LAPORAN
PRAKTIKUM
EKOLOGI
UMUM
PERCOBAAN
VIII
POLA
PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI
NAMA : SUNARTO ARIF SURA’
NIM :
H41112284
KELOMPOK : I (SATU) A
HARI/TGL PERC. : KAMIS/ 18 APRIL 2013
ASISTEN : SUWARDI
NURJIHADINNISA
LABORATORIUM
ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif
terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam
satu populasi bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola
penyebaran, yaitu penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan
penyebaran berkelompok (Rahardjanto, 2001).
Penyebaran
populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Individu
dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan hewan serta manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan
mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, prilaku kawin dan
faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
Perubahan-perubahan
dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola
penyebaran, dan dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya
memperlihatkan perbedaan pola penyebaran (Heddy, 1986).
Suatu luas terkecil dapat mewakili vegetasi. Luas terkecil
ini dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara
keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam petak tersebut dapat memperlihatkan hubungan
saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi terbentuk dari
interaksi antar jenis tumbuhan (Rasyid, 1993).
Oleh karena itu, untuk mengetahui
pola penyebaran individu dalam suatu populasi menggunakan Indeks Morisita
dilakukanlah percobaan ini.
I.2 Tujuan
Percobaan
Tujuan dari percobaan
ini adalah:
1. Menentukan pola penyebaran individu
dalam populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
2. Melatih keterampilan mahasiswa
dalam menerapkan
teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran
individu dalam populasi.
I.3 Waktu dan Tempat
Percobaan
ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 18 April 2013 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat
di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel dilakukan di sekitar Canopy Biologi, Jurusan
Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Didalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara
makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup
berbagai macam oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi
antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang
disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling
spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi
yang berbeda secara taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi
yang berinteraksi pada tingkat yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi
mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana dua populasi hidup
bersama-sama dengan lingkungannya (Heddy, 1986).
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme.
Organisme dan spesies yang sama ( kelompok-kelompok lain di mana
individu-individu dapat bertukar informasi genetika) menduduki ruang atau
tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik
individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti
mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang
dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju
kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada
populasi (Odum,1993).
Suatu tempat disekitar kita dapat ditemukan
adanya berbagai jenis organisme
baik
sejenis maupun berbeda jenis yang membentuk suatu organisasi kehidupan. Mereka
berinteraksi saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain dalam
berbagai bentuk (Ferial, 2013).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang
tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan
dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan kerapatannya.
Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu
populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah kerapatannya.
Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang
keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi.
Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman
morfologi dalam suatu populasi alam sebaran umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam
populasi (Odum, 1993).
Suatu organisme dikenal
sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang
berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang
terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara
populasi yang satu dengan populasi yang lainnya selalu terjadi interaksi, baik
secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu
komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi
kehidupan yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik
(fisik) membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini
membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dipenuhi oleh suatu
kehidupan (Ferial, 2013).
Struktur suatu
komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau
terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia
lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak
terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar
dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu
terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada
persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang
hidup yang sama.
2.
Penyebaran
secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat
dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini
terjadi jika lingkungan homogen.
3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu
ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah.
Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor
lingkungan yang sama.
Kategori rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam
dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai
lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif,
susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun
dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh
pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara
hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh
terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran
acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael,
1994).
Populasi dapat
konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus.
Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi,
yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality)
dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).
Migrasi musiman
tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam
ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju
rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak
bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa
atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi
dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan
teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum,
1993).
Penyebaran
membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan
kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau
hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi
(Odum, 1993).
Secara umum
populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiri atas
individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas, satu unit
taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat. Populasi memiliki karakteristik
yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki oleh masing-masing dari
anggotanya. Karakteristik ini antaralain adalah kepadatan, natalitas (laju
kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi biotik, penyebaran umur dan
bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).
Natalitas
dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh apabila
natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau ekosistem, pertumbuhan
dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi (Resosoedarmo, 1990).
Populasi
sebagai suatu individu yang dinamis dapat bertumbuh dalam perjalanan ruang dan
waktu. Penanaman populasi dapat mengalami kenaikan atau penyusutan kepadatannya,
tergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidupnya. Bila daya
dukung lingkungan tidak mendukung suatu kepadatan populasi, maka kepadatan
populasi dapat mengalami penyusutan, sebaliknya jika daya dukung lingkungan itu
menunjang, sehingga kebutuhan populasi akan makanan, habitat serta kebutuhan
lain terpenuhi maka akan meningkatkan populasi. Dengan kata lain adanya
interaksi-interaksi antar individu di dalam populasi itu maupun dengan individu
lain dari luar populasi maka populasi merupakan suatu kesatuan yang dinamis
yang dikenal dengan istilah seleksi alam (Resosoedarmo, 1990).
Ada dua ciri
dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang merupakan ciri yang dipunyai
oleh suatu individu pembangun populasi itu, serta ciri statistik yang merupakan
ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu. Seperti
halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki struktur dan
organisme tertentu, yang sifatnya ada yang konstan ada pula yang mengalami
perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau sejarah perkembangan
kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan dapat memberikan respon terhadap faktor-faktor
lingkungan (Heddy, 1986).
Ruang dan
tersedianya bahan-bahan yang diperlukan jenis untuk hidupnya berpengaruh
terhadap pertumbuhan populasi. Pertumbuhan cenderung untuk melaju terus dengan
cermat apabila ruang dan bahan-bahan berlimpah, dan akan mundur apabila kedua
faktor tersebut berkurang yang kemudian akan mendatar bila ruang dan
bahan-bahan menjadi terbatas (Heddy, 1986).
Penyebaran
populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola (Umar, 2013) yaitu
:
1. Emigrasi, yaitu pergerakan individu
keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
2. Imigrasi, yaitu pergerakan individu
dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
3. Migrasi, yaitu pergerakan secara dua
arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi lainnya secara
periodik.
Penyebaran individu-individu di
dalam populasi dapat menyebar dalam tiga pola (Umar, 2013) yaitu :
1. Acak, yaitu terjadi apabila keadaan
lingkungan relatif homogen.
2. Teratur/seragam, yaitu terjadi
apabila ada persaingan yang keras di antara individu dalam populasinya.
3. Kelompok, yaitu terjadi apabila
kebutuhan yang sama akan faktor lingkungan.
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami.
Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat
kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi
apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan
individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif
jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu
terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses
dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin
ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi sosial yang merupakan agregasi aktif
dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada
berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
Adanya masalah kepadatan populasi yang berlebih (over
crowding) dan kepadatan populasi yang kurang (under crowding) cenderung bekerja
sebagai faktor pembatas dalam mengatur besarnya kepadatan populasi. Akibatnya
adalah adanya pengaturan ruang-ruang antar individu atau kelompo individu
sehingga mengakibatkan adanya individu yang tersingkirkan/terkucilkan dalam
populasinya. Pengucilan terhadap individu seringkali merupakan hasil dari (Umar, 2013) :
1. Persaingan
antar individu untuk memperoleh sumberdaya terbatas (Makanan, tempat hidup.
2. Persaingan
langsung antar individu (Kontak fisik).
BAB III
METODE PERCOBAAN
III.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu plot, parang, meteran, dan alat tulis menulis.
III.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam
percobaan ini yaitu areal komunitas dan tali.
III.3 Cara Kerja
Cara kerja pada percobaan ini adalah
:
1. Dipilih suatu kawasan atau areal
komunitas yang akan diamati.
2. Dilemparkan plot berukuran 1 x 1 m
ke area pengamatan secara acak.
3. Dilihat spesies yang ada di dalam
plot.
4. Dihitung jumlah hewan per jenis dan jumlah
keseluruhan
5. Dilakukan sepuluh kali lemparan pada
tempat berbeda.
6. Dimasukkan data ke dalam tabel dan
dianalisis untuk mengetahui indeks keanekaragaman menggunakan Indeks Morisita.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
IV.1
Hasil
IV.1.1
Hasil Pengamatan Metode Plot Acak
Tabel 1. Hasil
Pengamatan Metode Plot Acak
Plot
|
Spesies (i)
|
|
||||||||||||||||||||||||
A
|
B
|
C
|
D
|
E
|
F
|
G
|
H
|
I
|
J
|
K
|
L
|
M
|
N
|
O
|
P
|
Q
|
R
|
S
|
T
|
U
|
V
|
W
|
X
|
Y
|
||
1
|
|
2
|
|
5
|
|
|
3
|
2
|
|
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
25
|
2
|
|
10
|
|
|
|
|
4
|
|
|
|
|
|
|
5
|
2
|
|
|
|
|
|
|
15
|
|
2
|
|
38
|
3
|
|
5
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
14
|
4
|
|
1
|
|
7
|
|
|
2
|
10
|
|
|
|
2
|
|
11
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
2
|
|
|
36
|
5
|
|
1
|
|
3
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
7
|
|
|
|
12
|
6
|
1
|
5
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
8
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
16
|
7
|
|
|
|
|
|
|
18
|
|
|
|
|
|
|
10
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
29
|
8
|
|
|
|
1
|
|
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
18
|
|
|
|
3
|
1
|
|
|
|
|
|
|
25
|
9
|
|
|
|
|
2
|
2
|
1
|
|
1
|
1
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
2
|
|
|
|
10
|
10
|
|
|
|
1
|
|
|
|
|
|
|
1
|
|
|
12
|
|
|
|
22
|
|
|
|
3
|
|
|
|
39
|
|
1
|
24
|
1
|
17
|
2
|
2
|
29
|
13
|
1
|
1
|
1
|
5
|
9
|
56
|
2
|
1
|
1
|
25
|
1
|
1
|
11
|
27
|
3
|
2
|
8
|
244
|
Keterangan :
A
= Legum-leguman
B
= Mengkudu
C
= Jambu
D
= Rumput Belulang
E
= Putri Malu
F
= Rumput Teki
G
= Tumbuhan A
H
= Tumbuhan B
I = Tumbuhan C
J = Tumbuhan D
K = Tumbuhan E
L = Belalang
M
= Semut Merah
N = Nyamuk
O = Lalat
P = Bekicot
Q
= Lalat Buah
R
= Rayap
S = Laba-laba
T = Ulat Bulu
U = Walang Sangit
V = Semut Hitam
W
= Jangkrik
X = Hewan A
Y
= Hewan B
IV.2
Analisis Data
Dalam melakukan perhitungan pola
penyebaran, digunakan Indeks Morisita (Odum, 1993) yaitu
:
Keterangan
: n = Jumlah plot
N = Jumlah total individu dalam plot
Σ X2 = Kuadrat jumlah individu
dalam plot
Terdistribusi
: acak apabila : Id <
1,0
sergam apabila : Id = 0
mengelompok apabila : Id > 1,0
IV.2
Pembahasan
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif
terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari
populasi. Individu dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan
hewan serta manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan
karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim,
terbawa air atau angin, prilaku kawin dan faktor fisik lainnya.
Percobaan kali ini
mengenai Pola Penyebaran Individu (Dispersi), untuk mengetahui dan menentukan
pola penyebaran individu dalam populasi yang diamati digunakan indeks Morisita.
Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode plot acak. Percobaan ini
dilakukan di Canopy Biologi Universitas Hasanuddin.
Dari
hasil analisis pada metode plot acak didapatkan hasil pola penyebarannya setiap
spesies yaitu ada yang penyebarannya acak dan ada yang mengelompok. Pola
penyebaran yang paling rendah didapatkan pada spesies (A, C, I, J, K, P, Q, S, T,)
yaitu tidak dapat didefenisikan yang berarti penyebarannya acak dan hasil
ujinya yaitu 9 yang berarti x2 < x2 tabel menunjukkan
pola penyebarannya acak sedangkan pola penyebaran yang tinggi didapatkan pada
spesies (E, F, O, X, Y) yaitu sebesar 10 yang berarti pola penyebarannya
mengelompok dan hasil ujinya yaitu 18 yang berarti x2 hitung > x2
tabel menunjukkan bentuk penyebaran
mengelompok.
Hasil
analisis pola penyebaran yaitu penyebaran populasi di canopy menunjukkan adanya spesies yang pola
penyebarannya acak dan ad aula yang mengelompok yang berarti dapat disebabkan
karena adanya pengaruh dari iklim, serta daerah yang diamati itu dipengaruhi
oleh gangguan dari luar, dimana spesies satu memberikan pengaruh terhadap
adanya spesies lain dengan jenis yang berbeda.
BAB
V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari percobaan ini adalah
:
1.
Dengan menggunakan Indeks Morisita, pada
metode plot acak didapatkan hasil pola penyebarannya yag paling tinggi itu pada
spesies (E, F, O, X, Y) yaitu sebesar 10 yang berarti pola penyebarannya
mengelompok dan hasil ujinya yaitu 18 yang berarti x2 hitung > x2
tabel menunjukkan bentuk penyebaran
mengelompok.
2.
Untuk mengetahui keanekaragaman jenis
dalam suatu komunitas digunakan beberapa teknik sampling yaitu metode plot acak
dengan meakukan perhitungan menggunakan parameter yaitu indeks Morisita.
V.2
Saran
Saran yang dapat saya berikan adalah
sebaiknya penjelasan tentang Indeks yang digunakan sudah dipastikan sebelumnya
agar tidak terjadi kesalahan pada saat di jelaskan kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ferial,
E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan.
Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.
Heddy, S.,
1986. Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.
Naughton, S.
1990. Ekologi Umum. Universitas
Gadjah Mada. Yogyakarta.
Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.
Odum, 1993. Dasar-Dasar
Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Rasyid, 1993. Dasar-Dasar Ekologi.
Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.
Rahardjanto, A., 2001. Ekologi
Tumbuhan. Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.
Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya.
Jakarta.
Umar, M. R.,
2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum.
Universitas Hasanuddin. Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar