Rabu, 22 Mei 2013

Pola Penyebaran Individu Dalam Populasi


LAPORAN PRAKTIKUM
EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN VIII
POLA PENYEBARAN INDIVIDU DALAM POPULASI

NAMA                          : SUNARTO ARIF SURA’
NIM                               : H41112284
KELOMPOK               : I (SATU) A
HARI/TGL PERC.      : KAMIS/ 18 APRIL 2013
ASISTEN                      : SUWARDI
                                                                          NURJIHADINNISA
      















LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013



BAB I
PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang
Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran atau distribusi individu dalam satu populasi bermacam – macam, pada umumnya memperlihatkan tiga pola penyebaran, yaitu penyebaran secara acak, penyebaran secara merata, dan penyebaran berkelompok (Rahardjanto, 2001).
Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Individu dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan hewan serta manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, prilaku kawin dan faktor fisik lainnya (Umar, 2013).
            Perubahan-perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama, spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola penyebaran (Heddy, 1986).
Suatu luas terkecil dapat mewakili vegetasi. Luas terkecil ini dapat mewakili karakteristik komunitas tumbuhan atau vegetasi secara keseluruhan. Bentuk vegetasi dalam petak tersebut dapat memperlihatkan hubungan saling ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Vegetasi terbentuk dari interaksi antar jenis tumbuhan (Rasyid, 1993).
Oleh karena itu, untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam suatu populasi menggunakan Indeks Morisita dilakukanlah percobaan ini.

I.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan ini adalah:
1.     Menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan menggunakan Indeks Morisita.
2.     Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran individu dalam populasi.

I.3 Waktu dan Tempat
            Percobaan ini dilakukan pada hari Kamis, tanggal 18 April 2013 pukul 14.00-17.00 WITA bertempat di Laboratorium Biologi Dasar, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar, dan pengambilan sampel dilakukan di sekitar Canopy Biologi, Jurusan Biologi, Universitas Hasanuddin, Makassar.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Didalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah interaksi spesifik dan interaksi obligat antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral, dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya (Heddy, 1986).
Populasi didefinisikan sebagai kelompok kolektif organisme. Organisme dan spesies yang sama ( kelompok-kelompok lain di mana individu-individu dapat bertukar informasi genetika) menduduki ruang atau tempat tertentu, memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan sifat milik individu di dalam kelompok itu. Populasi mempunyai sejarah hidup dalam arti mereka tumbuh, mengadakan pembedaan-pembedaan dan memelihara diri seperti yang dilakukan oleh organisme. Sifat-sifat kelompok seperti laju kelahiran, laju kematian, perbandingan umur, dan kecocokan genetik hanya dapat diterapkan pada populasi (Odum,1993).
Suatu tempat disekitar kita dapat ditemukan adanya berbagai jenis organisme baik sejenis maupun berbeda jenis yang membentuk suatu organisasi kehidupan. Mereka berinteraksi saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain dalam berbagai bentuk (Ferial, 2013).
Suatu populasi memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh individu-individu yang membangun populasi tesebut. Kekhasan dasar suatu populasi yang menarik bagi seorang ekolog adalah ukuran dan kerapatannya. Jumlah individu dalam populasi mencirikan ukurannya dan jumlah individu populasi dalam suatu daerah atau satuan volume adalah kerapatannya. Kelahiran (Natalitas), kematian (mortalitas), yang masuk (imigrasi), dan yang keluar (emigrasi) dari anggota mempengaruhi ukuran dan rapatan populasi. Kekhasan lain dari populasi yang penting dari segi ekologi adalah keragaman morfologi dalam suatu populasi alam sebaran umur, komposisi genetik dan penyebaran individu dalam populasi     (Odum, 1993).
Suatu organisme dikenal sebagai individu, dan populasi merupakan sekumpulan organisme sejenis yang berinteraksi pada tempat dan waktu yang sama. Jumlah individu sejenis yang terdapat pada satuan luas tertentu dinamakan kepadatan populasi. Antara populasi yang satu dengan populasi yang lainnya selalu terjadi interaksi, baik secara langsung atau tidak langsung dalam suatu komunitas. Dalam suatu komunitas senantiasa terdapat tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Organisasi kehidupan yang merupakan kesatuan komunitas-komunitas dengan lingkungan abiotik (fisik) membentuk suatu ekosistem. Seluruh ekosistem yang ada di dunia ini membentuk biosfer sebagai bagian permukaan bumi yang dipenuhi oleh suatu kehidupan (Ferial, 2013).
Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada sifat fisikokimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :
1.        Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang hidup yang sama.
2.       Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.
3.      Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan faktor lingkungan yang sama.
Kategori rumpun/berkelompok adalah pola yang paling sering diamati di lam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).
Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang saling mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).
Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah yang akan tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan binatang-binatang memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih tinggi. Populasi ynag tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam bentuk dorman selama periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih sedikit yang dimengerti (Odum, 1993).
            Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus beberapa individu atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau memasuki populasi (Odum, 1993).
            Secara umum populasi dapat dianggap sebagai suatu kelompok organisme yang terdiri atas individu-individu yang tergolong dalam satu jenis atau varietas, satu unit taksonomi lain yang terdapat pada suatu tempat. Populasi memiliki karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak dimiliki oleh masing-masing dari anggotanya. Karakteristik ini antaralain adalah kepadatan, natalitas (laju kelahiran), mortalitas (laju kematian), potensi biotik, penyebaran umur dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1990).
            Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi tumbuh apabila natalitas melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau ekosistem, pertumbuhan dipengaruhi oleh imigrasi dan emigrasi (Resosoedarmo, 1990).
            Populasi sebagai suatu individu yang dinamis dapat bertumbuh dalam perjalanan ruang dan waktu. Penanaman populasi dapat mengalami kenaikan atau penyusutan kepadatannya, tergantung pada kondisi sumber daya alam dan lingkungan hidupnya. Bila daya dukung lingkungan tidak mendukung suatu kepadatan populasi, maka kepadatan populasi dapat mengalami penyusutan, sebaliknya jika daya dukung lingkungan itu menunjang, sehingga kebutuhan populasi akan makanan, habitat serta kebutuhan lain terpenuhi maka akan meningkatkan populasi. Dengan kata lain adanya interaksi-interaksi antar individu di dalam populasi itu maupun dengan individu lain dari luar populasi maka populasi merupakan suatu kesatuan yang dinamis yang dikenal dengan istilah seleksi alam (Resosoedarmo, 1990).
            Ada dua ciri dasar dari suatu populasi yaitu ciri biologi, yang merupakan ciri yang dipunyai oleh suatu individu pembangun populasi itu, serta ciri statistik yang merupakan ciri uniknya sebagai himpunan atau kelompok dari individu-individu. Seperti halnya suatu individu organisme suatu populasi pun memiliki struktur dan organisme tertentu, yang sifatnya ada yang konstan ada pula yang mengalami perubahan sejalan dengan waktu, memiliki ontogeny atau sejarah perkembangan kehidupan, dapat dikenai dampak faktor-faktor lingkungan dan dapat  memberikan respon terhadap faktor-faktor lingkungan (Heddy, 1986).
            Ruang dan tersedianya bahan-bahan yang diperlukan jenis untuk hidupnya berpengaruh terhadap pertumbuhan populasi. Pertumbuhan cenderung untuk melaju terus dengan cermat apabila ruang dan bahan-bahan berlimpah, dan akan mundur apabila kedua faktor tersebut berkurang yang kemudian akan mendatar bila ruang dan bahan-bahan menjadi terbatas (Heddy, 1986).
            Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola (Umar, 2013) yaitu :
1.     Emigrasi, yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat lainnya dan tinggal secara permanen.
2.     Imigrasi, yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan tinggal secara permanen.
3.     Migrasi, yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke daerah populasi lainnya secara periodik.
Penyebaran individu-individu di dalam populasi dapat menyebar dalam tiga pola (Umar, 2013) yaitu :
1.      Acak, yaitu terjadi apabila keadaan lingkungan relatif homogen.
2.     Teratur/seragam, yaitu terjadi apabila ada persaingan yang keras di antara individu dalam populasinya.
3.      Kelompok, yaitu terjadi apabila kebutuhan yang sama akan faktor lingkungan.
Pola penyebaran seragam jarang terdapat pada populasi alami. Yang mendekati keadaan demikian adalah apabila terjadi penjarangan akibat kompetisi antara individu yang relatif ketat. Pola penyebaran acak terjadi apabila kondisi lingkungan bersifat seragam dan tidak adanya kecenderungan individu untuk bersegresi. Pada umumnya penyebaran acak dari hewan relatif jarang dijumpai di alam. Kelompok-kelompok ini terjadi akibat respon individu terhadap kondisi-kondisi local, perubahan cuaca harian atau musiman, proses dari perkembangan seperti atraksi seksual untuk membentuk pasangan kawin ataupun kelompok induk-anak, serta atraksi sosial yang merupakan agregasi aktif dan individu membentuk suatu organisasi atau koloni tertentu, seperti pada berbagai serangga atau hewan vertebrata tertentu (Heddy, 1986).
            Adanya masalah kepadatan populasi yang berlebih (over crowding) dan kepadatan populasi yang kurang (under crowding) cenderung bekerja sebagai faktor pembatas dalam mengatur besarnya kepadatan populasi. Akibatnya adalah adanya pengaturan ruang-ruang antar individu atau kelompo individu sehingga mengakibatkan adanya individu yang tersingkirkan/terkucilkan dalam populasinya. Pengucilan terhadap individu seringkali merupakan hasil dari                   (Umar, 2013) :
1.      Persaingan antar individu untuk memperoleh sumberdaya terbatas (Makanan, tempat hidup.
2.      Persaingan langsung antar individu (Kontak fisik).


BAB III
METODE PERCOBAAN

III.1 Alat
            Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu plot, parang, meteran, dan alat tulis menulis.

III.2 Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu areal komunitas dan tali.

III.3 Cara Kerja
            Cara kerja pada percobaan ini adalah :
1.      Dipilih suatu kawasan atau areal komunitas yang akan diamati.
2.      Dilemparkan plot berukuran 1 x 1 m ke area pengamatan secara acak.
3.      Dilihat spesies yang ada di dalam plot.
4.      Dihitung jumlah hewan per jenis dan jumlah keseluruhan
5.      Dilakukan sepuluh kali lemparan pada tempat berbeda.
6.      Dimasukkan data ke dalam tabel dan dianalisis untuk mengetahui indeks keanekaragaman menggunakan Indeks Morisita.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Hasil Pengamatan Metode Plot Acak
Tabel 1. Hasil Pengamatan  Metode Plot Acak
Plot
Spesies (i)

A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
M
N
O
P
Q
R
S
T
U
V
W
X
Y
1

2

5


3
2



3








10




25
2

10




4






5
2






15

2

38
3

5










1











8
14
4

1

7


2
10



2

11

1






2


36
5

1

3












1




7



12
6
1
5
1









8









1


16
7






18






10






1




29
8



1


1
1





18



3
1






25
9




2
2
1

1
1









1

2



10
10



1






1


12



22



3



39

1
24
1
17
2
2
29
13
1
1
1
5
9
56
2
1
1
25
1
1
11
27
3
2
8
244

Keterangan :
A = Legum-leguman                                                  
B = Mengkudu                                                           
C = Jambu                                                                  
D = Rumput Belulang                                                
E = Putri Malu                                                                       
F = Rumput Teki                                                        
G = Tumbuhan A                                                       
H = Tumbuhan B                                                        
I   = Tumbuhan C       
J   = Tumbuhan D
K  = Tumbuhan E
L   = Belalang
M = Semut Merah
N  = Nyamuk 
O  = Lalat
P   = Bekicot
Q = Lalat Buah
R = Rayap
S  = Laba-laba
T  = Ulat Bulu
U  = Walang Sangit
V  = Semut Hitam
W = Jangkrik
X  = Hewan A
Y = Hewan B
                                   

IV.2 Analisis Data
            Dalam melakukan perhitungan pola penyebaran, digunakan Indeks Morisita (Odum, 1993) yaitu :
                                   
Keterangan : n     = Jumlah plot
                     N     = Jumlah total individu dalam plot
                     Σ X2 = Kuadrat jumlah individu dalam plot
                    
Terdistribusi : acak apabila                 : Id < 1,0
                        sergam apabila             : Id = 0
                        mengelompok apabila  : Id > 1,0









IV.2 Pembahasan
            Penyebaran adalah pola tata ruang individu yang satu relatif terhadap yang lain dalam populasi. Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar dari populasi. Individu dapat berupa larva, spora, biji dari tumbuhan, dan hewan serta manusia. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa air atau angin, prilaku kawin dan faktor fisik lainnya.
Percobaan kali ini mengenai Pola Penyebaran Individu (Dispersi), untuk mengetahui dan menentukan pola penyebaran individu dalam populasi yang diamati digunakan indeks Morisita. Metode yang digunakan pada percobaan ini yaitu metode plot acak. Percobaan ini dilakukan di Canopy Biologi Universitas Hasanuddin.
            Dari hasil analisis pada metode plot acak didapatkan hasil pola penyebarannya setiap spesies yaitu ada yang penyebarannya acak dan ada yang mengelompok. Pola penyebaran yang paling rendah didapatkan pada spesies               (A, C, I, J, K, P, Q, S, T,) yaitu tidak dapat didefenisikan yang berarti penyebarannya acak dan hasil ujinya yaitu 9 yang berarti x2 < x2 tabel menunjukkan pola penyebarannya acak sedangkan pola penyebaran yang tinggi didapatkan pada spesies (E, F, O, X, Y) yaitu sebesar 10 yang berarti pola penyebarannya mengelompok dan hasil ujinya yaitu 18 yang berarti x2 hitung > x2 tabel  menunjukkan bentuk penyebaran mengelompok.
            Hasil analisis pola penyebaran yaitu penyebaran populasi di canopy  menunjukkan adanya spesies yang pola penyebarannya acak dan ad aula yang mengelompok yang berarti dapat disebabkan karena adanya pengaruh dari iklim, serta daerah yang diamati itu dipengaruhi oleh gangguan dari luar, dimana spesies satu memberikan pengaruh terhadap adanya spesies lain dengan jenis yang berbeda.























BAB V
PENUTUP

V.1 Kesimpulan
            Kesimpulan dari percobaan ini adalah :
1.         Dengan menggunakan Indeks Morisita, pada metode plot acak didapatkan hasil pola penyebarannya yag paling tinggi itu pada spesies (E, F, O, X, Y) yaitu sebesar 10 yang berarti pola penyebarannya mengelompok dan hasil ujinya yaitu 18 yang berarti x2 hitung > x2 tabel  menunjukkan bentuk penyebaran mengelompok.
2.         Untuk mengetahui keanekaragaman jenis dalam suatu komunitas digunakan beberapa teknik sampling yaitu metode plot acak dengan meakukan perhitungan menggunakan parameter yaitu indeks Morisita.

V.2 Saran
            Saran yang dapat saya berikan adalah sebaiknya penjelasan tentang Indeks yang digunakan sudah dipastikan sebelumnya agar tidak terjadi kesalahan pada saat di jelaskan kepada praktikan.






DAFTAR PUSTAKA

Ferial, E. W., 2013. Pengetahuan Lingkungan. Jurusan Biologi Universitas Hasanuddin, Makassar.

Heddy, S., 1986.  Pengantar Ekologi. CV Rajawali. Jakarta.

Naughton, S. 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.  Universitas Indonesia. Jakarta.

Odum,  1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Rasyid, 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.

Rahardjanto, A., 2001. Ekologi Tumbuhan. Universitas Muhammadiyha Malang Press, Malang.

Resosoedarmo, S. 1990. Pengantar Ekologi. PT Remaja Rosdakarya. Jakarta.


Umar, M. R., 2013. Penuntun Praktikum Ekologi Umum. Universitas Hasanuddin. Makassar.


Tidak ada komentar: