 5 m x 5 m dan petak 5 m
x 5 m berada di dalam petak 10 m x 10 m. Petak yang berukuran 10 m x 10 m
digunakan untuk menghitung jenis pohon yang ada didalamnya, petak yang berukuran
5 m x 5 m digunakan untuk menghitung jenis semak dan petak yang berukuran 1 m x
1 m digunakan untuk menghitung jenis rumput.
Data yang diperoleh
dari hasil pengamatan di analisis menggunakan Indeks Shannon-Wiener untuk menghitung
nilai keanekaragaman dan Indeks Simpson untuk menghitung nilai dominansi.
Analisis dengan menggunakan Indeks Shannon-Wiener diperoleh nilai
keanekaragaman sebesar 2,70 yang berarti pada wilayah tersebut memiliki
keanekaragaman yang sedang, sedangkan analisis dengan menggunakan Indeks
Simpson diperoleh nilai dominansi sebesar 0,085 yang berarti pada wilayah
tersebut memiliki dominansi yang rendah.
Berdasarkan hasil
analisis yang dilakukan menggunakan Indeks Simpson, dapat diketahui bahwa jika
komunitas mempunyai keanekaragaman jenis tumbuhan yang sedang , maka dominansi
pada komunitas tersebut sedang sedangkan analisis menggunakan Indeks Shannon-wiener
menunjukkan bahwa kriteria yang didapatkan sangat ditentukan pada jumlah
spesies dan jumlah total individu pada komunitas tersebut.
Keanekaragaman dan dominansi yang tinggi, sedang dan rendah
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu umur suatu komunitas, tingkat
kestabilan, tingkat suksesi, waktu, heterogenitas ruang, persaingan, pemagsaan,
stabilitas lingkungan, produktivitas dan
penyesuaian diri setiap individu terhadap faktor-faktor fisik dan biologi di
komunitas tersebut.
BAB
V
PENUTUP
V.1
Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini adalah :
1.
Keanekaragaman jenis di
komunitas yang diamati yaitu sekitar area Fakultas Pertanian berdasarkan Indeks
Simpson adalah 0,085 yang berarti dominansi pada tempat tersebut rendah dan
untuk nilai keanekaragaman berdasarkan Indeks Shannon-wiener adalah 2,70 yang
berarti keanekaragaman pada tempat tersebut sedang.
2.
Teknik sampling yang
digunakan adalah metode plot berganda dengan melakukan perhitungan menggunakan
parameter yaitu Indeks Shannon-Wiener dan Indeks Simpson.
V.2
Saran
Saran yang dapat saya
berikan adalah sebaiknya penjelasan tentang perhitungan menggunakan parameter
indeks yang digunakan sudah dipastikan sebelumnya agar agar tidak terjadi
kesalahan pada saat dijelaskan kepada praktikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar